Beberapa Perubahan di Jurnal Burjo

Ester Haloho
Merah Muda Memudar
Published in
3 min readMay 7, 2017

Hai teman-teman!

Apa kabar? Masih semangat memperjuangkan hak-hak perempuan dan kaum termarjinalkan lainnya? Belakangan ini setelah kanal Jurnal Burjo dibuat, banyak orang-orang yang bertanya sekaligus curhurt ke redaksi:

“Skripsi ku ada hubungannya dengan feminisme tapi aku lagi sibuk banget kerja (atau sibuk lanjut sekolah S2/S3), engga ada waktu buat mengubahnya jadi versi Jurnal Burjo. Gimana dong ya :( ?”

Tenang!

Setelah rapat dan bergumul bersama tim redaksi lainnya, akhirnya kami punya jawaban buat pertanyaan teman-teman.

Sekarang teman-teman bisa menyerahkan catatan kuliah, tugas kuliah (harian, mingguan, bulanan, UTS, UAS), jurnal, skripsi, tesis, disertasi teman-teman ke tim redaksi Merah Muda Memudar. Nanti kami buatkan versi Jurnal Burjo-nya dan sebelum mempublikasikannya kami akan asistensi dan minta persetujuan teman-teman mengenai tulisan teman-teman yang kami edit menjadi versi Jurnal Burjo.

“Tim Merah Muda Memudar, aku ada tugas kuliah dan jurnal mengenai x, y, z, kira-kira bisa masuk Jurnal Burjo gak ya?”

Berikut cakupan tema atau topik yang kami terima untuk Jurnal Burjo (atau jenis-jenis tulisan-tulisan lainnya yang kami terima):

  1. Feminisme
  2. Patriarki
  3. Kaum termarjinalkan (buruh, LGBT+, ras dan agama minoritas, dsb.)
  4. Kelindanan dari 3 tema besar diatas

Seperti yang saya katakan diawal pengenalan Jurnal Burjo sebelumnya,

“Sesungguhnya mau seberapa pintar anda dan seberapa cemerlang ide anda jika hal tersebut tidak dapat dimengerti oleh masyarakat luas dan tidak membawa perubahan yang berarti bagi mereka maka sesungguhnya ide anda adalah omong kosong karena salah satu variabel penting dalam perubahan adalah massa”

Sedikit konyol kalau dipikir-pikir jika kita mengolok-olok orang yang menurut kita pengetahuannya sempit, tidak terpelajar, dan intoleran (bigot) tetapi tidak melakukan usaha apapun untuk mengubah hal tersebut. Contoh kecil namun punya pengaruh yang signifikan adalah berbagi informasi dan mengedukasi mereka. Siapa yang tahu mungkin justru kita adalah orang yang pengetahuannya sempit, tidak terpelajar, dan intoleran (bigot) bagi orang lain? Toh, di atas awan masih ada awan? Alangkah baiknya jika kita saling berbagi ilmu dan pengetahuan (belajar dan mengajar) daripada lomba saling ejek mengejek siapa yang bodoh dan siapa yang pintar.

Bang Karl Marx pernah berkata, “there’s no royal road to science”; “tidak ada jalan yang mudah menuju pengetahuan”. Tentu susah, tapi kita harus saling bantu membantu menyebar ilmu. Kalau teman-teman pernah membuat tulisan karya ilmiah namun sekarang tidak punya waktu untuk mengubah pengemasannya untuk dimengerti masyarakat luas kami dari tim redaksi Merah Muda Memudar siap membantu sehingga tulisan teman-teman bisa diakses dan dimengerti masyarakat luas — bukan hanya dosen pembimbing, lingkaran kolega, kaum intelek, kaum elit, dan civitas akademika.

Terimakasih atas perhatiannya, semoga kanal ‘Jurnal Burjo’ ini dapat memfasilitasi kita semua untuk berbagi berbagi ilmu dan pengetahuan (belajar dan mengajar) melampaui batas-batas kelas, ras, suku, gender, orientasi seksual, bahasa, dan latar belakang individu lainnya. Jangan sampai ide-ide brilian kalian hanya dibiarkan membusuk di folder-folder laptop kalian atau hanya dibaca oleh dosen kalian — ide kalian harus sampai ke mbak Sumiyati si penjual gorengan samping kosan, pak Parjo tukang becak, si atau teh Ani si buruh cuci harian karena merekalah yang paling tidak diuntungkan dari sistem yang ada sekarang.

Dan seperti biasa,

Selamat memudarkan merah muda!

--

--