Di Antara Kapital dan Reproduksi Sosial

Merah Muda Memudar
Merah Muda Memudar
Published in
9 min readJan 15, 2020

Ulasan artikel Contradictions of Capital and Care, New Left Review 100 (2016) oleh Nancy Fraser

Nancy Fraser, source: wikimedia commons

Ketika Nancy Fraser menulis Contradictions of Capital and Care, dunia akademisi sedang melihat sebuah tren (yang berlanjut sampai sekarang) meningkatnya jumlah penelitian mengenai reproduksi sosial. Pembicaraan yang dulu didominasi oleh feminis marxis dan feminis sosialis kini menjadi topik yang biasa diperdebatkan di antara akademisi dari berbagai keahlian dan pemangku kebijakan. Tidak berlebihan jika kita mengatakan bahwa isu reproduksi sosial sudah menjadi isu arus utama. Ada apa dengan reproduksi sosial dan mengapa isu ini jadi banyak dibicarakan? Kalau ditanyakan, mungkin Fraser akan menjawab,”Kapitalisme Neoliberal yang sedang berjalan masa kini tengah melumpuhkan kapasitas reproduksi sosial kita, wajar bukan kalau ini menjadi pusat perhatian banyak orang?”

Sebelum kita membahas artikel ini lebih jauh, kita perlu memahami dahulu mengenai dua konsep penting yang akan kita bahas berulang-ulang di review artikel ini, yaitu reproduksi sosial dan ekonomi produksi. Fraser sayangnya tidak memberikan definisi untuk definisi reproduksi sosial yang dia maksud. Walaupun begitu, rasanya aman untuk kita berasumsi bahwa definisi reproduksi sosial yang dia maksud adalah proses yang memastikan terulangnya kembali struktur sosial dari waktu ke waktu. Ketika anak lahir, dididik mengenai nilai dan norma masyarakat, mengasah keterampilan yang diperlukan untuk bekerja, mendapat dan menabung upah, menikah, memiliki anak, membesarkan anak, sakit, lalu mati, dia sebetulnya telah berpartisipasi di dalam reproduksi sosial, entah secara pasif (dididik orang tua dan guru sekolah, dihukum karena melanggar hukum, dirawat di rumah sakit) atau secara aktif (mendidik anak, membayar pajak, memiliki anak). Reproduksi sosial adalah proses yang memastikan ada anggota masyarakat baru untuk menggantikan anggota masyarakat lainnya.

Produksi ekonomi adalah aktivitas merubah input seperti tanaga kerja, modal, barang, dan jasa untuk menciptakan output berupa barang dan jasa yang memiliki nilai dan utilitas. Produksi ekonomi mencakup seluruh pekerjaan yang dilakukan demi upah. Beberapa aktivitas produksi sosial adalah reproduksi sosial. Perawat, dokter, guru, karyawan daycare melakukan aktivitas ekonomi produksi karena mereka melakukan kerja berbayar, tapi mereka juga melakukan reproduksi sosial juga.

Ilustrasi: Tara Adhyatma Putri, Instagram: sekar_joget

Di artikel ini, Fraser mengidentifikasi beberapa perbedaan antara reproduksi sosial dan produksi ekonomi. Hal pertama adalah kebanyakan aktivitas di reproduksi ekonomi tidak memiliki nilai moneter, sedangkan produksi ekonomi modern dianggap dilakukan demi upah uang sebagai motivasi utama. Kedua, secara historis kebanyakan dari kegiatan produksi ekonomi dilakukan oleh lelaki, sedangkan kebanyakan dari kegiatan reproduksi sosial dilakukan oleh perempuan. Menurut Fraser, dengan mengasosiasikan produksi ekonomi dengan lelaki dan reproduksi sosial dengan perempuan, kapitalisme telah menciptakan subordinasi modern perempuan terhadap lelaki. Lebih jauh lagi kapitalisme juga mengaburkan nilai dari reproduksi sosial dengan manaruhnya di ruang domestik.

Salah satu tesis utama Fraser di artikel ini adalah bagaimana perlakuan kapitalisme terhadap reproduksi sosial adalah sebuah kontradiksi sekaligus sumber krisis dari kapitalisme itu sendiri. Ini adalah kontradiksi karena kapitalisme melumpuhkan sekaligus membutuhkan reproduksi sosial. Walaupun kapitalisme mensubordinasi reproduksi sosial di bawah produksi ekonomi dan mengaburkan nilai dari reproduksi sosial, kapitalisme membutuhkan reproduksi sosial untuk menciptakan pekerja baru dan merawat pekerja yang sudah ada. Tanpa adanya reproduksi sosial, tidak akan ada komunitas, budaya, apalagi organisasi politik yang menjadi basis institusi ekonomi kapitalisme seperti pemerintahan, perusahaan, dan organisasi sipil.

Nancy Fraser berargumen bahwa sumber krisis di kapitalisme bukan hanya terletak di ekonomi kapitalisme saja tapi juga di kontradiksi antara akumulasi kapital dan reproduksi sosial. Dorongan untuk akumulasi tidak terbatas dapat menciptakan ancaman terhadap kestabilan kerja reproduksi yang dibutuhkan oleh kapitalisme. Kontradiksi ini tidak dapat dipisahkan dari kapitalisme. Meskipun begitu, kontradiksi ini dapat diredam dan krisis reproduksi sosial bisa “disembunyikan” dalam kapitalisme. Tendensi krisis ini kembali muncul ketika dorongan akumulasi kapital tidak lagi dapat dibendung, sehingga logika produksi ekonomi melampaui reproduksi sosial. Ini berarti tendensi krisis reproduksi sosial bisa berubah-ubah, bergantung dengan bagaimana bentuk spesifik kapitalisme dalam suatu waktu.

Karena relasi antara reproduksi sosial dan kapitalisme bisa berbeda-beda di setiap waktu, Fraser melakukan analisis histroris terhadap rezim-rezim kapitalisme untuk melihat bagaimana reproduksi sosial berubah ketika kapitalisme berubah. Untuk melakukan analisa ini, Fraser mengidentifikasi 3 rezim kapitalisme, yaitu Kapitalisme Liberal yang berjalan di abad 19, Kapitalisme yang Dipandu Negara di abad 20, dan Kapitalisme Neoliberal dengan institusi keuangan global yang sekarang sedang berjalan.

Buruh anak di Macon, Georgia tahun 1909. Source: Wikimedia Commons

Di era Kapitalisme Liberal, kita melihat eksploitasi buruh industri dan konstruksi dari ibu rumah tangga untuk pertama kali. Menurut pembacaan Fraser, “ibu rumah tangga” tercipta dari respons masyarakat terhadap krisis reproduksi sosial akibat eksploitasi buruh perempuan dan anak di dalam pabrik-pabrik. Di kalangan masyarakat miskin, fenomena ini menekan kapasitas reproduksi sosial mereka ke titik kritis. Bagi kalangan kelas menengah, fenomena ini dianggap sebagai kahancuran institusi keluarga yang menciptakan kepanikan moral. Sebagai respons, mereka mendorong adanya perlindungan untuk buruh ibu dan anak. Dengan menciptakan perlindungan atas eksploitasi terhadap perempuan dan anak, mereka menciptakan pemisahan peran antara perempuan dan lelaki, di mana perempuan menjadi “malaikat di rumah” sementara lelaki bekerja di pabrik.

Fraser melihat dorongan untuk melindungi ibu dan anak ini sebagai salah satu usaha paling awal untuk meredam kontradiksi antara kapitalisme dan reproduksi sosial. Kebijakan ini juga menjadi pemisah ruang antara lelaki dan perempuan. Walaupun begitu, kebijakan ini pada akhirnya tidak dapat memuaskan semua pihak. Bagi perempuan miskin, kebijakan ini menghalangi mereka untuk bisa bekerja dan mendapatkan upah lebih. Sementara itu, perempuan dari kalangan kelas menengah juga tidak puas dengan ketergantungan mereka kepada lelaki dan batasan kepada hak legal mereka. Di negara periferi, kondisi yang mereka hadapi jauh lebih parah. Sebagai negara yang mengalami penjajahan, jangankan perlindungan sosial atau pemisahan ruang, yang mereka rasakan adalah kehancuran institusi reproduksi sosial dan ekploitasi tanpa ampun sebagai oleh negara kolonial.

Simpelnya, di Belanda mereka sibuk mendebatkan perlindungan bagi perempuan dan anak di pabrik, sedangkan di Hindia Belanda mereka mempertanyakan apakah buruh Jawa pantas mendapatkan upah yang cukup untuk memenuhi gizi mereka.

Pada akhirnya Kapitalisme Liberal runtuh di tengah berbagai kontradiksi yang mereka miliki dengan Great Depression dan Perang Dunia II sebagai klimaksnya. Great Depression sampai sekarang menjadi salah satu krisis ekonomi terbesar dan terparah yang pernah ada. Trauma atas Great Depression membuka era baru untuk Kapitalisme, era di mana negara memainkan peran lebih aktif untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial ekonomi, terutama pengangguran. Rezim ini adalah Kapitalisme yang Dipandu Negara.

NY Stock Exhgange tahun 1963 difoto olehThomas J. O’Halloran, photographer —Source: Wikimedia

Menurut Fraser, fitur utama Kapitalisme yang Dipandu Negara adalah usaha untuk meredupkan kontradiksi ekonomi produksi dan reproduksi sosial dengan menggunakan negara. Di rezim ini, negara lebih aktif untuk membantu dan melaksanakan reproduksi sosial. Hasilnya, kita melihat kebijakan penunjang kesejahteraan, standar gaji keluarga, aktivitas serikat buruh yang kuat, dan investasi negara di fasilitas publik. Era ini menghasilkan kemakmuran yang besar bagi kelas pekerja di negara maju. Walaupun demikian, kemakmuran ini juga ditunjang oleh eksploitasi di negara periferi. Walaupun ini tidak separah eksploitasi di era kapitalisme liberal, rezim ini masih menciptakan masalah reproduksi sosial di negara periferi.

Standar gaji keluarga juga semakin meneguhkan domestifikasi untuk perempuan. Upah pekerja yang ideal dianggap sudah mencukupi untuk seluruh keluarga pekerja, sehingga partisipasi perempuan di lapangan pekerjaan formal menjadi tidak lazim, bahkan tidak dianjurkan. Alhasil, perempuan semakin terkekang dalam ruang domestik. Walaupun secara materiil mereka berkecukupan, perempuan memiliki ruang gerak yang jauh lebih terbatas dari sebelumnya dan semakin bergantung kepada “kepala keluarga” yang bisa memenuhi kebutuhannya. Kapitalisme yang Dipandu Negara mengorbankan emansipasi perempuan untuk memberikan perlindungan sosial.

Kapitalisme yang Dipandu Negara berhasil bertahan selama beberapa dekade. Namun era ini akhirnya berakhir setelah menghadapi tantangan politis dari gerakan New Left di tahun 1960-an dan masalah ekonomi di tahun 1970-an. Gerakan New Left memberikan serangan pada legitimasi sosial rezim kapitalisme ini dengan menuntut emansipasi dan menentang imperialisme, rasisme, dan hierarki gender. Secara ekonomi, rezim ini menghadapi stagflasi, krisis produktivitas, dan penurunan laba di sektor industri manufaktur. Akhirnya, terbukalah rezim paling baru dari kapitalisme, yaitu rezim kapitalisme neoliberal.

World Economic Forum, lebarannya para Neolib, source: wikimedia

Era terakhir, dan yang sekarang kita alami sekarang, adalah Kapitalisme Neoliberal. Di era ini, kita melihat sebuah perputaran 180 derajat dari Kapitalisme yang Dipandu Negara. Di Era Kapitalisme Neoliberal, disinvestasi terhadap pengeluatan publik, austerity, dan privatisasi menjadi kebijakan yang didorong oleh negara-negara adidaya sebagai blueprint pembangunan global. Ini adalah perubahan yang drastis, kapitalisme yang dulu mengorbankan akumulasi jangka pendek untuk menciptakan akumulasi yang berkelanjutan menggunakan negara kini menggunakan instrumen keuangan untuk mendisiplinkan negara agar melayani kepentingan sektor swasta.

Fraser berpendapat bahwa alat yang digunakan untuk memaksakan blueprint kebijakan neoliberal ini adalah hutang. Instrumen hutang digunakan oleh IMF untuk memaksa negara Selatan Global untuk mengadopsi blueprint neoliberal dan austerity. Instrumen hutang juga digunakan untuk melakukan ekspropriasi untuk lahan petani dan menyerap nilai lewat kredit konsumen.

Yang paling disorot Fraser di era ini adalah perubahan model keluarga di mana terdapat dua pencari mata pencaharian alih-alih ibu rumah tangga dan pencari mata pencaharian dalam satu keluarga. Di sini Fraser menunjukan salah satu analisa yang menjadi kekhasan dia, yaitu mengenai sumbangsih feminisme terhadap rezim Kapitalisme Neoliberal. Bagaimana itu bisa terjadi? Menurut Fraser model dua pencari mata pencaharian dalam satu keluarga adalah sebuah pertemuan dari gerakan yang mendorong emansipasi perempuan dari ruang domestik dan gerakan neoliberalisme ekonomi. Secara ekonomi, hilangnya proteksi di pasar tenaga kerja dan berlakunya pasar bebas membuat upah riil mengalami penurunan, yang berarti kebutuhan keluarga tidak dapat dipenuhi oleh upah satu pekerja saja. Sementara itu, gerakan feminisme dan gerakan progresif tahun 1960 juga menciptakan legitimasi sosial untuk mendorong perempuan agar bebas dari kekangan ruang domestic dan memiliki pilihan untuk bekerja.

Konklusi yang didapatkan Fraser adalah gerakan feminisme telah memberikan era kapitalisme neoliberal sebuah wajah progresif yang memungkinkan berjalannya kapitalisme neoliberal. Gerakan emansipatoris feminisme yang berniat membebaskan perempuan telah beraliansi dengan gerakan neoliberal yang mendorong marketisasi, deregulasi, dan pengurangan peran pemerintah di masyarakat. Dengan menunggangi narasi feminisme soal kesetaraan gender, kebebasan, dan otonomi perempuan, neoliberal progresif mengemas pasar bebas menjadi institusi yang memberikan kesempatan bagi semua orang, terutama perempuan.

Kontribusi feminisme terhadap kapitalisme neoliberal adalah konklusi yang tidak mengenakan untuk didengar; pasalnya, kapitalisme neoliberal telah membawa reproduksi sosial di era ini mencapai titik kritis. Dengan memotong pengeluaran publik untuk memenuhi kebutuhan reproduksi sosial, tugas-tugas reproduksi sosial ini diserahkan kembali ke keluarga dan masyarakat. Hal ini dilakukan saat perempuan berbondong-bondong masuk ke pasar tenaga kerja. Dengan kata lain, era ini bukan hanya melepaskan tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan reproduksi sosial kepada keluarga dan masyarakat, tapi juga mengurangi kapasitas keluarga dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan reproduksi sosial tersebut. Demi memenuhi kebutuhan reproduksi sosialnya, warga kelas menengah atas negara Utara Global merekrut pekerja migran dari negara Selatan Global, dan menciptakan defisit kebutuhan reproduksi sosial yang lebih dalam lagi di negara Selatan Global. Sementara itu, perempuan-perempuan menghadapi beban kerja ganda di rumah dan tempat kerja sebagai norma baru di Kapitalisme Neoliberal.

Ilustrasi dari kondisi ini bisa kita lihat di Indonesia dengan cukup jelas. Demi memenuhi kebutuhan ekonomi, perempuan-perempuan di desa berbondong-bondong bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah kelas menengah atas di Jakarta, Hong Kong, Arab Saudi, dan Malaysia. Konsekuensinya, kapasitas reproduksi sosial di desa menjadi lebih tipis karena berkurangnya perempuan yang biasanya mengurus tugas-tugas reproduksi sosial. Sementara itu, keluarga di Jakarta, Bekasi, atau Bandung yang tidak mampu menyewa pembantu rumah tangga, kemungkinan besar sang ibu melakukan kerja domestik sambil bekerja full-time.

Melalui pembacaan historis ini, kita bisa melihat bagaimana kapitalisme neoliberal yang sekarang ada menciptakan krisis reproduksi sosial. Dari seluruh analisa Fraser di artikel ini, saya rasa pelajaran yang paling penting adalah untuk menaruh isu reproduksi sosial sebagai bagian penting dalam perjuangan kelas melawan kapitalisme. Reproduksi sosial adalah bagian penting sekaligus kelemahan struktural dari kapitalisme. Tanpa menyediakan jalan keluar dari kontradiksi ini, gerakan anti-kapitalis akan sulit meyakinkan masyarakat luas bahwa alternatif yang mereka tawarkan akan lebih baik daripada kapitalisme.

Apa yang akan terjadi setelah krisis reproduksi sosial? Kapitalisme dapat beradaptasi dan memiliki fleksibilitas untuk merespon krisis yang mereka alami, terbukti dari perubahan bentuk kapitalisme dari masa ke masa. Di artikel ini, Fraser tidak memprediksi mengenai bentuk kapitalisme selanjutnya, namun dia memprediksikan adanya mutasi baru kapitalisme. Apakah itu akan merubah kapitalisme menjadi lebih baik? Ataukah ini makin mendekatkan kita kepada kehancuran yang lebih dahsyat lagi?

Daftar Bacaan:

Ingleson, John. BURUH, SERIKAT, DAN POLITIK: INDONESIA PADA 1920AN-1930AN. Marjin Kiri

Fraser, Nancy. “Contradictions of capital and care.” New Left Review 100, no. 99 (2016): 117. https://newleftreview.org/issues/II100/articles/nancy-fraser-contradictions-of-capital-and-care

Charlie Sanjaya dulu adalah mahasiswa yang tidak lulus-lulus, sekarang dia akhirnya lulus dan menjadi pekerja di suatu lembaga penelitian. Kalau kalian kenal penjahit jas dan kemeja dengan harga bersahabat atau punya komentar mengenai tulisan ini, silakan email ke charliesanjayalie@gmail.com

--

--

Merah Muda Memudar
Merah Muda Memudar

Merah Muda Memudar merupakan ruang yang diciptakan untuk perempuan untuk berbagi dan mendekonstruksi warna yang melekat padanya.