Pernyataan Sikap Kami Atas Pameran Tunggal Sitok Srengenge

Yellow Spider
Merah Muda Memudar
Published in
2 min readMay 3, 2017

Seorang pemerkosa akan menyelenggerakan pameran tunggal bulan ini. Kami memastikan agar ia tidak akan hidup tenang.

Sitok Srengenge menjadi tersangka atas pemerkosaan terhadap RW di tahun 2014. Kasusnya sendiri sudah meledak tahun 2013 lalu dan hingga kini tak ada penyelesaian serius dari pihak berwajib. Bahkan, kasus ini terancam akan di SP3-kan dengan dalih ‘tak ada bukti yang cukup’.

RW sebagai penyintas telah berkali-kali mengikuti proses persidangan dan pemeriksaan yang melelahkan. Di tahun 2015, ia bahkan telah mengirim surat terbuka untuk (saat itu) Menkopolkam Luhut Panjaitan. Namun, Sitok tetap bisa kabur dengan berlindung di balik mekanisme legal yang belum juga menjatuhkan putusan ia sebagai pelaku tindakan yang melanggar otoritas tubuh seseorang tersebut.

Sepanjang bulan April dan Mei ini, Sitok terpantau aktif di media sosial tanpa rasa malu dan bersalah sebagai tersangka kasus pemerkosaan. Sebagai pemerkosa yang kebetulan bisa melukis, ia mendapat panggung untuk menampilkan ‘karya’nya di Magelang dan berikutnya di Jogja.

Sebagai media alternatif berperspektif feminis dan berarti berpihak kepada korban perkosaan, kami dengan tegas menolak segala bentuk upaya penyelenggaraan karya-karya Sitok dan menuntut galeri tersebut segera membatalkan penyelenggaraan karya Sitok Srengenge. Sikap kami bukan dalam hal menolak kebebasan berekspresi, tapi kami ingin membangun keadilan penuh bagi RW dan korban-korban perkosaan lainnya. Hadirnya Sitok dalam ruang-ruang seni dan kebudayaan seperti pameran sementara ia punya tanggungjawab sebagai tersangka mengisyaratkan ketidakberdayaan hukum untuk penyelesaian kasus perkosaan. Melenggang-kangkungnya Sitok juga memperlihatkan bagaimana kasus-kasus perkosaan maupun kekerasan berbasis gender akan dapat dilewati dengan mudah dan bukan perkara besar. Ia dapat diselesaikan, dan penyelesaiannya tidak akan pernah merugikan si pelaku.

Ini bukan dunia yang kami pilih ketika terlahir sebagai manusia. Dunia di mana ketika hak tubuh seorang individu dirampas, pelakunya malah dengan santainya berjalan bebas dan sok berkarya atas nama cinta dan seni. Seorang pemerkosa tidak patut dan tidak akan pernah punya tempat di bumi ini untuk merasa tenang dan bangga akan kelakuannya. Lebih kurang ajar lagi, ketika seluruh institusi seni dan kebudayaan seperti galeri, dengan relasi kuasanya dengan para ‘begawan kebudayaan’, seperti tidak ambil pusing bahwa orang yang mereka tampilkan karyanya di dinding-dinding galeri atas nama ‘aestetique’ itu adalah seorang pemerkosa. Lalu budaya dan seni apa yang mereka kerjakan dan atas namakan? Apakah budaya perkosaan? Seni menipu para korban pemerkosaan dengan dalih ‘ilmu pengetahuan’ dan ‘bincang-bincang seni’?

Karena kami tidak memilih dunia yang seperti ini, maka pilihan satu-satunya adalah melawan.

--

--

Yellow Spider
Merah Muda Memudar

River of la femme ecrit. Belajar #enggres. Coba-coba.