Welcoming 5G Era: Digital Literacy is What Everyone Needed

Amalia Sandi Alzahrah
Miloo Community
Published in
3 min readAug 9, 2021
Sumber gambar, link

Seperti pada umumnya yang orang ketahui, literasi lebih dikenal dengan kemampuan dalam menulis, membaca, menghitung, berbicara, serta cara dalam menemukan solusi atas sebuah masalah. Namun, pada akhirnya literasi tidak hanya sampai disitu. Bahasan mengenai literasi semakin mengerucut menjadi literasi digital atas kehadiran dan kebutuhan banyak manusia terhadap internet. Melekatnya internet dalam kehidupan sehari-hari mengharuskan kita untuk kritis dan mau menganalisis.

Pada era 5G seperti sekarang ini, manfaatnya tidak hanya dapat dirasakan pengguna, tapi juga para operator jaringan yang mendapat keuntungan dengan menampung lebih banyak pelanggan. Hampir seluruh bagian dari waktu yang dimiliki manusia digunakan untuk screen-time. Mulai dari bangun pagi, melihat prediksi cuaca melalui gadget, mengakses perjalanan menggunakan gadget, bahkan tranformasi kegiatan melalui penggunaan perangkat teknologi digital baik untuk belajar maupun bekerja. Literasi digital menjadi salah satu bentuk adaptasi terhadap perkembangan tekenologi dan juga sebagai salah satu cara kita bertanggung jawab dalam penggunaannya. Sesuai dengan definisinya, literasi digital merupakan ilmu pengetahuan yang mencakup tentang kemampuan dalam proses menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi yang kemudian diaplikasikan melalui media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan. Literasi digital ini juga melingkupi pemanfaatan secara sehat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina terjadinya komunikasi dan interaksi di dalam kehidupan sehari-hari.

Literasi digital menjadi sangat penting dikarenakan pembelajaran teknologi akan terus berkelanjutan seiring dengan pembaruannya yang konstan terjadi. Untuk menyongsong pengertian digital literasi ini secara penuh, sudah pasti dibutuhkan berbagai keterampilan. Sangat penting meningkatkan kemampuan berpikir kritis sewaktu disuguhkan begitu banyak informasi dalam format yang berbeda-beda. Mencari, menyaring, mengevaluasi, menerapkan dan menghasilkan informasi semua membutuhkan berpikir kritis. Ini termasuk sebagai salah satu jalan untuk mengurangi potensi menyebarnya hoaks yang kerap terjaadi dan menjadi tantangan dalam dunia literasi digital. Namun, di balik tantangan tersebut ada banyak hal luar biasa yang membungkus jika disertai dengan literasi digital itu sendiri. Dunia virtual menjadi ruang untuk mengekspresikan ide dengan jelas, mengajukan pertanyaan yang tepat sasaran, dan sama pentingnya dengan membangun kepercayaan berkomunikasi secara langsung. Dewasa ini, baik lingkungan pelajar maupun dunia profesional dituntut untuk berikteraksi secara digital. Menggunakan informasi dengan cara yang tepat dan menciptakan ide dan produk baru secara kolaboratif. Hal terpenting ketika harus menjaga identitas dan kesejahteraan digital karena lanskap digital terus berubah dengan cepat. Ada empat prinsip dalam literasi digital:

  1. Pemahaman

Bagian yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengekstrak ide-ide pada sebuah media baik informasi yang diungkapkan secara jelas dengn struktur leksikal dan gramatikal, maupun informasi tidak mempunyai bentuk berupa bagian dari keseluruhan komunikasi yang dimaksudkan penulis.

2. Ketergantungan

Banyaknya media menjadi alasan untuk aktif saling melengkapi satu sama lain. Media kecil berperan sebagai penerbitan yang lebih mudah dibanding sebelumnya dengan tujuan isolasi. Ketergantungan suatu media dapat dilihat secara potensial, metaforis, atau harfiah.

3. Faktor sosial

Faktor sosial mengenai apa, kepada siapa, dan melalui apa suatu media berbagi pesan akan menentukan keberhasilan media dalam jangka panjang, menciptakan ekosistem organik dari sumber, pembagian, penyimpanan, dan pada akhirnya pengemasan ulang media.

4. Kurasi

Kemampuan untuk memahami nilai informasi, dan menyimpannya dengan cara tertentu sehingga dapat diakses dan berguna dalam jangka panjang.

Sumber

--

--