Memilih Orang Baik

Dion Barus
Idealis Minimalis
Published in
3 min readOct 25, 2016
dion-barus-memilih-pemimpin

Dahulu saat kita masih kecil dan ingusan, salah satu hal yang paling menyenangkan ketika duduk di bangku sekolah adalah memilih ketua kelas. Guru mempersilahkan murid-muridnya untuk memilih sang ketua kelas secara demokratis. Murid-murid imut itu pun mulai sibuk membentuk kelompok-kelompok untuk menentukan siapa ketua kelas pilihan mereka. Ketika dicapai kesepakatan maka biasanya sang ketua kelas selalu berasal dari dua kubu, yaitu murid yang paling kuat dan besar atau murid yang paling baik.

Pemilihan pun berlanjut ke arena yang lebih tinggi maka muncul lah sistem pemilihan umum untuk memilih pemimpin di antara kita. Pemilihnya pun bukan lagi anak-anak kecil ingusan tapi sudah mencakup masyarakat yang sangat beraneka ragam latar belakangnya. Namun, yang dipilih tetap sama, yaitu mereka yang paling kuat dan besar atau mereka yang paling baik.

Orang yang kuat dan besar adalah golongan yang memiliki sumber daya atau dukungan yang besar dari segenap elemen politis. Sebaliknya orang yang baik adalah golongan yang hanya mengandalkan diri mereka sendiri untuk dipilih. Kemudian pertanyaannya apakah orang yang kuat dan besar itu juga bisa dari orang yang baik?

Never doubt that a small group of thoughtful, concerned citizens can change world. Indeed it is the only thing that ever has.

- Margaret Mead

Sejarah mencatat, orang yang baik selalu mendapat berbagai tekanan atau fitnah dari berbagai penjuru. Apalagi orang baik itu berasal dari kalangan minoritas maka apapun yang mereka lakukan atau katakan pasti akan menjadi bumerang. Dibutuhkan orang baik yang berjiwa baja untuk dapat bertahan di dalam kondisi seperti itu.

Ketika kita masih bingung dengan definisi orang baik seperti apa, maka sejarah pun telah mampu mendefinisikan mereka dengan;

Orang yang rela bekerja hanya untuk kesejahteraan rakyat yang dipimpinnya, dia adalah orang baik.

Orang yang rela membuka front pertempuran dengan berbagai pihak yang selama ini men-zolimi rakyat, dia adalah orang baik.

Orang yang rela berdiri di barisan terdepan untuk melindungi rakyatnya, dia adalah orang baik.

Orang yang begitu di cintai rakyatnya, dia adalah orang baik.

Orang yang bekerja tanpa membedakan suku, agama, ras dan antar golongan, dia adalah orang baik.

Orang yang mampu berbesar hati untuk minta maaf atas kesalahan yang pernah dia lakukan, dia adalah orang baik.

Orang yang mampu menghimpun dukungan dari berbagai kalangan mayoritas dan minoritas, dia adalah orang baik.

Orang yang selalu mendapatkan fitnah keji karena dia berbeda, dia adalah orang baik.

Orang yang selalu mendapatkan perlakuan tidak adil atas nama agama, dia adalah orang baik.

Orang yang begitu dibenci oleh kelompok mayoritas fundamentalis, dia adalah orang baik dan patut didukung.

Orang baik ini tidak akan lahir begitu saja. Dia adalah proses dari produk keberagaman dan pluralisme di tengah masyarakat yang majemuk. Berbeda dengan pemimpin yang lahir dari kalangan arsitokrat, orang baik ini lahir dari orang biasa dan memulai pengabdiannya dari bawah. Mereka terbiasa hidup dengan label minoritas, terpinggirkan dan telah kenyang dengan berbagai stempel negatif lainnya. Tidak mudah memang, namun terkadang alam selalu melakukan seleksinya sendiri yang tak pernah dapat dicerna oleh pikiran manusia.

Akankah pengabdian orang baik itu akan berakhir indah atau malah akan makin tenggalam, tentu yang menentukan adalah kita sebagai rakyat. Rakyat adalah manusia yang diberikan Tuhan sebuah logika dan hati nurani. Ketika kita memilih pemimpin dengan logika dan hati nurani maka imbalannya adalah orang baik yang akan selalu berterima kasih dengan selalu bekerja. Karena orang baik tidak akan pernah melupakan logika dan hati nurani.

--

--