6 Karakter Bukan Scrum Master

Konten tentang Scrum
Modern Management
11 min readMay 9, 2018

--

Halo dunia. Halo para praktisi di dunia per-Scrum-an. Kali ini saya ingin menuliskan pengalaman saya menggunakan karakter Bukan Scrum Master di kelas Advanced Professional Scrum Master yang baru-baru ini saya jalankan di salah satu klien saya yang sudah lama menjalankan Scrum dan sudah memiliki banyak Scrum Master. Dengan semakin maraknya perusahaan yang menggunakan Scrum Master, semakin banyak juga kesalah-pahaman mengenai peran Scrum Master. Ada enam karakter Bukan Scrum Master yang saya amati sering terjadi di Indonesia dan saya bahas di kelas ini. Gunanya agar seluruh peserta di kelas ini, yang seluruhnya adalah Scrum Master, dan organisasi di mana mereka berada juga dapat semakin mengerti mengenai peranan mereka sebagai Scrum Master. Dan yang terpenting adalah mereka bisa semakin menjadi Scrum Master yang owsem buat perusahaannya agar bisa membawa perusahaannya menjadi semakin owsem.

Dengan semakin banyaknya perusahaan yang menggunakan Scrum di Indonesia, semoga tulisan ini juga bisa membantu perusahaan-perusahaan mengidentifikasi letak kesalahan implementasi Scrum di perusahaan mereka saat ini. Saya menggunakan nama-nama yang digunakan sebagai ilustrasi, kalau ada kesamaan nama karakter di sini dengan nama Scrum Master kalian, itu bukanlah kesengajaan.

Scrum Master sebagai Manajer Proyek

Perkenalkan Margret. Margret adalah seorang manajer proyek yang cukup kawakan dan sudah sering mengelola proyek menggunakan Waterfall. Karena semakin maraknya penggunaan Scrum dan perusahaan sedang melakukan Digital Transformation, Margret pun ditunjuk oleh perusahaan untuk menjadi Scrum Master. Sayangnya, walaupun titel Margret sudah berubah, Margret masih menggunakan perilaku seorang manajer proyek yang seringkali membuat banyak orang bingung. Margret pun masih duduk di Project Management Office. Manajer Proyek dengan label Scrum Master seperti Margret cukup banyak di Indonesia. Apalagi dengan ditambahkannya modul Agile di edisi PMBoK terbaru, karakter ini menjadi semakin popular.

Ciri-ciri:

  • Menuliskan jabatannya di LinkedIn sebagai Project Manager/Scrum Master atau Project Coordinator/Scrum Master. Masih belum bisa move on dari manajemen proyek.
  • Lebih peduli dengan deadline dan menjadikan Sprint sebagai mini-waterfall dan mengunci scope dalam satu Sprint dan satu proyek.
  • Menyederhanakan Scrum sebagai Waterfall yang scope-nya dipotong kecil-kecil atau Waterfall yang dikompres dan dilakukan berulang-ulang.
  • Menjadikan Daily Scrum sebagai report status meeting dari masing-masing anggota Development Team untuk dirinya.
  • Menugaskan pekerjaan ke masing-masing anggota Development Team pada saat Sprint Planning.
  • Menjadikan Sprint Review sebagai User Acceptance Test (UAT) dan alat untuk micro-management Development Team.
  • Mewajibkan setiap User Story agar jelas dan tidak boleh berubah hingga akhir proyek.
  • Hampir tidak pernah melakukan individual coaching kepada development team dan lebih sibuk meng-entertain stakeholder dan user.
  • Tidak peduli dan lebih sering tidak melakukan Sprint Retrospectives.
  • Sering memaksakan proses yang dia ketahui kepada development team.
  • Seringkali Mengubah Scrum untuk kepentingan dia pribadi.
  • Menganggap Scrum adalah cara kerja gaya koboi karena Scrum Guide tidak setebal PMBoK.

Penyebab:

  • Perusahaan underestimate dan menganggap Scrum sebagai metodologi manajemen proyek.
  • Perusahaan memetakan Scrum Master ke Manajer Proyek karena yang namanya proyek ya harus ada manajer proyeknya.
  • Ada manajer Proyek di perusahaan yang belum bisa move on yang ingin menyelamatkan pekerjaannya dan menggunakan interpretasi dia sendiri mengenai Scrum agar menghambat Scrum untuk diadopsi secara benar di perusahaan.
  • Ada manajer proyek bertitel PMP (Project Management Professional) di perusahaan yang baru membaca ada Agile Project Management di edisi PMBoK terbaru dan memetakan Scrum berdasarkan pemahaman dia sendiri.
  • Kostumer ingin delivery yang cepat namun nilai kontrak tetap.
  • Perusahaan menganggap peran Scrum Master yang tidak mengkontrol development team terlalu cemen.
  • Si manajer proyek dengan sertifikasi PMP menganggap kalau investasi untuk mempertahankan sertifkasi PMP (Project Management Professional) terlalu mahal untuk dibuang begitu saja dan menganggap kalau PMBoK adalah kebenaran absolut dalam mengelola semua jenis proyek.

Scrum Master sebagai Technical Leader

Perkenalkan Joni. Joni adalah seorang rockstar developer dan seorang technical leader di perusahaan. Joni kurang suka coaching dan mentoring orang-orang. Baginya hidupnya adalah hanya mengenai kode. Joni sering tampil di meetup-meetup seputar programming di Jakarta. Joni baru belajar Scrum lewat video di Youtube karena pimpinan perusahaan baru saja marah-marah ke dia karena proyek-proyek IT selesainya terlalu lama. Bos Joni bilang, supaya proyeknya cepat selesai, di-Scrum-kan saja. Namun sayangnya Joni masih memiliki KPI delivery yang membuat dia sering micro-manage anggota development team. Karakter Scrum Master sebagai Technical Leader adalah karakter Bukan Scrum Master kedua terbanyak dan terpopular di Indonesia setelah Scrum Master sebagai Manajer Proyek.

Ciri-ciri:

  • Menuliskan jabatannya di LinkedIn sebagai Technical Leader/Scrum Master atau Solution Architect/Scrum Master.
  • Sering menentukan solusi teknis, teknologi dan arsitektur sistem dan memberikan estimasi untuk tim pada saat Sprint Planning.
  • Sering meng-hijack Daily Scrum dan memberi solusi teknis untuk setiap permasalahan tim.
  • Menganggap kalau Scrum hanyalah Software Delivery Lifecycle (SDLC).
  • Merasa komunikasi antar anggota tim tidaklah penting karena dunianya hanyalah mengenai dirinya dan source code yang dia buat.
  • Tidak pernah memiliki waktu untuk melakukan individual coaching kepada anggota Development Team dan lebih sibuk dengan pekerjaan dia sendiri.
  • Ingin dipandang sebagai selebritis dan seringkali Scrum dianggap mengganggu eksistensinya sebagai rockstar developer.
  • Masih berperan ganda dan masih memiliki delivery sebagai KPI dari perusahaan.
  • Mengubah Scrum untuk kepentingan dia pribadi karena menurutnya Scrum heavyweight dan terlalu banyak ritual yang buang-buang waktu.
  • Mengijinkan development team untuk melakukan Daily Scrum dua hari sekali bahkan tidak sama sekali atau cukup menuliskan komentar di JIRA.
  • Lebih sering berinteraksi dengan development team dan hampir tidak pernah meng-coaching stakeholder. Terkadang terlalu overprotective dengan development team.
  • Sering melempar balik User Story yang tidak jelas kepada Product Owner agar dibuat lebih jelas lagi.
  • Tidak peduli dengan aspek people dalam Scrum.
  • Menginterpretasikan kalau Scrum berarti tidak ada dokumentasi dan cepat jadi.
  • Tidak percaya kalau anggota tim yang masih baru bisa self-manage.
  • Seringkali menjadikan pengalamannya selama beratus-ratus Sprint sebagai kebenaran absolut mengenai Scrum.

Penyebab:

  • Perusahaan menganggap yang namanya development team harus memiliki technical leader yang lebih jago secara teknis dibanding yang lainnya karena di model lama selalu ada yang namanya technical leader dan peran ini dipetakan ke Scrum Master.
  • Perusahaan tidak percaya kalau development team dapat berjalan sendiri dan self-manage tanpa adanya seseorang yang lebih jago secara teknis dari mereka dan menugaskan mereka pekerjaan.
  • Perusahaan menganggap membayar seorang Scrum Master secara full-time yang tidak melakukan hal-hal teknis atau dapat memecahkan permasalahan teknis untuk development team dianggap terlalu mahal dan terlalu eksklusif.
  • Perusahaan menganggap akuntabilitas Scrum Master hanya sebatas development team saja.
  • Perusahaan menganggap peran Scrum Master yang humanis dan tidak mengerti teknis terlalu cemen.

Scrum Master sebagai Admin JIRA

Perkenalkan Ponijo. Ponijo adalah seorang JIRA Master. Tidak dipungkiri lagi kalau JIRA sangat popular di Indonesia terutama di startup-startup teknologi. Tidak jarang perusahaan tahu Scrum pertama kali dari JIRA karena di JIRA ada pilihan untuk menggunakan template Scrum dalam mengelola proyek. Di perusahaan Ponijo ditunjuk sebagai Scrum Master karena keahliannya dalam mengelola JIRA. Ponijo sangat rempong dengan JIRA dan sering mengejar tim agar setiap format User Story itu benar dan rapih. Scrum Master sebagai Admin JIRA adalah karakter Bukan Scrum Master ketiga terpopular di Indonesia. Oleh karena itu sering ada guyonan di komunitas Scrum Master kalau sebutan lain dari Scrum Master adalah JIRA Master.

Ciri-ciri:

  • Baginya Scrum = JIRA.
  • Lebih sering rempong dengan status task di JIRA dan mengejar tim mengenai update terakhir di JIRA.
  • Kalau tidak ada kerjaan, seringkali rempong dengan mengutak-atik workflow di JIRA.
  • Sibuk meng-update JIRA pada saat atau setelah Daily Scrum.
  • Menanyakan status JIRA kepada development team pada saat Daily Scrum.
  • Sibuk memastikan format User Story yang dituliskan oleh Development Team jelas dan cantik.
  • Mengendalikan JIRA pada saat Sprint Planning dan memastikan semua format user storynya bener sampai yang lain bosen sendiri pada saat Sprint Planning.
  • Yang paling sibuk dengan JIRA pada saat Sprint Review.
  • Tidak peduli dengan Scrum ataupun belajar lebih banyak mengenai Scrum karena dia hanya peduli dengan JIRA.
  • Lebih peduli dengan mekanik Scrum dan tidak memahami Scrum Guide secara mendalam.
  • Sibuk memastikan agar development team menggunakan JIRA secara benar.
  • Sering bikin tim bingung dengan setingan JIRA yang berubah tiap Sprint.
  • Sering berdebat ga penting mengenai kenapa harus pake template Kanban atau template Scrum di JIRA.

Penyebab:

  • Perusahaan sudah lebih dahulu membeli JIRA dan pertama kali tahu Scrum karena JIRA.
  • Perusahaan mengira kalau Scrum = JIRA.
  • Perusahaan menganggap kalau harus ada satu peran di perusahaan yang mengelola JIRA dan peran tersebut dipetakan ke Scrum Master.
  • Perusahaan mengira Scrum Master adalah JIRA Master atau Admin JIRA.

Scrum Master sebagai sekretaris pribadi tim

Perkenalkan Susi. Susi memiliki karakter periang. Dia seorang Sarjana Teknik Informatika dari sebuah perguruan tinggi ternama di Bandung. Susi mendapatkan mata kuliah tentang Scrum semasa kuliah dan bercita-cita menjadi seorang Scrum Master ketika lulus nanti karena dia sering mendengar gosip-gosip kalau Waterfall seringkali membuat software developer sengasara. Susi sangat disenangi oleh kolega-koleganya yang mayoritas adalah kaum Adam. Oleh karena alasan inilah Susi ditunjuk menjadi seorang Scrum Master di perusahaan. Karakter Bukan Scrum Master keempat terpopular di Indonesia adalah Scrum Master sebagai sekretaris pribadi tim. Tidak jarang karena pemahaman perusahaan kalau Scrum Master adalah seorang asisten pribadi tim, perusahaan merekrut fresh-graduate perempuan untuk menjadi Scrum Master untuk tim.

Ciri-ciri:

  • Memiliki pekerjaan sampingan dan menuliskan jabatannya di LinkedIn sebagai Tester/Scrum Master atau Product Manager/Scrum Master, dsb.
  • Tidak pernah lupa untuk mengingatkan development team mengenai Daily Scrum, Sprint Planning, Sprint Review dan Retrospectives.
  • Tidak pernah lupa mencatat notulen pada saat Daily Scrum, Sprint Planning, Sprint Review dan Retrospectives.
  • Selalu rajin meng-update burndown chart.
  • Membantu development team untuk mengejar user kalau ada requirement yang tidak jelas.
  • Memastikan semua User Story mengikuti format User Story yang baku dan dapat dimengerti oleh tim.
  • Tidak jarang masih memegang peran ganda di dalam perusahaan atau di dalam tim. Di beberapa perusahaan orang seperti Susi terkadang menjadi technical writer, tester ataupun business analyst. Di perusahaan teknologi atau e-commerce, tidak jarang juga berperan ganda sebagai Product Manager.
  • Seringkali menjadi teman curhat yang enak buat development team yang mayoritas isinya adalah para pria.
  • Bisa diajak negosiasi oleh development team untuk mengubah Scrum.
  • Walaupun bisa menjadi seorang fasilitator namun seringkali bukan seorang coach dan mentor yang baik.
  • Pemahamannya mengenai Scrum Master adalah fasilitator seremoni-seremoni dalam Scrum saja.
  • Ruang lingkup kerjanya hanya sampai sebatas development team saja.

Penyebab:

  • Konsep servant-leadership dalam Scrum dianggap oleh orang-orang dalam perusahaan sebagai pembantu umum oleh karena itu Scrum Master dianggap sebagai asisten pribadinya development team.
  • Perusahaan menganggap akuntabilitas Scrum Master hanya sebatas development team saja.

Scrum Master sebagai Office Boy

Perkenalkan Sutedjo. Sutedjo adalah seorang office boy yang saat ini bekerja di salah satu perusahaan startup ternama di Jakarta. Perusahaannya saat ini menggunakan Scrum dan menunjuk dirinya untuk menjadi Scrum Master karena Sutedjo rajin menyiapkan kopi dan snack setiap Sprint Planning dan Sprint Retrospectives. Sutedjo juga tidak pernah lupa membelikan makan siang untuk setiap anggota tim. Perilakunya yang rajin melayani tim membuat manajemen melihat dia cocok untuk menjadi seorang Scrum Master. Karakter Bukan Scrum Master kelima terpopular di Indonesia adalah Scrum Master sebagai office boy. Tidak jarang karena pemahaman perusahaan kalau Scrum Master adalah seorang office boy, perusahaan merekrut fresh-graduate atau seorang intern untuk menjadi Scrum Master untuk tim, seseorang yang sebenarnya belum master dalam Scrum.

Ciri-ciri:

  • Tidak pernah lupa untuk mengingatkan development team mengenai Daily Scrum.
  • Tidak pernah lupa mencatat notulen pada saat Daily Scrum, Sprint Planning, Sprint Review dan Retrospectives.
  • Tidak tahu bagaimana memfasilitasi Daily Scrum, Sprint Planning, Sprint Review dan Retrospectives yang efektif. Bukan seorang fasilitator yang baik.
  • Bukan seorang coach yang baik apalagi seorang mentor yang baik.
  • Memastikan snack, kopi dan teh selalu tersedia pada saat Sprint Planning, Sprint Retro dan Sprint Review.
  • Tidak tahu Scrum secara mendalam.
  • Minim pengalaman dengan Scrum.
  • Bisa diajak negosiasi oleh development team untuk mengubah Scrum.
  • Sering disuruh-suruh atau diperintah oleh development team.
  • Walaupun punya jiwa melayani tetapi tidak memiliki karakter seorang pemimpin yang memiliki integritas.
  • Tidak berani membela tim ketika tim sedang ditekan oleh manajemen.
  • Selalu menuruti apa kata Product Owner dan pimpinan perusahaan.

Penyebab:

  • Konsep servant-leadership dalam Scrum dianggap oleh orang-orang dalam perusahaan sebagai pembantu umum oleh karena itu Scrum Master dianggap sebagai asisten pribadi development team.
  • Perusahaan hanya mengambil kata servant dari servant-leadership. Perusahaan menganggap servant berarti office boy untuk tim.
  • Perusahaan menganggap akuntabilitas Scrum Master hanya sebatas development team saja.

Scrum Master sebagai Bos

Perkenalkan Pak Gondo. Pak Gondo adalah seorang pimpinan perusahaan dari sebuah Bank ternama di Jakarta. Pak Gondo baru saja membaca Scrum dari whitepaper mengenai Agile tulisan salah satu konsultan ternama dari luar negeri. Pak Gondo menganggap kalau proyek yang tadinya 3 bulan bisa selesai dalam 2 minggu bila menggunakan Scrum. Pak Gondo tidak terlalu peduli dengan aturan main Scrum dan cuma mau tau proyek selesai lebih cepat. Karakter Bukan Scrum Master keenam di Indonesia adalah Scrum Master sebagai bos walaupun ini tidak terlalu banyak jumlahnya di pasaran.

Ciri-ciri:

  • Bersikap tidak mau tahu dengan proses ataupun cara main Scrum yang penting pekerjaan cepat jadi aja.
  • Baginya Scrum adalah mini-deadline. Atau Scrum seperti proyek Roro Jonggrang.
  • Mengkonversi estimasi menjadi deadline dan kalau tim tidak bisa memenuhi deadline tersebut tim dianggap kerjanya terlalu lama dan tidak komitmen.
  • Kalau ada proyek yang berlarut-larut dia akan meminta untuk di-Scrum-kan saja biar cepet selesai.
  • Tidak mau belajar Scrum mengenai Scrum yang bener.
  • Tidak pernah berempati dengan kesulitan yang dialami oleh development team.
  • Tidak pernah melakukan coaching kepada tim.
  • Bukan people person.
  • Menggunakan Scrum berdasarkan interpretasi dia pribadi.
  • Ingin lebih dilayani daripada melayani.

Penyebab:

  • Ada seseorang di perusahaan yang baru saja membaca artikel di internet atau video di YouTube kalau mau proyek selesai cepat di-Scrum-in aja.
  • Perusahaan menganggap kata master dalam Scrum Master adalah seseorang yang patut dilayani bukan yang melayani.
  • Perusahaan menganggap kalau Scrum adalah metodologi manejemen proyek.

Demikianlah enam karakter Bukan Scrum Master yang sering saya temukan di Indonesia. Kira-kira kalau Scrum Master di perusahaan kalian memegang karakter yang mana? Atau apakah kalian melihat ada karakter Bukan Scrum Master lainnya di luar enam yang telah saya jabarkan di atas? Silahkan bagi pengalaman kalian di bagian komentar kalau kalian melihat karakter Bukan Scrum Master lainnya ya.

Kalau kalian saat ini adalah seorang Scrum Master, permainan ini juga dapat kalian di perusahaan kalian dan di tim kalian untuk memeriksa anggapan orang lain mengenai peran kalian sebagai Scrum Master. Kalau anggapan orang-orang masih banyak yang salah, berarti hal tersebut adalah sebuah masukan kalian untuk terus meningkatkan kualitas kalian sebagai Scrum Master sampai kalian menjadi seorang master dalam Scrum yang sejati. Kalau ingin belajar menjadi seorang Scrum Master yang owsem jangan lupa ikuti training Scrum Master yang secara rutin saya adakan.

Artikel Terkait:

--

--

Konten tentang Scrum
Modern Management

Bukan hanya konten tentang Scrum, tapi disini kita akan ngobrolin Scrum yang efektif agar kostumer happy dan para pegawai juga happy dan menghasilkan cuan.