Political Power Driven Development: bisakah kita hidup tanpanya?

Konten tentang Scrum
Modern Management
Published in
4 min readDec 26, 2016

--

Seorang pembaca pernah mengatakan kepada saya baru-baru ini kalau di Indonesia ada lagi metodologi yang lebih ampuh dibanding Deadline Driven Development (DDD), yakni Political Power Driven Development (PPDD). Political Power Driven Development (PPDD) adalah metodologi software development yang merupakan superset dari Deadline Driven Development (DDD) yang sangat popular di Indonesia terutama di korporasi besar dan juga di pemerintahan.

Dalam metodologi PPDD semua requirement software yang harus dikerjakan oleh software developer dilandasi oleh kekuatan politik tertinggi di dalam perusahaan dan kekuatan politik yang lebih tinggi dapat meng-override keputusan yang dibuat oleh sub-ordinat yang berada di posisi lebih rendah. Tiga prinsip sederhana dari PPDD adalah:

  • Tidak peduli seberapa cerdasnya kamu dan seberapa bagusnya idemu, kekuatan politik saya adalah alasan kenapa keputusan saya harus dijalankan.
  • Tidak peduli apapun alasan kamu untuk tidak dapat menghantarkan produk pada deadline yang telah ditentukan, kekuatan politik saya adalah alasan kenapa kamu harus lembur.
  • Selama kekuatan politik saya lebih tinggi dari kamu, kamu tidak perlu mempertanyakan asal-usul keputusan saya atau alasan kenapa saya meng-override keputusan kamu.

Atau secara singkat: You have to do it, because I say so. Dalam PPDD, kebenaran absolut dipegang oleh orang-orang yang memiliki kekuatan politik tertinggi dalam perusahaan. Hal ini berlaku kalau pegawai memang direkrut hanya untuk menjadi bidak-bidak catur perusahaan bukan sebagai knowledge worker.

PPDD adalah jalan keluar yang paling mudah ketika pemegang keputusan atau sering disebut sebagai HiPPo (Highest Political Power):

  • tidak tahu visi dari produk yang akan dikembangkan;
  • takut asal usul keputusannya dipertanyakan dan tidak memiliki ide lain yang lebih bagus untuk menjawabnya;
  • beralasan terlalu sibuk untuk berkolaborasi dengan tim software development;
  • tidak ingin masuk ke dalam passionate debate karena tidak ingin keputusannya digantikan oleh ide lebih bagus yang berasal dari tim software development;
  • ingin mempertahankan status quo;
  • dan tidak menginginkan adanya transparansi;

PPDD juga merupakan cara yang paling efektif untuk memaksimalkan collective stupidity di perusahaan karena orang-orang tidak perlu mengaktivasikan otaknya setiap kali mereka harus pergi ke kantor karena orang-orang dalam perusahaan sudah terdoktrin untuk mengikuti keputusan dari siapapun yang memiliki kekuatan politik tertinggi di perusahaan. Dan biasanya software developer adalah pihak yang selalu kalah karena dalam struktur organisasi software developer berada dalam posisi terendah. PPDD juga merupakan cara yang paling efektif untuk membuat orang-orang di perusahaan takut mengambil keputusan dan tidak memiliki sense of ownership karena dalam PPDD software developer dianggap tidak lebih dari spare part. PPDD adalah alasan kenapa konsep self-management terlihat sebagai sebuah utopia.

Metodologi software development di sebagian besar korporasi dan pemerintahan di Indonesia hingga hari ini masih memiliki aroma Political Power Driven Development (PPDD). Banyak yang mengatakan metodologi PPDD susah dihapus dari ekosistem software development di Indonesia karena faktor legacy turun-temurun gaya kepemimpinan dan sistem pendidikan dari masa lalu. Namun masa depan bukanlah sebuah interpolasi dari masa lalu. Masa lalu bersifat terbatas sedangkan masa depan bersifat tidak terbatas. Masa lalu bersifat statis sedangkan masa depan bersifat dinamis. Hanya karena masa lalu sudah kental dengan PPDD, bukan berarti masa depan ekosistem software development Indonesia harus tetap seperti ini.

The servant-leader is servant first. It begins with the natural feeling that one wants to serve, to serve first. Then conscious choice brings one to aspire to lead. That person is sharply different from one who is leader first.
— Robert Greenleaf

Sebagai pemimpin perusahaan kita harus menyadari bahwa seberapa banyaknya pun pengalaman yang telah kita miliki kenyataannya dunia kita bersifat terbatas. Years of experience is a flawed proxy for actual capability. Dunia kita dibatasi oleh interpretasi kita mengenai masa lalu yang pernah kita alami dan mengecualikan segala sesuatu yang tidak pernah kita lihat dan tidak bisa kita lihat atau pahami oleh akal budi kita. Dibutuhkan kerendahan hati dari kita para pemimpin untuk:

  • mau transparan;
  • mau masuk ke dalam passionate debate dengan pikiran terbuka dan berkolaborasi dengan software developer;
  • mendengarkan ide dari software developer yang mungkin jauh lebih baik dari ide kita sendiri;
  • mendengarkan kesulitan yang dialami oleh software developer dengan compassion;
  • hanya menggunakan kekuatan politik untuk meningkatkan kualitas hidup software developer bukan untuk sebaliknya;

agar masa depan ekosistem software development di Indonesia dapat didefinisikan ulang. Kita dapat merubah masa depan selama kita tidak mempertahankan masa lalu. Sudah saatnya ekosistem software development di Indonesia lebih menekankan collective intelligence, agility dan profesionalisme daripada political power dan deadline.

Jangan lupa untuk menekan tombol 💚 di bawah agar lebih banyak orang lagi dapat melihat artikel ini dan ekosistem software development di Indonesia bisa menjadi jauh lebih baik. Dan jangan lupa untuk bergabung dengan Scrum Day Bandung untuk bergabung dengan para pimpinan perusahaan yang menginginkan adanya perubahan di ekosistem software development Indonesia.

--

--

Konten tentang Scrum
Modern Management

Bukan hanya konten tentang Scrum, tapi disini kita akan ngobrolin Scrum yang efektif agar kostumer happy dan para pegawai juga happy dan menghasilkan cuan.