Bismillah… Saya mau pamer

Royyan Wijaya
Monolegend
Published in
4 min readJan 16, 2020
Artinya adalah untuk apa pamer kalau tidak menginspirasi.

Sebuah permulaan yang begitu kontradiktif. Sebuah kombinasi kata yang biasa digunakan sebagai tameng atau bisa dikatakan busana indah bagi niat yang terselubung. Dengan embel-embel “Motivasi” katanya. Biar yang lain ikutan, dan mengikuti jejak yang sedang dilakukan. Kenapa tidak? Toh nanti — nya akan balik berlipat-lipat dalam bentuk komoditas bernama “Keuntungan dari mereka yang belum tahu tentang niatku yang sebenarnya”.

“Maaf bukan bermaksud untuk pamer, TAPIII…”. Kalau diibaratkan ukuran volume pada berbagai suara. Kata “Tapi” memiliki porsi bagaikan mendengar suara ledakan bom nuklir dengan jarak dua meter jauhnya, duarrr bebek meledak jantung dan kepalamu. Lalu, kata “Maaf blablabla” hanya terdengar seperti ketika kamu mendengarkan lagu menggunakan speaker di antara barisan padat ketika menunggu antrian masuk ke KRL dengan volume 1%. Terdengar sih, kalo kamu menyumpalkan— nya di dalam telingamu hehe.

Hal yang sering kita jumpai, tak peduli entah kamu adalah seorang masterchef atau warga negara yang baik. Hal ini akan selalu kamu temui entah sedang membuka jasa titip luar negri ataupun membuka tirai nomer tiga. Akan selalu ada orang atau kelompok yang dengan antusias mendukung gerakan ini. Gerakan yang lebih halus daripada tepung tapioka maupun jin jelmaan Ratu Bilqis.

Tergantung kita sih melihatnya dari sisi mana, menurut saya ini memang murni memotivasi

Oh shit here we go again. Apakah kalian mendengar sesuatu? Benar, itu merupakan suara sudut pandang. Karena setiap manusia memiliki susunan DNA dan pemikiran yang berbeda, tentu saja output yang mereka hasil — kan dari membaca atau melihat sesuatu sudah pasti beda. Tetapi, perbedaan ini memiliki kelompoknya masing-masing. Kelompok itu dibagi menjadi tiga: Pro, Kontra, dan Oalahh gitu toh.

Tidak perduli kamu dari golongan mana. Yang pasti, pertempuran di antara mereka pasti sangat seru untuk dinantikan. Dan terlebih mampu membuat keramaian pada sirkel kehidupan manusia.

Bagi mereka yang mendukung gerakan pamer syari ini. Tentu saja akan mampu memberikan alasan atau bantahan apapun yang diutarakan oleh orang lain kepada — nya. Nafsu ingin tahu yang keterlaluan terhadap hal pribadi seseorang sangat tinggi. Bahkan lebih tinggi dari birahi menonton bokep di malam hari.

“Berapa nih earningnya? Bisikin dong staaaaaaaaaaaaaaaah ah ah ah ah”

Tanpa malu tanpa ragu, meski di tempat umum. Meski di hutan dan lautan All Blue. Mereka ini tidak akan pernah sungkan dengan rasa haus — nya untuk mengetahui berapa banyak yang didapatkan seseorang dari bidang tersebut.

Kemampuan dan rasa hormat bukan lagi menjadi tolak ukur untuk menilai seseorang. Uang, pendapatan, ketenaran. Apapun itu sebutan — nya. Itulah tolak ukur yang sebenarnya. Mereka ini akan dengan antusias tanpa perlu di suruh pun akan dengan senang hati melakukan — nya. Dengan mata terbuka maupun tertutup.

Dampaknya? Tentu kalo orang yang menerima ini sudah tahu — menahu tentang hal tersebut pastilah tidak akan terlalu berimbas pada diri mereka. Bagaimana dengan mereka yang baru terjun? Atau bahkan belum sama sekali?

Ya tentu saja kehancuran akan segera menyapa dalam waktu dekat.

Halo, perkenalkan nama saya Kehancuran Pendidikan.
Halo, perkenalkan nama saya Kehancuran Kualitas.
Halo, perkenalkan nama saya Kehancuran Ekosistem.

Bagi mereka yang pro dengan gerakan ini. Tentu saja tidak akan melihat hal-hal yang seperti ini. Mereka sudah terlalu kaya sampai bisa membeli kacamata kustom pribadi dengan lensa gelap pekat dan pengelihatan dari dalam mereka modifikasi dengan gambar kesuksesan mereka karena telah merasa berhasil memberikan dampak n̶e̶g̶a̶t̶i̶f̶ positif kepada komunitas yang mereka bimbing agar bisa sukses menjadi referral. Halah, maaf salah, maklum nulisnya jam satu pagi hehe. Maksud saya berhasil menjadi sukses dengan materi yang berlimpah disertai akhlak yang mulia. Ohh indahnya nusantara.

Kalian tidak percaya? Tulisan ini adalah bukti pamer bahwa saya bisa menulis panjang meskipun kemampuan bahasa dan literasi sastra saya terbatas. Tulisan ini adalah bukti pamer saya bisa menilai seseorang yang kemampuan — nya jauh di atas saya dengan seenak hati dan gak perlu memikirkan tentang perasaan orang lain. Entah ia akan terusik ataupun justru malah sadar. Dan tulisan ini adalah bukti pamer saya bahwa saya nanti-nya bisa membuat kalian ter — influence dan sedikit — banyak mengikuti pemikiran saya. Ya, semoga saya sadar nanti setelah membaca tulisan saya sendiri.

Lalu, bagaimana caranya agar bisa lepas dari jeratan pamer syari ini? Jawabnya ada di langit. Benar, keluarlah sebentar untuk menghirup udara bebas. Sesekali, jangan lupa menyapa tetanggamu yang sedang lewat dan berikan senyum terbaik, kepalkan tangan, mantapkan niat sembari berkata “ORA UMUM!”.

Jawaban sebenarnya adalah kamu cukup membeli kata “Belajar”. Harganya variatif ya, mulai dari 0 rupiah sampai nilai yang tidak bisa kamu bayangkan. Oiya, denger-denger ada cashback loh. 100% cashbacknya berupa pengetahuan yang nantinya akan sangat membantumu dalam kehidupan yang akan kamu jalani.

Belajar untuk menahan diri, belajar untuk memahami, belajar untuk waspada, dan belajar-belajar yang lain-nya. Tentu saja coret daftar belajar yang memberikan dampak negatif. Seperti… Ya kan kalian sudah baca dari atas masa masih belum sadar juga bangsat. Maaf, umpatan ini bukan untuk kalian, melainkan untuk Fatan dan Ardan hehe.

Kibod baru alhamdulillah, dipakai di hari selasa.

Maaf sebelumnya kalau ada pihak yang tersakiti, sebenarnya saya menulis panjang lebar itu karena saya mau pamer kibod baru. Tapi ya karena pamernya di Medium masa nulisnya cuman “Bismillah… Saya mau pamer”. Kan cuman jadi judul aja jadinya. Jadi, saya menulis tulisan ini menggunakan kibod baru dong hehe. Maaf kalau kalian merasa tertipu. Terima kasih sudah membaca sejauh ini. Kalian memang sahabatku.

Jangan lupa, besok hari sabtu, selamat pagi bumbu rawon.

--

--