Kebencianku Terhadap KPOP

Royyan Wijaya
Monolegend
Published in
6 min readFeb 1, 2019
Momo Twice dari MV Like OOH-AHH

Pernah aku waktu itu, waktu jaman masih SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Jaman di mana lagi nakal-nakalnya masa muda, masa di mana belum terlalu tau apa itu masa depan dan bagaimana caranya mempersiapkan diri akan hal itu.

Saat itu, ketika bel istirahat berbunyi, sekitar pukul 10 pagi waktu Indonesia bagian barat. Aku dan ketiga temanku langsung bersiap-siap menuju kantin. Sebut saja mereka ini Zainal, Rizky (dipanggil Boker), dan Swin. Oiya ini nama asli mereka, mana mungkin aku menyamarkan nama teman-temanku hehe. Berjalanlah kami berempat waktu itu menuju pintu keluar kelas. Waktu itu, aku melihat teman-temanku yg perempuan, mereka bersiap udah siap mau melangsungkan ritual favorit mereka. Karena sekolahku waktu itu jurusan Multimedia, tentu sangat wajar bila rata-rata dari kami pergi ke sekolah sambil membawa leptop. Ya benar, menonton video Korean Pop idola mereka nyanyi sambil menari-nari. Korea Selatan ya, bukan Utara hehe.

Tak lupa dan tak akan pernah ketinggalan, aku pasti ngatain mereka dengan nada yg menyebalkan dan terdengar mengesalkan. Tujuanku waktu itu tentu saja agar mereka sadar, bahwa mereka sedang menikmati tontonan yg aku benci, tontonan yg tidak kusukai, tolong segera hentikan.

“Apasih kalian ini tiap hari nontonin banci plastik goyang-goyang, sekalinya ada banci beneran ngamen diusir”, begitu kataku waktu itu kepada mereka.

Aku tau dan yakin pasti kata-kata ini sedikit banyak melukai hati mereka yg kala itu sedang menikmati tontonan yg mereka sukai. Tapi bodoamat juga pikirku waktu itu, aku benci hal tersebut, kalian gak seharusnya menampilkan-nya di depanku. Kalian harus terima kalo aku jelek-jelekin idola kalian, kalian harus terima kata-kata kasarku kepada mereka. Jahat sekali ya aku waktu itu, tapi tak menyadarinya hehe. Teruntuk teman-temanku, kalo kalian baca ini, maafkan kejahatanku waktu itu. Aku belum mengerti akan hal tersebut.

“Hala kamu tuh gatau kalo mereka ini berprestasi bla bla bla, udah deh gausah ganggu kami, gausah ikut campur, sana gih buru urusin urusanmu sendiri”, ketus salah satu temanku menganggapi bacotanku waktu itu.

Berlalu aku pergi, meninggalkan mereka dan hal yg mereka sukai. 30 menit setelahnya, bel masuk berbunyi. Aku dan teman-temanku kembali ke kelas untuk melakukan kegiatan belajar, tentu saja setelah kami makan minum dan berbagi rokok di kantin sekolah. Ketika sudah memasuki ruang kelas, aku masih melihat teman-temanku ini masih melanjutkan aktifitas ngidol mereka. Tentu saja dan tentu dong ya, aku ngatain mereka lagi

“Ya Allah udah bel masuk masih aja kalian ngehalu, rame-rame lagi. Tar kuliah ambil jurusan Supranatural aja la kalian, biar ngehalunya maksimal. Lagian udah masuk la ini, udah mau pelajaran, tar lagi la itu halunya”, jahat amat ya aku waktu itu kalo ngebacotin temen-temenku.

Segera mereka menghentikan aktifitas tersebut dan siap-siap memperhatikan pelajaran selanjutnya. Ada benarnya aku mengatakan mereka untuk menghentikan aktifitas tersebut, tapi caraku mengungkapkan-nya yg salah dan menyakiti hati mereka, dobel sepertinya.

Kejadian serupa serta tingkah lakunya, selalu aku ulang-ulang terus menerus, gak sadar ternyata bahwa menjadi jahat waktu itu adalah sebuah hal yg bisa kubanggakan karena ketidaktahuanku terhadap hal tersebut. Sampai suatu ketika, kejadian-nya waktu itu kurang lebih pas aku menginjak tingkat akhir, ya benar kelas 3 SMK. Saat itu, ada semacam pameran, tapi lebih ke seperti tugas akhir gitu kan. Nah rata-rata dari kelompok dan kelas lain ini mereka cuman sekedar menampilkan pameran saja, tanpa ada tambahan aksi hiburan lain-nya. Sedangkan di kelas kami, kami memiliki ide tambahan yaitu untuk menambahkan hiburan lain. Dance, waktu itu kami ingin melakukan dance, tapi cuman yg laki aja. Dipilihlah 3 laki-laki dari kelompok kami Zainal, Wahyu (Tape) dan aku salah satunya, Banana Boy, itulah nama grup dance kami waktu itu. Dimulailah latihan kami bertiga, saat itu pelatih kami 2 orang fans KPOP sebut saja namanya Zaza dan Ristra, mereka juga nama asli.

Nah ceritanya, mereka yg ngemix lagu apa saja yg akan kami gunakan sebagai irama latar belakang dance kami. Seingatku, ada 3 lagu yg dicampur di sana, Dance On The Floor-nya Pitbull dan Jennifer Lopez, I wanna be boyband-nya Project Pop, lalu ada lagi satu lagu yg asing di telinga kami. Lagu yg dinyanyikan menggunakan bahasa yg kami tidak ketahui sama sekali. Kami pikir itu lagu dari band Jepang waktu itu.

Foto diambil dari akun facebook guru seni rupa saya Pak Budi Ipeng.

Singkat cerita, kami latihan rutin. Menghafalkan koreografi dan menyelaraskan gerakan kami bertiga. Hingga sampailah pada hari H, hari di mana kami dance di tengah kerumunan siswa-siswi dari kelas lain. Perasaanku waktu itu sedikit nerveous di awal, lalu menikmati gerakan selanjutnya seiring lagu yg diputar untuk mengiringi gerakan kami. Setelah selesai, ada rasa bangga dan lega padaku saat itu. Lalu, setelah hal tersebut usai, barulah mereka memberi tahu kami lagu apa yg ketiga, lagu yg kami anggap sangat asing di telinga kami.

“Itu lagu ketiga lagunya Super Junior, judulnya Mr. Simple”, Ristra bilang kepada kami.

Jelas kaget kami waktu itu, karena kami bertiga anti dengan hal tersebut. Bisa-bisanya mereka ini ya. Terlebih aku waktu itu langsung protes kepada mereka. Kenapa kok pakai lagu itu sih, kan aku gak suka. Jujur perasaan benciku terhadap KPOP waktu itu sedikit bercampur aduk. Seperti ini kan aliran lagu yg sangat gak kusuka, sangat kubenci. Tapi kenapa tadi aku menari menggunakan lagu ini. Padahal masih banyak lagu lain yg bisa dijadikan pengiring. Tapi di sisi lain, lagu ini juga gak seburuk yg aku kira. Cuman memang aku jijik saja waktu itu melihat sekelompok laki-laki menari. Eh, nyatanya kami juga melakukan hal tersebut. Bedanya, kami buluk, mereka putih, bersih, dan tinggi. Mungkin dari situ juga salah satu alasan kami ngatain mereka waktu itu. Perasaan waktu itu mungkin bisa disimpulkan menjadi antara benci dan sedikit bisa menerima.

Yuju Gfriend dari MV Navillera

Berlalu lah kehidupan sekolah kami, menjalani dan melanjutkan hidup dengan aktifitas masing-masing yg berbeda-beda. Lalu, sekitar akhir 2017, aku mulai melirik dan tertarik dengan KPOP. Saat itu, ada temanku, namanya AS, kali ini pakai nama samaran hehe, dia lah yg mengenalkanku dan membuatku sedikit demi sedikit dari yg tadinya benci berlebihan terhadap KPOP, menjadi suka dan mulai menikmati konten-nya. Mungkin karena waktu itu dia mengenalkan KPOP tapi yg girlgroup, dan membuatku tertarik dan penasaran dengan hal tersebut saat itu juga. Jelas la ya, mereka cantik, putih dan bersinar, maaf saya lebay. Tapi itulah yg saya rasakan ketika melihat dan mulai mencoba memperhatikan dengan lebih serius. Ya benar, Twice, girlgroup pertama yg aku kenal dan lalu mulai mengeksplor sendiri hal tersebut hingga aku tau girlgroup lain seperti Red Velvet, Girlfriend, Apink, Dreamcatcher, Sistar, AOA, Exid, Mamamoo dan Girls Generation. Kalo ditanya gimana pendapatku tentang mereka saat ini, wah suka banget sih ya. Bisa dibilang tiap harinya aku mendengarkan salah satu dari mereka secara rutin bahkan memfollow akun-akun roleplayer di Twitter yg share gambar atau kegiatan mereka, karena aku tau mereka lebih update daripada aku yg masih amatiran ini.

Irene Red Velvet dari MV #Cookie Jar

Hal yg bisa kupelajari terkait dengan kebencianku yg berlebihan terhadap KPOP adalah kalo kamu benci terhadap sesuatu, terlebih benci yg begitu muak, tunggu sampai ada suatu hal, suatu hal yg menurutmu menarik di luar itu dan menjadi satu dengan hal yg kamu benci.

Kamu akan merasakan percampuran perasaaan saat itu juga, antara tetap membenci atau perlahan menerima dan berbalik menyukai? Semua tergantung sudut pandang masing-masing. Saat menulis cerita ini, saya sedang memutar lagu terbaru dari Gfriend yg berjudul Sunrise, dan menikmatinya. Terima kasih sudah membaca sampai sejauh ini, semoga hari kalian menyenangkan.

--

--