Superman Is Dead, Grup Pelawak Yang Menginspirasi

Royyan Wijaya
Monolegend
Published in
5 min readSep 4, 2021
Superman Is Dead — Bukan Pahlawan

Sekitar 2006–2007 lalu (saya lupa tepatnya), saya mulai suka dengan grup pelawak ini. Bukan tanpa alasan, waktu itu kejadiannya sederhana. Saya ingat, saat itu Guru Bahasa Indonesia kami, memberikan sebuah tugas untuk membuat puisi — lalu nantinya, puisi paling bagus akan dibacakan di depan kelas oleh Guru saya sebagai contoh, dan tentu saja mendapat nilai yang bagus. Singkat cerita, karena saya yang waktu itu tidak tahu menahu mengenai hal ini, saya pun meminta bantuan adik sepupu saya yang umurnya 3 tahun lebih tua dari saya. “Sini aku bikinin puisi, pasti nanti kamu juara 1, seenggaknya dalam kategori keindahan kata-kata”.

Keesokan harinya, puisi tersebut pun jadi. Tanpa berpikir panjang, segera saya salin tulisan adik sepupu saya, kemudian segera saya bawa ke sekolah dan saya kumpulkan beserta tumpukan puisi lainnya dari teman-teman. Kemudian, Guru saya pun bilang nanti di pertemuan selanjutnya akan diumumkan hasil dari tugas puisi tersebut. Hingga tiba hari-H, ternyata puisi yang saya kumpulkan mendapatkan predikat sebagai puisi terbaik kala itu. Saya kaget, kok bisa? Akhirnya, dibacakanlah puisi tersebut oleh Guru Bahasa Indonesia saya.

Setelahnya, bisa ditebak, seisi kelas pun juga penasaran dan sangat tidak yakin kalau saya mampu membuat puisi sebagus itu. Ya karena memang kenyataannya begitu. Lalu, lembar puisi tersebut pun dikembalikan kepada saya. Sampai rumah — saya baca lagi, memang kata-kata yang ada di dalamnya begitu bagus. Sampai saya bingung apa maksud dari puisi tersebut. Dengan segera saya menuju rumah adik sepupu saya dan menanyakan perihal makna yang terkandung dalam puisi tersebut. “Nih kamu dengerin aja”, sembari memutar lagu di sebuah DVD player.

“Jreng… Aa ahaa, aa ahaa aaa … Di sudut kota ini melangkah sepi dihantui mimpi abadi”. Penggalan lirik dari lagu berjudul Bukan Pahlawan — Superman Is Dead dan juga merupakan puisi yang saya kumpulkan waktu itu.

Perasaan pertama yang saya rasakan kala itu adalah perasaan antusias, perasaan senang akan sesuatu yang belum pernah saya rasakan. Sebuah perasaan kagum yang begitu aneh, dengan segera saya bisa menyimpulkan, wah saya suka sekali lagu ini. Segera, saya pun bertanya pada adik sepupu saya, apa nama grup band tersebut. “SID”, sahutnya. “Apa tuch?”, balasku. “Superman Is Dead”. Dengan segera, saya pun menulisnya di sebuah kertas. Saya akan mendengarkannya lagi nanti. Dan tak lupa saya juga bilang ke adik sepupu saya. “Apaan? Puisi nyontek plek keteplek dari lagu, kirain bikin sendiri”. Dengan ketawa lepas kemudian kami pun lanjut bermain Playstation.

Bukan Pahlawan, lagu pertama yang saya dengarkan dari Superman Is Dead. Grup yang beranggotakan Bobby Kool pada vokal, JRX pada drum, dan Eka Rock pada seruling. Dari mereka bertiga saya tau bahwa melalui musik, kita juga bisa bersuara — tentu saja, karena kalo melalui akting kita bisa membuat film, dan melalui Eka Rock, kita bisa bikin Srimulat.

Waktu berlalu dan tidak berakhir di situ saja, ketika menginjak bangku SMK, waktu itu saya injak pakai sepatu futsal merk Nike KW beli di pasar harga 25rb. Saya pun memulai debut saya sebagai idol KPOP. Tentu saja bukan, maksud saya adalah saya mulai dari yang tadinya cuman mendengarkan Superman Is Dead hanya via DVD. Kali ini saya mulai menonton konser mereka. Waktu itu, saya menontonnya hanya dengan 3 orang saja. Jadi, 4 totalnya kalo saya ikut dalah hitungan. Dan semuanya merupakan saudara saya. Adik kandung, adik sepupu, dan satunya lagi teman sekolah.

Outsider dan Ladyrose Surabaya Senja Banner (2014).

Lama kelamaan, dari yang tadinya kami menonton konser gak sampai dengan 5 orang, perlahan banyak saudara lain yang ingin bergabung untuk menonton band kesayangan kami manggung secara bersama-sama. Hingga sampai 10 orang yang terkumpul. Akhirnya kami memutuskan untuk membuat komunitas kecil-kecilan. Nama komunitas kami waktu itu ialah Outsider dan Ladyrose Surabaya Senja.

Dari 10 Outsider dan Ladyrose itu pun, kami mendapatkan saudara yang lebih banyak lagi. Hingga kami memutuskan untuk gimana kalau kita bikin kaos bareng sebagai identitas komunitas? Ya namanya juga muda dan berbahaya, tentu saja kami ingin terlihat gaul dan keren. Karena kami bangga dengan apa yang kami lakukan.

Karena saya adalah satu-satunya dalam komunitas yang bisa bikin “desain”. Jadinya ya saya memiliki tugas untuk membuat desain kaos untuk komunitas waktu itu.

Desain pertama kaos untuk Outsider dan Ladyrose Surabaya Senja (2013).
Desain kedua bagian depan kaos untuk Outsider dan Ladyrose Surabaya Senja (2014).
Desain kedua bagian belakang kaos untuk Outsider dan Ladyrose Surabaya Senja (2014).
Preview keduanya.

Dan kemudian, saya bertugas untuk membuat desain-desain kaos selanjutnya. Semua file di atas hanya tersisa dalam format resolusi rendah. Entah kemana format mentahannya, saya juga lupa hehe. Kenapa di gambar kaos kedua ada gambar John Cena dan Mbak Korea? Ya karena waktu itu kami berpikir itu adalah watermark yang begitu besar, yang begitu mengganggu hingga orang lain akan susah untuk mengambilnya.

Selain menonton konser, kami pun saat itu juga aktif di kegiatan sosial. Seperti membantu mengumpulkan donasi untuk korban bencana alam, memberikan pembelajaran tentang musik — hingga desain grafis. Dan kami sangat senang juga bangga dengan apa yang kami lakukan waktu itu.

Salah satu dokumentasi kegiatan sosial kami waktu itu.

Menulis cerita ini, mengingatkan saya tentang begitu banyak kenangan yang saya miliki saat itu. Saat di mana energi banyak berkumpul untuk melakukan berbagai macam hal yang saya sukai tanpa adanya penyesalan. Satu-satunya hal yang saya sesali adalah kenapa saya tidak membuat kenangan yang lebih banyak saat itu. Menonton lebih banyak konser, berkenalan dengan lebih banyak orang, membuat lebih banyak dampak positif terhadap lingkungan — hingga budidaya lobster air tawar. Kenangan tentang kebanggaan akan musik yang mampu membuat kami menjadi sosok yang lebih baik. Membantu kami untuk menjadi lebih dewasa, berpikir kritis dan bernalar tajam seperti Kuda Lumping.

Jalani dengan bangga — menyala indah dan tak pernah padam! — JRX

Terima kasih Superman Is Dead, selamat ulang tahun yang ke-26. Tetap menginspirasi dan tetaplah menjadi grup favorit kami semua. Kami bangga pada apa yang kalian lakukan, keep rockin!

--

--