Ilusi Keluarga (Sempurna)

Achmad Iman Firmansyah
monsyouth
Published in
5 min readDec 19, 2019
https://siap-nikah.id/img/dsc6439.jpg

Di timeline gw lagi rame nunjukin hasil kuesioner siap-nikah.id, jadi gw ikutan penasaran dan iseng juga ngisi. Udah kebayang sih pertanyaan-pertanyaan nya pasti absurd, tapi yaudah lah ya. Hargai usaha yang bikin, kalau istilah bahasa Jerman nya itu “sakitu ge uyuhan”.

Definisi Keluarga

Jadi berapa minggu kemarin ini gw mempertanyakan lagi apa sih definisi “keluarga”?

Kalau versi kbbi.web.id
keluarga/ke·lu·ar·ga/ n 1 ibu dan bapak beserta anak-anaknya; seisi rumah: seluruh — nya pindah ke Bandung; 2 orang seisi rumah yang menjadi tanggungan; batih: ia pindah ke Jakarta bersama — nya; 3 (kaum — ) sanak saudara; kaum kerabat: ia sering berkunjung ke Jakarta karena banyak — nya tinggal di sana; 4 satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat;

Jelas sekali kalau menggunakan versi situs Kamus Besar Bahasa Indonesia, buat gw definisi nya makin absurd. Gw tanya aja orang-orang yang gw temui, dan kebanyakan bingung jawab, akhirnya pertanyaannya gw bikin spesifik lagi:

perasaan apa yang muncul ketika mendengar kata “keluarga”?

Keseruan dimulai.

Karena ternyata jawabannya beragam. Buat gw sendiri keluarga itu identik dengan kehangatan, kenyamanan, saling melindungi.

Tapi….

Identitas “keluarga” yang gw tau tersebut tidak gw alami, gw cuman tau dari iklan, film, dan media lain nya yang gw konsumsi dari kecil.

Keluarga Sebatas Fisik/Biologis

Merujuk ke definisi keluarga berdasarkan situs Kamus Besar Bahasa Indonesia, keluarga itu adalah (fisik) Ibu dan Bapak Beserta anak-anaknya.

Kalau buka situs nya siap-nikah.id bisa lihat ada foto perempuan dan lelaki dewasa dengan anak perempuan dan anak lelaki. Sungguh standar sekali.

Atau coba lihat lagi logo-logo organisasi dibidang Keluarga Berencana, ada ilustrasi 2 orang dewasa dengan 2 orang anak.

Apakah gw hidup dengan keluarga?

Dengan definisi keluarga yang hanya sebatas fisik, lalu gw bertanya pada diri sendiri, ya karena hanya diri gw yang bisa jawab, dan masih ga terjawab. Dan gw heran kenapa lo masih baca tulisan gw.

Makannya gw nanya ke orang-orang yang gw temui mengenai definisi keluarga. Pusing kan? sama!

Gw anak tunggal. Dari gw lahir, nyokap gw udah pisah sama bokap. Dari SD sampai kuliah gw di Jakarta tinggal dengan keluarga kakaknya nyokap dengan istri serta kedua anak-anaknya. Jadi gw punya komparasi mengenai keluarga.

Sosok ayah yang gw tau cuman kakek sama uwa(paman) gw itu. Kalau berdasarkan orang-orang bertitel yang mempelajari perilaku manusia, bahwa anak memerlukan sosok Ibu dan Ayah. Tanpa gw ga pernah tau kenapa perlu.

(Tapi akhirnya gw tau kenapa perlu setelah belajar sex and gender terkait peran sosial. Tapi gw nulis ini bukan mau bahas peran gender dalam sosial. Jadi kita skip.)

Balik ke definisi serta proyeksi mengenai keluarga. kemudian melihat ke diri gw, berarti gw ga punya keluarga?

Gw ga punya keluarga bukan hanya secara kasat mata, tapi yang tidak kasat mata juga.

Keluarga sebagai unit terkecil organisasi

Kalau liat keluarga dari sisi fisik dengan ayah, ibu, dan (dua) anak, yang jelas gw mah didiskualifikasi. Kemudian menarik melihat keluarga dari sisi unit terkecil organisasi, menarik karena gw sarjana manajemen sumber daya manusia(sesumbar yang percuma).

Organisasi apa pun skala nya, jelas ada interaksi antar anggota organisasi. Anggap aja lah gw serumah sama bokap, nyokap, dan adik. Sekarang sih gw emang tinggal bertiga, karena nyokap udah nikah lagi, dan gw punya adik dari bokap tiri tapi ga serumah. Ini malah jadi cerita keluarga gw. Baiklah kita lanjut.

Urutan aktivitas gw dirumah adalah bangun pagi, mandi, berangkat kerja, pulang lagi kerumah biasa jam 11 malam keatas, dimana gw pulang ortu gw udah terlelap nyenyak, begitu juga kegiatan gw weekend.

Btw, gw tinggal dilantai atas sendiri dan ortu gw dilantai dasar. Dengan layout lantai yang copy paste: kamar, ruang tengah, kamar mandi, dapur. Yang semakin gw ga perlu ada interaksi ke lantai bawah.

Kasian juga nyokap gw, tiap tetangga nanya anaknya kerja apa, bingung jawab. Nyokap gw sih ga pernah nanya gw kerja apa, selama seluruh biaya rumah ter-cover. Karena kalau nyokap gw nanya, gw juga bingung jelasinnya.

Malahan temen deket gw dan ortu nya lebih tau gw kerja apa. Atau jaman gw masih nge-kost, hampir tiap malam gw ngobrol dengan bapak kost. Jadi kalau pakai definisi unit terkecil organisasi, lagi-lagi gw ga punya keluarga.

Yang paling mentok lagi definisi keluarga dari Kartu Keluarga, dan barusan gw cari Kartu Keluarga gw buat difoto, ternyata entah gw taro mana, berguna cuman buat daftar sim card. Kartu Keluarga gw cuman ada satu nama, yaitu nama gw sendiri sebagai anggota merangkap kepala, karena gw pernah cerai.

Ok, gw punya Kartu Keluarga walaupun isinya cuman gw sendiri. Jadi kalau bicara unit terkecil sebenarnya ya individu.

Ikatan Emosional Dalam Keluarga

Bullsh*t lah, kalau buat gw.

Hubungan darah adalah segala-segalanya. Ya, mungkin buat orang lain.

Salah satu job desc gw adalah memasukkan dan mengeluarkan orang dari pekerjaan. Ketika ada yang butuh pekerjaan malah gw ga mengutamakan saudara gw, karena gw udah bisa ngukur bagaimana etos dan performa kerja dari keseharian dirumah. Dan gw pun akan memasukkan saudara gw sendiri yang memang gw tau performa nya bagus.

Sepengalaman gw, teman yang justru lebih tau apa yang lagi gw alami, tau apa yang gw suka atau ga.

Hubungan Keluarga Membentuk Ikatan Emosional atau Ikatan Emosional Membentuk Hubungan Keluarga?

Ini jadi semacam pernyataan Cak Lontong yang dibulak-balik. Jujur aja kadang gw suka iri sama teman yang bisa cerita apa pun ke ortu atau sodara nya. Ya, karena gw ga pernah ngalamin hal tersebut.

Iri gw bukan soal keluarga yang punya kedekatan emosional, tapi iri ga perlu repot-repot ngajak ngafe cuman untuk cerita. Bisa tetap dirumah dan terjalin interaksi.

Bahkan gw salut sama pasangan yang dari awal nikah memang udah niat adopsi anak, karena berfikiran ya semua anak adalah anugrah. Dan hubungan emosional harus dibangun, bukan auto jadi karena hubungan darah.

Ga Ada Kesimpulan

Kalau lo berharap artikel ini bisa dapat pencerahan, insight, atau sudut pandang baru keilmuan mengenai keluarga. Selamat! Lo udah baca halaman yang salah.

Atau mungkin lo punya pengalaman sendiri soal definisi keluarga. Tulis aja di kolom komen,

Pesan penutup: jangan lupa klik Subscribe dan Like, salah dink kalau di Medium “Clap”. Semoga artikel ini tidak membawa manfaat.

Disclaimer: Tulisan yang ada pada publikasi Mons di Medium sepenuhnya bersifat pribadi dan tidak mewakili Mons. Mons sangat menghargai keberagaman serta kekuatan tiap individu.

--

--