Bahaya Penundaan yang Sering Tidak Disadari

Darmawan Aji
Motiva
2 min readFeb 21, 2021

--

Apa penyesalan terbesar yang dialami seseorang saat orang yang dicintainya meninggal dunia? Rata-rata orang menyesal akan dua hal:

  1. Menyesal akan apa yang sudah dilakukan terhadap orang yang dicintainya.
  2. Menyesal akan apa yang belum dilakukan terhadap orang yang dicintainya.

Di antara kedua hal ini, mana yang lebih disesali? Ternyata yang paling disesali adalah tipe penyesalan yang kedua: penyesalan tentang apa yang belum dilakukan terhadap orang yang dicintainya. Penyesalan ini sangat terkait dengan sikap menunda-nunda. Kita menunda-nunda sebuah niat baik, sebuah rencana, atau sebuah tindakan — sedemikian lamanya — hingga orang yang kita cintai meninggal dunia.

Penundaan, terlihat begitu sepele, namun dampaknya bisa sangat besar.

Berdasarkan riset, setidaknya ada tiga konsekuensi negatif dari penundaan.

  1. Pencapaian yang rendah.
  2. Emosi negatif yang lebih sering.
  3. Masalah kesehatan.

Pencapaian yang rendah.

Ini sangat jelas terlihat. Piers Stiels dari Universitas Calgary menyimpulkan bahwa penundaan menyebabkan kinerja yang buruk (ada keyakinan bahwa kalau sudah kepepet kita bisa menuntaskan pekerjaan lebih cepat, namun kualitas hasil sebenarnya lebih buruk).

Emosi negatif yang lebih sering.

Kita sudah bahas ini di artikel sebelumnya. Riset Tim Psychyl menyatakan bahwa emosi negatif memicu penundaan, penundaan memicu emosi negatif lainnya (penyesalan, rasa bersalah, dsb).

Masalah kesehatan.

Menurut riset Fuschia Sirois, penundaan memengaruhi masalah kesehatan dengan dua cara.

Pertama, menunda-nunda menciptakan stress. Stress akan menurunkan kadar imun kita. Kita jadi lebih mudah sakit.

Kedua, penundaan kronis terhadap perilaku sehat akan berimplikasi pada masalah kesehatan. Menunda berolahraga, makan sehat, tidur cukup, dan perilaku sehat lainnya mengakibatkan masalah kesehatan di kemudian hari.

Penundaan membuat kita menjadi musuh bagi diri kita sendiri. Kita menunda hal-hal positif yang mungkin terjadi. Kita menunda-nunda mencapai tujuan yang benar-benar kita inginkan. Kita menunda kebiasaan baik yang ujungnya membuat kita terjebak dalam kebiasaan buruk.

Waktu kita dalam menjalani kehidupan sangat terbatas. Kehidupan terus berjalan ke ujung waktu dan kita membuang-buang waktu di sepanjang perjalannya dengan menunda-nunda hal baik yang mungkin bisa kita lakukan atau capai. Sudah saatnya kita menjalin komitmen dengan hidup kita sendiri dengan berhenti menunda-nunda, karena waktu kita berharga.

Sebagai refleksi kita, jika hari ini adalah hari terakhir dalam hidup Anda: “Apa satu hal yang paling Anda sesali karena Anda menunda-nunda melakukannya?”

Kalau ada Kelas Anti Penundaan selama 5 hari, belajar via grup WA dan Zoom khusus untuk para emak yang ingin produktif. Didampingi oleh seorang coach yang juga psikolog (emak-emak juga). Mau ikut?

--

--

Darmawan Aji
Motiva
Editor for

Productivity Coach. Penulis 7 buku pengembangan diri. IG @ajipedia Profil lengkap: darmawanaji.com