Prioritasmu Saat Ini Apa Saja?

Darmawan Aji
Motiva
2 min readFeb 16, 2021

--

Pertanyaan semacam ini jika ditanyakan sebelum tahun 1940 terasa aneh. Mengapa? Sebelum tahun itu, yang namanya prioritas itu hanya satu — tidak lebih. Maka pertanyaan “prioritasmu apa saja?” menjadi tidak pas. Pertanyaan yang pas adalah “prioritasmu apa?”

Ada pergeseran kata “prioritas” dalam bahasa Inggris. Teman-teman bisa lihat grafik di bawah ini:

Dari 1600 s/d 1900an awal, kata yang digunakan adalah “priority” (tunggal/singular). Kata “priorities” (jamak/plural) baru digunakan setelah 1930 dan memuncak pada 1970an-1990an.

Greg McKeown dalam buku Essentialism mengatakan: “The word priority came into the English language in the 1400s. It was singular. It meant the very first or prior thing. It stayed singular for the next five hundred years. Only in the 1900s did we pluralize the term and start talking about priorities. Illogically, we reasoned that by changing the word we could bend reality.”

Terjemahan bebasnya: “kata “priority” datang ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1400an. Ia merupakan kata tunggal. Artinya yang paling pertama — hal paling utama. Kata ini bertahan selama 500 tahun sebagai kata tunggal. Baru pada tahun 1900an kita membuat kata tersebut menjadi plural/jamak dan mulai bicara tentang “priorities” — prioritas-prioritas. Secara tidak logis, kita beralasan bahwa dengan mengubah kata kami dapat membelokkan kenyataan.”

Jika semua hal itu prioritas, maka artinya tidak ada prioritas. Jika semua hal penting, maka artinya tidak ada hal yang penting.

Lucunya, dalam pekerjaan, bisnis dan kehidupan kita, prioritas kita banyak. Tak heran fokus kita terpecah dan kita merasa tidak punya waktu. Tak heran kemudian hasil yang tercipta menjadi rata-rata. Ibarat sinar matahari, ia punya energi yang luar biasa. Namun ia tidak bisa membakar kertas sampai kita memfokuskannya dengan lensa. Energi kita pun sama. Kita tidak akan berhasil menciptakan perbedaan nyata, bila energi kita tersebar kemana-mana.

Dalam bisnis, Simon Collinson — profesor bisnis internasional dan inovasi di Warwick Business School — menemukan bahwa 200 perusahaan global terbesar kehilangan sekitar 10% dari laba mereka sebagai akibat dari kompleksitas dalam bisnis mereka. Kompleksitas yang berasal dari aturan, proses, sistem, hierarki.

Dalam kehidupan, kita ambil semua peran yang muncul. Kita kejar lebih dari satu tujuan dalam hidup, dan akhirnya kita tidak berhasil mencapai apa-apa.

#produktivitas

PS. Saya sedang terpikir untuk membuat kelas tentang produktivitas bagi para entrepreneur. Saya pikir, para entrepreneurlah yang perlu banyak belajar tentang produktivitas. Insyaallah akhir Maret. Tunggu infonya lebih lanjut ya.

--

--

Darmawan Aji
Motiva
Editor for

Productivity Coach. Penulis 7 buku pengembangan diri. IG @ajipedia Profil lengkap: darmawanaji.com