Suka Duka Menjadi Asisten Laboratorium

Naufaldi Rafif Satriya
Naufaldi Note
Published in
3 min readDec 30, 2018
Photo by NeONBRAND on Unsplash

Bagi teman-teman mahasiswa, rasanya sudah tidak asing dengan Asisten Laboratorium (Aslab) yang akan selalu menemani teman-teman ketika sedang praktikum. Bisa dibilang tugas Asisten Laboratorium adalah untuk membantu dosen ketika mata kuliah praktikum. Syarat menjadi aslab di UIN Malang cukup sederhana, yaitu minimal memiliki nilai praktikum adalah B dan memberikan surat lamaran sebagai Aslab.

Sejak menginjak semester 3, saya sudah mendaftarkan diri saya sebagai Aslab. Mulai dari praktikum Struktur Data, Dasar Pemrograman, PBO, Pemrograman Web dan Sistem Terdistribusi. Bisa dibilang, hobi saya adalah mengajar. Mungkin ini juga dipengaruhi DNA saya dimana orang tua saya adalah pengajar.

Kali ini, saya ingin sedikit membagikan pengalaman saya selama beberapa tahun menjadi aslab di jurusan Teknik Informatika , di UIN Malang. Biar, mungkin juga mengajak adek tingkat untuk mendaftar menjadi aslab.

Suka-nya menjadi Aslab

#Mengenal Adek Tingkat. Bisa memperbanyak lembar-lembar pertemanan dengan adek tingkat. Punya kenalan baru, teman baru bahkan bisa jadi teman untuk proyek.

#Mengingat materi perkuliahan. Nilai yang paling penting dan salah satu tujuan utama saya untuk menjadi aslab. Hal inilah yang membuat kita untuk mengingat materi — materi semester sebelumnya. Karena, bila sangat mustahil mengajari sebuah materi sedang diri kita sendiri tidak begitu memahami materi yang diajarkan.

#Ikhlas beramal. Sesuai dengan motto Kemenag, ikhlas beramal juga diterapkan dengan menjadi aslab , karena kita mengamalkan ilmu yang baru kita dapat atau yang telah kita dapat selama berkuliah di UIN Malang untuk kita ajarkan kepada adek tingkat. Entah ilmu yang kita dapat dari kampus atau dari komunitas.

Duka-nya menjadi Aslab

#Bahan omongan praktikan. Tentu saja siapapun pasti menjadi bahan omongan. Mulai dari aslab menyebalkan hingga ngeselin. Ya itu memang tidak masalah, karena saya dahulu juga pernah ghibah para aslab yang memberikan tugas cukup banyak. Bedanya, mungkin saya sewaktu ngopi sama para aslab selalu menyakan tugas terkait. Sehingga tau alasan tugas tersebut dan malah meminta penjelasan akan materi yang tidak dipahami

#Kena Labrak. Menarik karena memang ini pertama kalinya saya kena labrak salah satu teman praktikan saya. Jadi bukan praktikan saya yang melabrak saya. Melainkan temannya. Hal ini terkait dengan cuitan saya di twitter mengenai ketidaksukaan beberapa praktikan yang tidak suka dengan laporan yang tulis tangan. Ya, namanya media sosial pasti akan ada yang kena trigger.

#Waktu dan Tenaga tersita. Mengajar ketika jam praktikum ditambah dengan asistensi(kegiatan praktikan mengkonsultasikan tugas sebelum praktikum) menjadikan saya harus menyisihkan beberapa jam dalam sehari untuk Praktikum. Sisanya, saya menyisihkan hari lain dan jam lain untuk bisa memberikan asistensi kepada praktikan. Kadang kalanya, asistensi lebih lama dari pada praktikum karena selain memberikan laporan hasil praktikum juga konsultasi mengenai ketidakpahaman praktikan atas materi praktikum.

#Beban Moral. Sebagai seorang sesama mahasiswa, kita memiliki beban moral untuk menyampaikan semua pengetahuan yang kita peroleh selama ini kepada praktikan terkait tugas. Mulai dari dasar seperti flowchart, penulisan dokumentasi, pemrograman berorientasi objek hingga materi materi terkait dengan praktikum. Bukankan menyedihkan bila kita hanya mengajar tanpa membuat praktikan tidak paham dan mendapatkan nilai buruk?

Setiap tindakan yang kita lakukan, tentu saja ada sisi positif serta negatifnya. Tak terkecuali menjadi seorang Asisten Laboratorium di UIN Malang. Sudah sejak semester 2 saya menjadi Asisten Laboratorium sampai semester 9 membuat saya sudah mendapatkan asam dan garam serta mengetahui perkembangan kemampuan mahasiswa.

Tentunya saya berharap untuk mahasiswa menjadi asisten laboratorium di kampus. Walaupun akan ada duka, tapi suka cita selalu ada ketika kita bisa memberi disela sela kita belajar. Jangan terlalu memikirkan uang atau sertifikat. Cukuplah pengabdian kita kepada kampus dan moral kita setelah mendapatkan banyak pengetahuan untuk bisa memberi apa yang kita miliki kepada mereka yang baru mengetahui dunia pemrograman.

“Learn to light a candle in the darkest moments of someone’s life. Be the light that helps others see; it is what gives life its deepest significance.”
Roy T. Bennett, The Light in the Heart

Jangan lupa untuk mengikuti medium saya dan cerita saya yang lain diblog KuReview

--

--