Pertanyaan — 210520

V. Wenno
Nawalaprana
Published in
1 min readMay 21, 2020
Buatan sendiri

Menjajaki diri pada waktu yang tak berujung. Ya, memang aku sedang menghitung waktu yang tak pernah berhenti itu.

Hari-hari berikutnya menjadi lebih berat, karena desakan dari dunia bahwa aku harus berdiri sendiri. Apakah ini menyenangkan? Jelas tidak. Aku harus piawai menyembunyikan rasa sakitku, berpura-pura berdoa pada semesta akan besok menjadi hari yang lebih baik, ataupun tersenyum lalu memoles dongeng kabar hari ini.

Dunia sungguh aneh bagiku. Kita tidak dipaksa untuk selalu tersenyum, namun jika merengut sedikit ditilik tidak bersyukur. Kita tidak dilarang bersedih, namun jika menampakkannya dipaksa harus kuat.

Seolah-olah tidak ada kata berhenti, atau jeda.

Kita selalu diburu oleh waktu. Seolah-olah waktu itu sangat berharga. Lalu aku kembali menanyakan, sebenarnya apakah waktu itu benar-benar berharga?

Siapa yang menentukan bahwa aktivitas yang kulakukan berharga, atau sama sekali tidak berharga bagi waktu?

Berkali-kali aku kebingungan menduga jawabannya. Berkali-kali juga aku tidak memperoleh jawaban yang meyakinkan.

Apakah dunia memang terlalu abstrak untukku?

--

--

V. Wenno
Nawalaprana

Pikiranku menetapkan ilusi belaka. Aku suka Kamu, Sunyi.