People

The Lesson I Learned As A Graphic Designer At An Early-Stage Tech Startup

Khonsa
NetMonk Space
Published in
4 min readMay 11, 2020

--

Sebagai seorang graphic designer fresh graduate, saya memiliki banyak pertimbangan ketika ingin memasuki dunia kerja, bertanya-tanya di mana kah tempat yang paling sesuai untuk saya yang tentu saja banyak pilihan seperti agensi desain, konsultan periklanan, in-house di perusahaan, in-house di startup, dan masih banyak lagi. Setelah banyak pertimbangan, saya akhirnya memilih untuk bekerja di sebuah tech startup, NetMonk. Banyak hal yang membuat saya tertarik dan salah satunya adalah saya berpikir bahwa bekerja bersama orang-orang muda pasti sangat menyenangkan. Setelah bekerja selama satu tahun lebih banyak pelajaran yang saya dapatkan. Saya juga berdiskusi dengan teman-teman graphic designer seangkatan saya yang bekerja di early-stage company, mereka pun memiliki pengalaman yang mirip dengan yang saya alami.

Antusias Kepada Hal-Hal Baru

Pengalaman magang di sebuah perusahaan multinasional, tentu saja memiliki budaya kerja dan lingkungan yang sangat berbeda dari sebuah startup di bidang teknologi. Awalnya bekerja di tech startup semua terasa sangat asing, dari penggunaan istilah-istilah sampai sistem kerjanya. Saya mengingat pertama kali mendengar kata Jira, Scrum, dan lain-lain. Walaupun saya tidak berkaitan secara langsung dengan istilah-istilah tersebut, saya mencoba untuk selalu ingin tahu dan membiasakan diri, dengan begitu saya mulai merasa benar-benar bagian dari tim tersebut.

Terkadang, jika masuk ke sebuah tempat baru ada rasa malu dan gengsi ketika apapun yang mereka bicarakan terasa asing dan tentu saja akan merasa tampak bodoh, tetapi saya mencoba untuk jujur dan apa adanya jika ditanya oleh kolega tentang sesuatu yang saya tidak ketahui. Saya merasa akan tetap dihargai ketika saya tetap antusias untuk mencari tahu.

Berlatih untuk Bekerja Secara Independen Namun Tetap Berkolaborasi Dengan Baik

Sebagian startup mereka mempunyai UI designer, graphic designer, campaign designer dan lain-lain. Tetapi di NetMonk, saya menjadi satu-satunya designer yang menyediakan segala kebutuhan design. Saya diminta untuk menentukan segala budaya design dari awal. Tentu saja saya melakukan banyak sekali kesalahan selama prosesnya. Tidak memiliki supervisor di bidang design, saya memilih ikut komunitas dan berdiskusi dengan mereka untuk memperkaya pengetahuan dan bisa menjadi tempat untuk berkonsultasi.

Di perusahaan ini saya berlatih bekerja secara mandiri, mulai dari konsep hingga eksekusi. Dikarenakan sumber daya manusia yang masih terbatas, saya harus serba bisa. Bisa saja tim saya sedang kelebihan load pekerjaan hingga saya harus membantunya dengan berdiskusi dari konten, menyumbangkan ide saya, alih-alih hanya menunggu bahan desain siap. Setelah desain jadi pun saya terkadang harus pergi ke percetakan sendiri, menentukan bahannya, dan melakukan pekerjaan logistik. Awalnya saya merasa sangat overwhelmed tapi pengalaman tersebut sangat membantu dalam bekerja secara independen maupun berkolaborasi dengan tim.

Hal yang saya pelajari lainnya adalah terkadang saya merasa tidak sanggup melakukan sesuatu dengan waktu tertentu, sebagai orang yang baru bekerja tentu saja belum memiliki keberanian untuk kritis, bahkan terkadang saya tidak menyadari ketika dihadapkan dengan pekerjaan yang saya tidak sanggup mengerjakannya sendiri, pengalaman tersebut yang akhirnya membuat saya berani mengatakan jika saya meminta pengertian dan menyampaikannya dengan rasional dan dapat diterima. Fortunately, tim sangat suportif dan berkerjasama dengan sangat baik.

Terlibat dalam semua Kegiatan Walaupun Bukan Jobdesc

Seperti yang saya utarakan di atas, terlibat disemua kegiatan sangat penting untuk kolaborasi dengan tim. Saya sangat merasakan keterikatan dan hubungan antara apa yang masing-masing divisi lakukan dengan terlibat berdiskusi dan mengetahui apa yang dilakukan divisi lain. Contohnya seperti apa yang marketing lakukan memiliki dampak terhadap apa yang divisi development kerjakan. Kami juga sering melakukan sharing bersama tentang hal-hal baru dibidang divisi masing-masing. Mengetahui hal tersebut membuat saya memiliki gambaran bagaimana perusahaan ini bekerja. Tentunya, hal tersebut memberi banyak pengetahuan baru dan menambah semangat berkolaborasi dengan tim.

Siap untuk Perubahan

Bekerja di early-stage company, saya harus siap untuk perubahan. Tim kami berkembang dengan pesat dan tentu saja kita dituntut untuk berkembang juga. Perusahaan sangat suportif memberikan fasilitas terbaik untuk perkembangan saya, seperti mengikutsertakan saya courses yang menunjang perkembangan skill dan pengetahuan saya. Tentu saja ini merupakan keuntungan bekerja di startup.

Jika Kamu Merasa Tidak Nyaman Bekerja Maka Kamu Tidak Berada Di Tempat yang Tepat

Bekerja dalam lingkungan yang kecil tentu saja membutuhkan kolaborasi yang intens tak terkecuali di tim saya, yang membuat saya merasa dihargai dan didengar, kami pun bekerja sama melakukan pekerjaan masing-masing dengan baik. Kolega kantor terasa seperti teman dan atasan lebih seperti mentor. Namun, dalam pekerjaan pasti pernah merasa jenuh dan tertekan, tetapi hal tersebut terasa seperti tantangan jika berada di lingkungan yang suportif serta lingkungan yang cocok. Hal tersebut membuat bekerja menjadi menarik, menyenangkan, menambah rasa tanggung jawab dan produktivitas kerja.

Saya bekerja pada sebuah perusahaan yang menyediakan solusi monitoring jaringan untuk perusahaan-perusahaan. Di sini mimpi para founder terasa seperti mimpi tim juga, kami berharap apa yang kami lakukan memiliki impact untuk kelancaran dunia digital khususnya untuk Indonesia. Kami mengambil bagian masing-masing sesuai bidang kami dengan dedikasi dan mimpi bersama untuk membangun Indonesia dengan membantu kelancaran dunia digital nya.

“It’s not about the paycheck, it’s about respect, it’s about looking in the mirror and knowing that you’ve done something valuable with your day.”

Dave Kovic, Dave, 1993

--

--