Musik sebagai kolateral pinjaman — mungkinkah?

Andy Fajar Handika
Netra Music
Published in
5 min readJul 6, 2023
Photo by israel palacio on Unsplash

“..kalau seseorang menciptakan lagu dan punya produk ekonomi kreatif bisa dijadikan jaminan bank”

— Sandiaga Uno (sumber: Kompas)

Lagu atau musik sebagai sebuahasset class” baru

Pada definisi secara luas, segala sesuatu yang mempunyai nilai dan menghasilkan uang, bisa dikategorikan sebagai aset produktif — dan ketika kategorinya berbeda dengan jenis aset yang lain, layak disebut sebagai sebuah “asset class” yang baru.

Sebuah lagu yang populer akan menghasilkan uang saat didengarkan melalui media streaming seperti Spotify, Apple Music, atau menjadi background lagu video pendek di TikTok.

By definition, lagu atau musik merupakan sebuah asset class yang layak untuk diperjual belikan.

Di sisi yang lain, ketika seseorang memiliki sebuah aset yang produktif, menjual adalah merupakan pilihan terakhir — karena selamanya aset tersebut tidak akan mungkin menghasilkan manfaat finansial lagi segera sesaat aset itu berpindah tangan.

Sama seperti seorang juragan kos-kosan tidak lagi akan mendapat uang sewa saat properti kosnya dijual ke orang lain, musisi juga akan kehilangan pendapatan dari lagu tersebut selamanya, begitu aset musik ini 100% dijual ke pihak lain.

Dan bagi musisi atau pekerja kreatif, sebuah karya tidak hanya sekadar merupakan aset produktif yang menghasilkan uang saja, tapi juga merupakan bagian dari eksistensi — sebuah bagian integral dari identitas diri yang tidak ternilai harganya.

Fakta inilah yang sebenarnya mendasari Menparekraf kita untuk mendorong mekanisme bahwa hak kekayaan intelektual itu seharusnya bisa menjadi jaminan bank yang setara dengan aset lain untuk mendapatkan pinjaman.

Tentunya, berita ini disambut baik oleh para musisi dan pekerja kreatif yang lain.

After all, it make sense.

Musik sebagai kolateral — reality check

Berangkat dari logika bahwa jika segala jenis aset seperti emas, properti, saham perusahaan, atau bahkan deposito bisa jadi jaminan pinjaman, kenapa musik tidak bisa? Toh sama-sama punya nilai dan menghasilkan uang saat didengarkan atau diputar ulang.

Tetapi pada praktiknya, ini belum bisa terwujud hingga sekarang. Dan walaupun sekiranya nanti sudah terbit aturan yang melegalkan hal ini, masih ada dua masalah signifikan yang harus dipecahkan oleh bank dan lembaga keuangan lain, yaitu:

1. Bagaimana menghitung valuasi dari musik?

Saham, properti, emas, ataupun kendaraan mempunyai standar konsensus nilai yang bisa diterima oleh hampir semua orang. Di masing-masing aset ini, ada lembaga formal yang bisa memperkirakan nilai, atau appraisal company, sehingga nilai aset bisa dihitung untuk menentukan pagu kredit yang bisa diakses oleh peminjam

Musik, di sisi lain tidak memiliki konsensus standar valuasi oleh publik, dan hingga saat ini setahu penulis belum ada lembaga formal yang bisa membuat appraisal atas jenis aset ini.

Kalau tidak bisa dihitung valuasinya, bagaimana menghitung pagu kreditnya?

2. Tidak ada pasar sekunder yang cukup besar untuk aset musik.

Pada jaminan aset seperti properti, mobil, ataupun saham perusahaan, saat terjadi gagal bayar maka bank akan dengan mudah untuk melelang aset tersebut dan mengurangi secara drastis risiko kerugian. Beda halnya dengan musik.

Walaupun sudah ada beberapa perusahaan investasi yang mengakusisi aset musik dan hak intelektual lain terkait seperti Hipgnosis, tetapi hal ini sangat terbatas dan tentunya belum bisa memecahkan masalah pasar sekunder ini.

Music Crowd Lending Platform — sebuah solusi

Bagaimana jika ada solusi yang feasible untuk kedua masalah ini — dimana musisi atau pekerja kreatif bisa mendapatkan pinjaman dengan kolateral aset musiknya?

Menghitung valuasi musik

Bulan lalu, Netra telah meluncurkan sebuah platform untuk menghitung valuasi semua hampir semua lagu dari seluruh dunia, dengan memasukkan variabel pendapatan streaming saat lagu itu didengarkan dari platform seperti Spotify — dan juga segala aspek datapoints lainnya yang penting dalam perhitungan valuasi.

Fitur ini terbuka oleh publik dan bisa digunakan dengan mudah, dimana semua orang kini bisa menghitung nilai dari musik dengan mudah, melihat pendapatan streaming secara detil dari hari ke harinya melalui platform https://netra.live

Memberikan pinjaman ke pemilik aset musik, tanpa perantara bank

Sebuah bank pada esensinya adalah perantara atas nasabah yang menabung atau menyimpan uang sebagai deposito, lalu menggunakan dana tersebut untuk dipinjamkan ke nasabah yang lain, dan menarik keuntungan dari selisih antara bunga pinjaman dan bunga simpanan.

Bagaimana jika fungsi bank sebagai perantara ini bisa tergantikan oleh platform yang sepenuhnya digital?

Semua pemilik aset musik bisa meminjam uang (sebagai borrower) dengan menggunakan aset musiknya sebagai kolateral dengan valuasi yang terkalkulasi otomatis, dan membayar bunganya menggunakan pendapatan streaming atas aset itu sendiri.

Semua orang juga bisa berpartisipasi untuk memberikan pinjaman (sebagai lender) dengan imbalan keuntungan yang didapatkan dari pendapatan streaming musik yang dijaminkan oleh borrower.

Segala risiko gagal bayar terbagi dan diakomodasi secara otomatis, sehingga tetap didapatkan ekosistem yang sehat dan menguntungkan bagi kedua pihak; lender dan borrower.

Ya, di dunia web3, konsep ini biasa disebut dengan decentralized lending market.

Lalu, bagaimana cara kerja platform ini nantinya?

Sebagai peminjam (borrower)

  1. Musisi atau pemilik aset musik meletakkan token kepemilikan ke Netra MCLP (Music Crowd Lending Platform)setelah menyetujui pagu kredit dari perhitungan valuasi yang ditentukan oleh algoritma platform.
  2. Pemilik aset mengalihkan pendapatan streaming revenue lagu tersebut ke Netra MCLP.
  3. Pemilik aset mencairkan dana sesuai dengan pagu kredit secara instan
  4. Pemilik aset tidak perlu membayar bunga apapun dan tidak ada jatuh tempo kredit, sehingga kapanpun bisa membayar pinjaman untuk mengambil kembali token kepemilikan tanpa ada batas waktu.
  5. Saat pinjaman dibayar lunas, maka secara otomatis streaming revenue akan kembali ke pemilik aset.

Sebagai pemberi pinjaman (lender)

  1. Siapapun bisa meletakkan dana ke platform, dan mendapatkan imbal balik bunga sesuai dengan pendapatan streaming aset-aset musik yang menjadi kolateral di platform dan banyaknya dana yang terkumpul oleh platform dari para lender
  2. Imbal hasil (interest) dibayarkan setiap hari kepada lender, dengan nilai yang lebih tinggi dibanding standar bunga deposito
  3. Lender juga bisa menarik dananya kapan saja tanpa ada batasan waktu jatuh tempo.
  4. Tidak ada batasan minimal atas dana yang diletakkan ke platform.

Pool

Mekanisme pool ini yang menggantikan fungsi risk management oleh bank, dimana dana dari lender dan seluruh aset kolateral dari borrower diletakkan dalam satu “kolam”, sehingga:

  • Interest rate atau yield yang didapatkan oleh lender itu didapatkan dari total rata-rata income dari kolateral yang ada.
  • Ketika terjadi kasus dimana ternyata sebuah aset tidak menghasilkan income lagi, maka akan terkompensasi oleh aset-aset musik produktif yang lain.

Masih banyak detil lain di dalam fitur baru yang akan kami luncurkan segera di Netra dalam waktu dekat ini, untuk memecahkan masalah-masalah terkait dengan musik, dimulai dari Indonesia.

Stay tuned.

--

--

Andy Fajar Handika
Netra Music

Founded Kulina, Netra, now building a bitcoin mining platform