Sebuah Alternatif Tentang Pemaafan

Nisvasati (to Inspire)
Nisvasati
Published in
3 min readMar 30, 2017

--

Sering kita ‘merasa’ atau bahkan betul-betul dihina, tidak diperhatikan, ditipu, difitnah, disakiti, dikhianati, dipergunakan, diambil keuntungan, dibohongi, diperlakukan dengan tidak baik, dikecewakan … segala hal yang menyebabkan kita menderita, merasa kecewa, sedih dan rasanya sangat tidak nyaman. Kita pun bertanya, mengapa? Apa sebabnya? Kita mulai menganalisa, ternyata begini atau begitu. Kita seakan-akan tahu, kalau sesungguhnya orang itu seperti ini, seperti itu. Kita bahkan mahir menyalahkan diri sendiri. Kita sering hadir menjadi ‘peran utama,’ baik sebagai pahlawan maupun sebagai korban. Seolah-olah pilihannya hanya ada dua: kalau bukan mereka yang salah, penipu, orang yang tidak baik dan sebagainya; ya berarti memang saya yang bodoh, kurang ini, tidak punya itu dan lain sebagainya.

‘Cerita dan analisa’ seperti ini memang sedikit berguna, tapi tidak banyak membantu untuk mengatasi penderitaan kita dan sangat membatasi opsi kita untuk merespons. Sering kita bereaksi seperti biasanya, entah dengan umpatan, kemarahan, kebencian, keinginan untuk menyakiti, kata-kata keras atau jurus lain, seperti cemberut, sedih, menangis, meratap, mengasihani diri sendiri atau malah ‘membalas’ dengan memanjakan diri: makan tanpa pikir, ke salon, karaoke tanpa keluarga, tempat hiburan, kalap shopping dan lain sebagainya.

Mengapa kita melakukan semua ini? Karena kita sedang berupaya untuk menekan, menghilangkan, atau menghindari perasaan atau keberadaan tidak nyaman yang sedang kita alami di saat ini! Marah adalah usaha untuk mengalihkan perasaan yang tidak ingin kita alami, ‘cerita dan analisa’ juga fungsinya sama. Padahal yang jelas, ketidaknyamanannya akan tetap ada, walaupun ditekan maupun dihindari.

Tapi ada alternatifnya, yaitu hadir dengan kesadaran penuh. Coba kita rasakan di tubuh, gemetar, keringat dingin, debaran yang keras. Diamati. Perasaan dikenali hanya sebagai perasaan. Emosi, seperti kemarahan, kekecewaan, diketahui bahwa itu hanya emosi. Semuanya ternyata hanya yang dialami, rentetan pengalaman. Dengan hanya dialaminya perasaan, tanpa diurus sebabnya, perasaan itu akan lebih mudah berkurang secara bertahap dan akhirnya habis dan hilang. Just like that!

Terhadap mereka yang kita anggap ‘menyusahkan’ — ketahuilah bahwa mereka pun sama dengan kita, ternyata mereka juga hanya ingin ‘bahagia,’ menghindari ‘penderitaan.’ Dengan tahu begitu, akan lebih tinggi toleransi dan ketahanan kita terhadap apa pun yang dialami, tidak langsung bereaksi. Tidak lagi ingin orang lain merasakan apa yang saya alami, pemaafan, forgiveness.

Memaafkan bukan berarti membenarkan maupun mengampuni yang salah. Memaafkan adalah berani merasakan betapa tidak nyamannya perasaan ini yang dihasilkan karena perbuatan atau perkataan orang itu dan kita memutuskan untuk tidak akan menyebabkan ketidaknyamanan ini dialami oleh siapa pun, termasuk orang itu.

Jadi jelas, dalam pemaafan masih ada ketidaknyamanan tapi kali ini tanpa kemarahan untuk membalasnya. Ini adalah obat penawar: mengambil cara pandang lain, dari sudut lain dalam menghadapi situasi ini. Bukan melarikan diri, bukan menekan perasaan, bukan ingin melukai tapi mengalaminya dengan sadar dan karenanya, muncul keberanian dan ketabahan. Tak lagi ingin menyakiti, non-harmfulness.

Mindful attention, tolerance, perseverance, forgiveness, non-harmfulness, warm heartedness! Mengapa dan bagaimana semua ini bisa membantu? Karena tanpa dibebani emosi, kita tidak lagi harus melihat keadaan kita melalui kacamata emosi-emosi tadi. Opsi mengenai apa yang bisa kita lakukan menjadi lebih banyak. Tanpa ketakutan, kita lebih bisa mengambil keputusan tentang apa yang harus dikerjakan. Langkah berikutnya jadi lebih mantap dan kita jadi lebih pandai.

Semakin kita pandai, semakin kita dapat mengatasi penderitaan kita. Semakin kita dapat berguna, semakin kita dapat menebar kebajikan, sehingga semakin banyak orang-orang di sekitar kita yang tidak resah dengan keberadaan kita. Semakin mereka bahagia … semakin kita bahagia.

Suatu jalan alternatif kehidupan tanpa mengandalkan kebiasaan. Setiap saat, setiap hari, semuanya baru, tanpa harus memastikan sesuatu, tapi di dalam hati, kita tahu semuanya akan bisa dilakoni dengan baik dan pasti akan bermanfaat buat banyak orang. Tidak harus begini atau begitu, tapi mestinya kalau ini ada, itu ada. Kalau ini hilang, itu hilang. Kalau ini muncul, itu muncul. Kebahagiaan tidak harus dikejar, semuanya sudah lengkap di sini dan sekarang.

***

#Nisvasati (to Inspire).

--

--