Bukan (Cuma) Uang, Tapi Ini yang Wanita Mau

Hebbie Agus Kurnia
No Drama
Published in
8 min readMar 21, 2019
Rumus

Hari ini gue akhirnya bisa ke Bandung buat ketemu istri. Iya, semenjak masuk 8 bulan kehamilan, istri udah full di Bandung sama orangtuanya. Gue di Bekasi buat beresin kerjaan, biar April nanti engga ada kerjaan besar. Supaya bisa fokus nemenin istri sampe lahiran.

Dan gue juga emang merencanakan persalinan di Bandung. Jadi pas aja.

Pas gue ketemu istri, seperti biasa kita “nge-gila” bareng. Kadang ketawa engga jelas, ngobrol ngalor-ngidul, dan yang gue kangen banget dari dia adalah nyanyi apapun nyambungnya ke kalimat “ASHIAAAAAPP”. Itu lucu hahahaa…

Kita ngelepas kangen bareng, dan sampe dia bilang gini :

“Alhamdulillah, semuanya cukup ya mas. Bentar lagi anak pertama lahir. Aku pengen mas nemenin.”

Dan gue emang udah niat, gue akan ada disamping istri buat lahiran. Makanya gue bener-bener beresin seluruh keperluan bisnis gue supaya April bisa nemenin dia lahiran.

Gue jadi berpikir sesuatu, dan ngajak istri ngobrol lebih jauh lagi.

Selama ngobrol itu, gue dapet ilham tentang yang wanita mau.

Beberapa kali gagal masalah cinta gini pas zaman-zaman sekolah. Tapi gue malah pahamnya sekarang, pas udah jadi seorang suami. Dan coba gue pola-in deh, dengan studi kasusnya gue ke istri selama kurang lebih hampir setahun jadi suami istri.

“Apa yang sebenernya mereka (wanita) mau?”

Menurut gue ada rumusnya, yang tanpa sadar udah gue terapin ke keluarga gue sendiri.

A + N + K = B.

A = Aman

N = Nyaman

K = Kepastian

B = Bahagia

Aman.

Sebenernya yang gue liat dari pengalaman sendiri itu, wanita bukan cuma butuh uang, tapi rasa aman. Kenapa? Karena bakti dia itu akan beralih, saat lo (laki-laki) udah menikahi dia.

Yang tadi utamanya berbakti ke orangtua, wanita saat menikah akan menjadikan suaminya prioritas untuk berbakti.

Pertanyaan gue adalah, gimana bisa wanita akan merasa aman masa depannya, kalau lo (laki-laki) sendiri cari nafkah aja males? Lo yang akan jadi imam, tapi kenapa lo sendiri yang males gerak? Kalo lo sendiri males gerak, gimana bisa bikin keluarga lo aman? Jangankan orang lain ngerasa aman, masa depan lo sendiri aja udah keliatan engga aman bro.

Gue yakin, uang itu bentuk fisik dari rasa aman. Karena kita hidup di dunia, kita butuh uang untuk melindungi keluarga kita dari kemiskinan, kesengsaraan. Gue akan bilang secara realistis :

Lo hidup butuh uang. Paham ga si?

Dengan uang yang lo punya, itu bisa digunain untuk :

  • Lingkungan rumah yang aman
  • Nafkah yang aman
  • Kesehatan yang bisa dipantau
  • Keperluan rumahtangga yang terbaik kualitasnya
  • Segala hal yang jauh lebih layak

Lo laki-laki. Salah satu tugas yang harus lo inget terus adalah, lo harus punya niat untuk membuat rasa aman orang-orang yang ada dibawah tanggung jawab lo.

Bener, lo mendekatkan diri ke Allah. Berdoa siang malem, ibadah engga putus-putus, tapi kalo lo sendiri cuma ngandelin itu dan engga ada ikhtiar fisikalnya, terus apa alasan Allah untuk kasih rezeki lebih ke lo?

Cukup itu pasti. Untuk menerima rezeki yang jauh lebih besar, Allah mengukur kepantasan diri.

Lo mau jadi orang kaya, lo mau jadi suami yang siaga. Mau kan? Ya pantaskan diri dari mulai sikap sampe etos kerja. Balik lagi, lo harus hadirkan rasa aman untuk keluarga lo. Salah satunya, lewat uang.

Sorry ya kalau gue sedikit terus terang dan realistis. Bukan berarti gue orang yang kapitalis, yang apa-apa dihubungin sama uang.

Jujur, gue cuma mau buka perspektif uang yang selama ini selalu dianggap tabu. Selalu yang diangkat kalau bahas hubungan ya cuma bahas rasa. Uang jadi hal tabu. Makanya ga heran banyak keluarga muda “naif” mengakui kalau uang itu berpotensi jadi akar dari masalah rumahtangganya.

Di tulisan ini, gue cuma mau buka-bukaan aja. Lo butuh uang.

Allah menjamin rezeki setiap hamba-Nya. Bener. Tapi coba lo tengok diri lo lebih dalem lagi.

Emang lo engga mau kasih hal-hal yang jauh lebih baik lagi ke pasangan lo sendiri? Lo hidup sekarang cukup, tapi pasangan lo cukup? Yakin keluarga lo terima-terima aja? Aman? Coba mikir. Bedah dulu hati lo. Masuk lebih dalem.

Laki-laki didesain buat cari nafkah untuk keluarga. Bukan sebaliknya. Itu tugas lo, laki-laki. Bukti kalo lo bisa kasih rasa aman untuk keluarga.

Uang itu salah satu bukti dari rasa aman. Bentuk fisiknya. Bentuk emosionalnya, lo mesti lebih siaga untuk keluarga.

Contoh kalau gue sama istri, selalu yang namanya keuangan itu istri yang kelola. ATM dan lain-lain gue percayain dia yang megang. Gue pastiin uang di setiap pos keuangan itu lebih dari cukup. Buat jaga-jaga kalau dia butuh sesuatu.

Kalau di Islam, laki-laki disyariatkan untuk memiliki tabungan sejumlah gaji/pendapatan selama bekerja 4 bulan 10 hari untuk istrinya. Ini ayatnya.

“Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri, (hendaklah Para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber’iddah) empat bulan sepuluh hari. kemudian apabila telah habis ‘iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allâh mengetahui apa yang kamu perbuat. [al-Baqarah/2: 234]”

Kenapa? Karena 4 bulan 10 hari adalah masa ‘iddah atau masa transisi seorang wanita yang ditinggal laki-lakinya. Dengan anggapan, apabila suaminya meninggal dunia, maka sang Istri memiliki sisa nafkah yang cukup dari almarhum suaminya selama 4 bulan kedepan.

Ini bukan di hadits, tapi ini di Al-Qur’an. Pasti. Langsung dari Allah.

Saat gue menikah, ini yang jadi PR pertama dan prioritas utama.

Gue kasih tau seluruh pendapatan bisnis gue ke istri. Engga ada yang ditutup-tutupin. Gue mulai kasih seluruh ATM yang berisi uang keuntungan bulanan dari bisnis-bisnis gue ke istri. Gue kasih tau seluruh PIN ATM gue ke istri. Dan gue kasih tau juga nafkah dia + uang bulanan untuk kita berdua hidup yang disepakati. Semua jelas.

Kejelasan itu yang harus gue kasih tau diawal-awal pernikahan, supaya timbul rasa aman untuk hidup dia. Dan gue harus pastiin kalau dia engga salah milih gue sebagai suaminya. Karena hal pertama yang mau gue pastiin, dia harus aman sama gue.

Sampe sini, lo paham ga? Lo jangan suka cari pembenaran kalau pasangan lo cukup-cukup aja. Niatin untuk kasih lebih. Untuk keluarga, kasih yang terbaik. Push terus diri lo. Push! Karena laki-laki didesain untuk hal begini, bukan wanitanya.

Nyaman.

Wanita bukan cuma butuh kehadiran, tapi dia butuh kenyamanan. Kalau lo barengan mulu tapi lo sendiri bikin masalah terus, siapa yang nyaman? Ayam juga males deket-deket lo. Ngeluh mulu!

Gue lahir dari keluarga yang kurang paham mengekspresikan cinta ke sesama manusia. Ini serius. Jadi kita sekeluarga datar banget mandang hal-hal emosional.

Yang ada malah kita mainin prasangka mulu. Didukung raut muka yang seneng atau stress, sama aja.

Lo butuh sebuah ekspresi kalau lo tuh kangen, lo tuh butuh dia, lo tuh bener-bener bisa jadi temen dia yang nampung hal-hal aneh sekalipun dari dia.

Istri gue suka banget sama drama korea. Gue lebih suka tv series. Istri gue suka Blackpink. Gue suka Bring Me The Horizon. Beda engga masalah. Yang penting kalau dia bahas hal yang dia suka, lo buka telinga untuk dengerin dia.

Kebutuhan berbicara wanita itu perhari 20.000 kata. Laki-laki cuma 7.000 kata. Protein FOXP2 merupakan protein bahasa, dan ini ditemukan jauh lebih tinggi kadarnya pada diri wanita ketimbang laki-laki. Jadi wanita lebih cerewet dan selalu timbul rasa ingin berbicara. (Dailymail, Kamis (21/2/2013)

Jadi lo paham sekarang kenapa wanita itu lebih nyaman pas dia ngerasa didenger? Karena itu. Kebutuhan berbicara dia jauh lebih banyak ketimbang laki-laki. Kalau kebutuhan berbicara itu engga dilampiaskan, bisa jadi stress. Mulai dari gejala stress kecil, sedang, sampai akhirnya stress berat.

Dan saat wanita stress berat, hormon oksitosin (hormon kasih sayang) nya berkurang. Ngaruhnya apa? Ke kesuburan.

Itulah kenapa, baiknya wanita jangan sampe stress… Laki-lakinya harus nge-cover. Apa aja yang dicover?

  • Kerjaannya dibantu
  • Ceritanya didenger
  • Sinyal pengen dimanjanya ditangkep

Dengan kata lain, perhatian identik dengan kenyamanan. Sodaraan.

Gue jamin 100% dia akan nyaman.

Awal pernikahan, jujur gue males dengerin istri gue ngobrolin drakor sampe blackpink, yang menurut gue engga ada korelasi sama hidup gue sendiri. Sampe akhirnya istri gue bilang gini,

“Aku cuma mau cerita aja mas, didenger doang. Susah ya?”

Deng… malu gue. Anjir malu banget. Darisitu gue paham, terkadang wanita bukan mau solusi atau hal esensial, tapi dia cuma pengen didenger aja. Itu cukup buat dia nyaman.

Paham engga? Gue lanjut ya. Pegel juga ngetiknya.

Bentar istirahat dulu…

*ambil kopi*

Oke kita lanjut.

Kepastian.

A ya A. B ya B.

Lo harus jelas, keluarga lo nanti mau dibawa kemana? Mau nambang rezeki dari mana aja? Tentuin.

Ibarat di kapal, jangan sampai nih kapal dimana lo nahkodanya, malah oleng engga jelas ikut angin mana. Bukan lo aja yang rugi, keluarga juga rugi.

Disisi lain, ini juga sebagai bentuk teladan untuk keluarga lo sendiri.

Untuk hal kepastian ini, sebenernya sederhana. Lo cukup buat keputusan yang engga bikin pusing pasangan lo. Lo cukup kasih kepastian akan ngambil langkah apa, a b c d? Atau e?

Sebelum lo buat keputusan, pastiin lo udah final sama diri lo sendiri. Bukan dalam posisi galau.

Contoh :
Beberapa waktu lalu gue cabut dari bisnis yang gue bangun sendiri hampir 3 tahun. Karena beberapa masalah internal. Dari mulai engga sregnya gue sama tim sendiri sampai masalah visi. Itu semua gue ceritain ke istri. Dan gue kasih tau,

“Akhir tahun, kita engga usah lagi lanjutin kerjasama sama orang ini, mam. Kita lebih baik narik diri aja dan ngalah. Realistisnya, mereka yang lebih bernafsu buat bawa perusahaan sesuai kehendak mereka. Keliatan. Karena orang-orang ini sebenernya biang masalahnya. Dan aku sekarang posisinya kalah suara di perusahaan. Aku akan keluar, dan aku ikhlasin semuanya. Bulanan nanti, kita manfaatin dari bisnis lain aja. Yang bisa lebih ngegandeng kebahagiaan + uang.”

Sekalipun itu keputusan berat, gue kasih tau ke istri jalan yang gue pilih. Dan gue kasih kepastian, langkah apa setelah ini yang akan gue ambil. Supaya istri gue ngerasa aman, dan dia tetep nyaman sama kesehariannya. Gue pastiin ke dia, kalau itu engga akan berefek jauh ke nafkah bulanan.

Perhitungannya udah presisi. Pas. Bahkan bisa jauh lebih banyak lagi dapetnya pas mutusin cabut. Lebih bebas.

Kepastian ini yang berbuah support luarbiasa dari istri.

Wanita suka kepastian. Wanita juga kepicu oleh kepastian. Dengan kepastian, wanita bisa jadi pendamping lo yang bener-bener komit. (Walaupun tergantung juga wanitanya gimana, hehehehe.. Ini mah pengalaman gue aja yak. Jangan marah).

Bahagia.

Bahagia cuma akibat dari Aman, Nyaman, dan Kepastian. Jadi jangan terus-terusan yang lo pikirin itu “Gue pengen bikin dia bahagia”, tapi :

Gue harus kasih dia rasa aman, nyaman dan kepastian supaya dia bahagia.

Bahagia cuma akibat. ANK, itu proses.

Fokus sama proses, nanti bahagia dengan sendirinya dateng insyaAllah.

Output tergantung input.

P.S. : Ini semua pengalaman pribadi. Mungkin salah mungkin benar. Ambil ini sebagai referensi hidup aja ya. Semoga bermanfaat.

Kalo lo suka sama tulisan gue, silahkan beri “Clap”. Kalo lo rasa tulisan gue bermanfaat, silahkan Share tulisan ini di media sosial lo. Semoga kebermanfaatan ini terus berlanjut!

Hubungi gue disini :

Instagram : @hebosto
Website : www.hebosto.com
Podcast : www.hebosto.com/podcast

--

--