Otak Mau dijadiin Asset atau Beban?

Hebbie Agus Kurnia
No Drama
Published in
5 min readAug 30, 2019

Pas Gue dalam keterbatasan, Gue sering banget ganti fokus.

Contoh, Lo engga ada modal untuk berbisnis. Jangan pikirin “Duh engga ada modal…”, ganti itu. “Siapa yang bisa Gue ajak kerjasama buat bisnis Gue ya?” Sekecil apapun peluang, ya tetap peluang. Apa yang kita fokuskan, itu akan membesar dan terjadi di realita. Engga peduli sekecil apapun harapan itu, tapi kalau kita fokus pada peluang dan hal-hal baik, pasti lambat laun apa yang kita pikirkan akan menjadi kenyataan.

Sadar engga sadar, realita kita sangat bergantung pada pikiran kita. Kalau kita berpikir “engga bisa”, kenyataannya pasti kita engga bisa. Kalau kita berpikir “bisa”, pasti kita bisa. Sesederhana itu. Tapi jangan lupa, padukan logika dan perasaan. Jangan salah satunya. Hiduplah di dalam irisian realistis dan idealis.

Gue dari kecil pengen banget punya kerajaan bisnis yang besar. Luas. Banyak sektor… Gue selalu pikirin itu setiap hari. Gue punya impian yang besar, tapi Gue memulai dari hal yang terkecil. Ini POLA dari semua orang yang telah berhasil di kehidupannya.

Gue kesel kalau nanya sama temen-temen yang diajak diskusi, “Mau jadi apa nanti pas udah lulus?” Biasanya jawab, “Gue mah engga ada target. Ngalir aja biasa..” Gue cuma senyum aja. Buat Gue kalimat tadi adalah RACUN. Berbahaya. Terus kalau mau mengalir aja, bedanya sama bangkai apa? Coba Lo liat di sungai, yang mengalir engga berdaya itu ya paling tinja, ikan mati, daun gugur, yang mati-mati semua. Tapi kalau makhluk hidup, pasti punya ARUS SENDIRI. Sekali lagi, bedanya sama benda-benda itu apa? Dan apakah itu yang dimaksud kepasrahan diri kepada Allah? Tawakkal? Gue rasa engga begitu.

“Beda lah bang, kita punya otak… Punya akal… “

Maka dari itu, gunakan akal kita untuk berpikir besar. Jangan sampai hanya berpikir tentang diri sendiri terus, tentang hambatan hidup terus. UBAH fokusnya.

Optimis itu dibagi dua, ada optimis gelap dan optimis terang.

Optimis Gelap.

Contohnya, Lo ada ujian matematika. Malam sebelum tes, Lo engga belajar. “Cukup berdo’a, Allah pasti bantu..” Itu prinsipnya. Hari tes tiba, tahajjud udah, dhuha sebelum tes udah, berdo’a juga udah. Pas liat soal, engga ada yang bisa dikerjain. Optimis sih, tapi gelap banget!

Contoh lagi, Lo mau berbisnis. Lo mau buka usaha Laundry di dekat rumah. Rumah jauh dari perkotaan. Uang udah digelontorkan banyak, sebutlah habis 10 juta, dan itu uang hasil utang! “Gue bisnis engga pake modal sendiri bang, ada duit orang lain, tenang aja bang! Gue optimis. Allah pasti bantu..”

6 bulan berjalan. Biaya operasional dari listrik sampai bayar pegawai, jauh lebih besar daripada pendapatan usaha. Biaya operasional 5 juta perbulan. Pendapatan cuma 1 juta perbulan. Dan ini berlanjut selama 6 bulan berusaha. Optimis sih, tapi gelap banget!

Yang Gue temuin, kebanyakan anak muda (terutama yang religius) selalu melibatkan Tuhan didalam usahanya, tapi engga melihat kenyataan. Paham maksud Gue? Udah tau tes matematika besok, ya belajar lah! Udah tau orang — orang desa lebih senang mencuci baju sendiri ketimbang menggunakan laundry, ngapain harus buka di tempat yang jauh dari perkotaan?

Bercermin dari itu, artinya kita harus ada PERSIAPAN dulu sebelum mengeksekusi. Kita berusaha dulu mempersiapkan hal buruk yang terjadi. Berharap yang terbaik, bersiap untuk yang terburuk. Jangan cuma berharap doang. Itu engga akan bikin lo sukses di bidang manapun. Seengganya, saat Lo mau memulai sesuatu, Lo kebayang, “Oh ya kalau misalkan nanti mau ini, yang dipersiapin ini itu. Bisa lah, bismillah”. Minimal apa? Minimal KEBAYANG. Jangan engga tau harus apa, hanya menuruti nafsu doang, main eksekusi aja, akhirnya malah merugikan diri sendiri. Terus otak untuk apa?

Optimis Terang.

Lo tahu cara menang perang tanpa harus berperang gimana?

RISET!

Saat Gue menjual klappertaart dulu di sekolah dengan harga sangat tinggi dibanding makanan lain, Gue riset terlebih dulu. Gue liat, engga ada yang menjual makanan ringan manis berbentuk kue, terus rada “bule”, dan jajanan yang ada ya gitu — gitu aja. Anak — anak di SMA Gue juga bukan kumpulan orang miskin. Gue tau betul, anak — anak pejabat dan anak — anak orang kaya di SMA Gue banyak. Apa artinya 5000 rupiah untuk cemilan yang Gue jamin sangat enak dan berbeda dari yang lain?

Maka dari itu Gue mulai berjualan klappertaart di sekolah. Alhamdulillah laris luar biasa! Gue engga harus berperang harga seperti donat di kopsis harganya 1500, di kantin 2000. Jadi kalau anak — anak yang mau beli donat pada ke kopsis karena lebih murah. Gue engga begitu. Gue ciptain pasar Gue sendiri, Gue ngeliat celah di sekolah Gue, dan Gue bisa menang tanpa harus berperang. Dan sesuai dengan kisah Gue tadi, Gue berhenti berjualan klappertaart pun karena Gue engga tega sama Ibu untuk terus membuat ini setiap pagi. Ya, Gue pun belajar lagi saat itu, harus ada riset yang menyeluruh, engga cuma di market nya aja.

Ini baru optimis!

Ini bisa Lo terapin di bidang apapun. Bangun peta kekuatan yang baik, sehingga Lo bisa optimis terang. Perkuat kekuatan Lo, perkuat bidang yang Lo sangat menaruh hati disana. Kalau Lo berusaha perfeksionis, Lo mau menguatkan juga kelemahan Lo, Lo akan menjadi orang rata — rata. Bukan orang unik! Setiap orang sukses di dunia, mereka hanya menguasai satu sampai dua bidang.

  • Anthony Robbins menguasai public speaking. Beliau adalah pembicara paling mahal di dunia. Bayarannya 1 juta dollar sekali tampil. Ahli NLP.
  • Mark Zuckerberg menguasai coding program di komputer, sampai bisa menghasilkan Facebook yang melayani milyaran orang.
  • Joe Girard menguasai seni penjualan. Beliau adalah pemegang rekor penjualan mobil terbanyak dalam karirnya sebagai sales. Guinness Book of World Record mencatat, Joe berhasil secara resmi menjual 13.001 mobil selama karirnya. Sampai detik ini, belum ada yang BISA mematahkan rekornya. Edan!!!
  • Mereka semua berfokus MENGASAH apa yang jadi kekuatannya. Membenahi kelemahan, hanya sekadarnya. Engga sampai mencolok.

Idealnya, kerja keras dan kerja cerdas itu dipadukan. Jangan bersembunyi dibalik kata “Kata Cerdas”. Alih — alih kerja cerdas, ternyata males. Ini kan masalah. Otak kita adalah aset terbesar kita.

Gue mengibaratkan otak kita seperti tubuh. Tubuh akan sehat bila diberi makanan yang bergizi terus. Sama seperti otak, bedanya kalau makanan otak itu berupa pengetahuan. Bisa dari baca buku, nonton youtube atau film yang inspiratif, bertemu orang sukses. Gue udah jarang menonton tv. Jarang banget. Kecuali ada bola aja hehehe. Apa ya, menurut Gue tv di Indonesia acaranya engga menarik dan cenderung engga mendidik. Gue akan jujur, Gue kalau menonton tv channelnya cuma 2, Kompas Tv & NET. Serius, cuma ini yang Gue tonton. Selebihnya, Gue lebih banyak nge youtube dan kalau nonton tv kabel paling NatGeo. Paling di Metro pun yaaaa beberapa ada yang bagus. Tapi engga dominan nonton tv sebenernya sih…

Hindari informasi — informasi yang engga berkaitan sama tujuan hidup Lo. Fokus. Tenang aja, usaha engga akan mengkhianati hasil. Semakin sehat otak Lo, semakin besar kemungkinan sukses Lo untuk jangka panjang.

Gue engga menghimbau untuk Lo cuma ngandalain oktak doang dalam berusaha. Sama sekali engga! Gue menghimbau, untuk Lo terus tingkatkan pengetahuan, strategi eksekusi, supaya Lo engga terlalu banyak menghabiskan waktu, tenaga bahkan uang. Gue cuma mau Lo menjadi pribadi yang kreatif, inovatif, dan solutif.

Sekarang pilihan, mau dijadiin apa otak Lo? Asset atau beban?

Kalo lo suka sama tulisan gue, silahkan beri “Clap”. Kalo lo rasa tulisan gue bermanfaat, silahkan Share tulisan ini di media sosial lo. Semoga kebermanfaatan ini terus berlanjut!

Hubungi gue disini :

Instagram : @hebosto
Website : www.hebosto.com
Podcast : www.hebosto.com/podcast

--

--