Sebuah Panduan Untuk Pemalas Yang Ingin Produktif

Hebbie Agus Kurnia
No Drama
Published in
3 min readMay 26, 2020
Hebbie Agus Kurnia

Malas tanda kita itu engga penting.

Malas tanda kita itu engga diharapkan.

Malas tanda kita engga dewasa.

Malas tanda kita lari dari tanggungjawab.

Malas adalah cara paling mudah untuk merusak masa depan.

Apa kita nih bener engga boleh jadi orang malas?

Gue pemalas. Makanya gue ngerekrut tim untuk bisnis.

Gue pemalas. Malas keluar rumah. Makanya gue bisnis online. Biar engga jauh dari keluarga.

Gue pemalas. Makanya berguru sama orang kaya. Biar pas cari duit, engga kelamaan begonya.

Gue pemalas. Makanya butuh ustad. Biar nuntut ilmu agama dapet esensinya. Engga asal tafsir.

Ya kita tuh pemalas. Tapi malas seperti apa? Ini jadi pertanyaan baru…

Malas gerak? Malas nuntut ilmu? Atau emang malas hidup?

Coba selektif lagi deh. Sebenernya malas apa? Engga semuanya malas itu buruk.

Tapi malas terburuk buat gue si malas gerak. Tiati… udahlah jadi kere, madesu, kufur nikmat lagi. Engga ada duitnya, apalagi pahalanya.

Kalau lo sadar, berubahnya sesuatu itu atas dasar tekanan yang kita buat. Mulai dari akal yang kemudian merevolusi tindakan.

Coba malaslah jadi “wong bodo”. Biar terus bertumbuh jadi “wong pinter”.

Nasib kita jadi lebih baik, kalau :

  • Merubah pola pikir
  • Merubah aksi
  • Merubah suasana hati
  • Merubah lingkungan

Kita semua ini radikal. Berpikirnya mau bebas, tanpa tekanan. Liar… Maunya segala sesuatu cepat berubah. Sampai lupa bahwa hukum alam mengharuskan proses dalam perubahan.

Saking bebasnya mikir, jadi malah kelamaan mikir. Engga kemana mana. Asik sama fantasi, jadi lupa diri.

Padahal impian kita terwujud saat ada eksekusi.

  • Eksekusi doa
  • Eksekusi ide

Ngomongin ide lagi. Zaman sekarang ide udah murah banget. Yang jadi masalah sekarang itu bukan ide, tapi seberapa besar nyali lo buat eksekusi ide tersebut?

Kenapa kita suka mager alias malas gerak? Karena kita engga bisa memahami cara kerja semesta.

Semesta menghadirkan proses supaya kita paham, kalau misalkan segala hal itu terjadi instan… maka doa hanyalah sebuah omong kosong.

Proses itu gerbang untuk kita sadar diri sebagai manusia. Sadar akan wewenang kita hanya sebagai eksekutor, bukan penentu hasil.

Maka jangan heran, kalau kita lihat banyak orang di dunia ini yang memiliki banyak kekurangan, tapi mereka tercapai keinginannya.

Dulu gue pernah lihat ada seorang anak yang engga punya kaki, cuma tangan dan badan. Beliau thawaf di Masjidil Haram. Secara logika, “ini gimana ceritanya bisa sampe Mekah?”

Ternyata usut punya usut, beliau ini rutin doa, shalawat dan ikhtiar agar bisa ke tanah suci.

Sampai suatu hari, ada orang kaya di Timur Tengah yang mau memberikan dana hibah untuk umroh. Dan utusannya datang ke anak ini, kemudian akhirnya berangkat.

Coba perhatiin..

Ini tentang ikhtiar. Ini tentang pergerakan. Kita engga bicara pergerakan masif atau pasif, kerja keras atau cerdas. Engga. Kita cuma bahas, “Beliau bergerak.”

Kemudian, “Allah yang cukupkan sisanya. Bukan kita.”

Jadi kalau lo nanya sekarang, apa panduan untuk orang malas supaya produktif, gue akan jawab :

Ikuti panduan alam. Allah yang urus hasilnya.

Kalo lo suka sama tulisan gue, silahkan beri “Clap”.
Kalo lo rasa tulisan gue bermanfaat, silahkan Share tulisan ini di media sosial lo. Semoga kebermanfaatan ini terus berlanjut!

Hubungi gue disini :

Instagram : @hebosto
Website : www.hebosto.com
Podcast : https://open.spotify.com/show/46A9vrcRbLwJ7kIbrYc2Ne?si=FQJwbvitS2SW6uB5pfkakw

--

--