Tahan Banting

Hebbie Agus Kurnia
No Drama
Published in
5 min readJul 21, 2019
Hebbie Agus Kurnia

Sekarang anggaplah seperti ini,

  • Diremehkan? Apakah dengan diremehkan uangmu akan bertambah? Pahala bertambah?
  • Direndahkan? Apakah dengan direndahkan uangmu akan bertambah? Pahala bertambah?
  • Dikucilkan? Apakah dengan dikucilkan uangmu akan bertambah? Pahala bertambah?

Jelas hal-hal seperti itu engga akan membuat uangmu bertambah. Pahala juga, tergantung suasana hati kita. Mau tetep bertawakkal atau engga.

Hidup kita yang jalanin, orang lain yang komentarin, jadi jangan dipikirin, nanti jadinya sinting. Lebih baik kita terus bergerak, terus menghasilkan, daripada orang — orang yang memberikan kritik destruktif? Nyinyir? Mereka sejatinya engga menghasilkan apa-apa bagi diri mereka sendiri, apalagi untuk orang lain? Jelas mereka rugi dunia akhirat.

Lagipula, kalau mereka punya kerjaan yang lebih banyak dan lebih penting, pasti mereka engga akan melakukan hal-hal kurang kerjaan gitu. Darisitu aja, keliatan bahwa mereka sejatinya nyari-nyari kerjaan.

“Kalau kita sering fokus ke hal-hal yang engga penting, bisa jadi hidup kita memang benar-benar tidak penting.”

Setiap ahli di dunia ini, awalnya adalah seorang pemula juga. Kesuksesan itu berawal dari kegagalan demi kegagalan. Ada baiknya kita menyikapi kegagalan sebagai pendewasaan diri, bukan untuk dramatisasi. “Aku sakit hati…. Karyawanku ngambil duitku bang, ngambil barang daganganku bang…. Dasar engga berpendidikan dia bang…” Minta disuntik mati yang begini…

  • Yang merekrut dia siapa?
  • Yang menitipkan outlet ke dia siapa?
  • Yang dulu yakin dan menerima dia kerja siapa?

Semua ya salah sendiri. Apa yang sudah terjadi, ambil hikmahnya. Kalaupun orang itu membuat kita sakit hati, yasudah ambil pelajarannya. Jangan sampai berpandangan orang lain yang salah, diri kita yang sudah benar. Sama sekali engga, kita engga bisa hidup dengan cara pandang seperti itu.

Ada orang yang berhutang sama gue. Sampai buku ini ditulis, dia belum juga bayar ke gue. Gue terus datengini, gue hubungi baik -baik. Sampai pada akhirnya dia tetap engga mau bayar, dia tetap menghindar. Siapa yang salah? Gue yang salah, karena engga hati -hati memberikan pinjaman. Karena tau gue salah, gue bukan pasrah secara pasif. Gue pasrah secara aktif. Gue tetap hubungi terus, kejar terus, karena disana ada hak gue. Maka kita harus tuntaskan hak kita. Nah, masalah hasil ya masalahnya Allah. Gue cuma ngelakuin apa yang seharusnya gue lakuin sebagai manusia. Inilah pasrah aktif.

Rugi puluhan juta, bisnis bangkrut, buat gue itu engga harus disesalkan. Sedih? Ya, sedih. Tapi gue engga mau lama-lama. Ayo bisnis lagi. Mulai lagi.

Sedih itu wajar. Yang engga wajar itu sedih berkepanjangan. Udahlah air mata kekuras, duit makin nipis.

Tanamkan di dalam pikiranmu tentang hal ini, kegagalan itu seperti jamu. Pahit, tapi menyehatkan.

Cerita tentang Siti Hajar sangat relevan dengan zaman sekarang.

Bayangkan, Siti Hajar yang kala itu ditinggal oleh Nabi Ibrahim AS di gurun yang tandus, sangat membutuhkan air untuk minum. Bolak — balik ke bukit seberang, balik lagi ke bukit dimana awal memulai. Berapa kali beliau bolak-balik bukit? 7 kali. Saat yang ke-7, air baru keluar dari gurun. Allah menurunkan bantuannya untuk Siti Hajar dan anaknya minum. Dan air itu adalah air zam — zam. Bukit itu terkenal dengan nama Bukit Shafa dan Marwah.

Steve Jobs, pendiri Apple. Beliau tipikal pekerja keras, engga berhenti untuk terus berinovasi. Sampai — sampai yang beliau pikirkan hanya teknologi, teknologi, dan teknologi. Sampai pada akhirnya, beliau dikeluarkan dari perusahaan yang beliau dirikan sendiri. Aneh? Tapi nyata. Bisa dibayangkan bagaimana sakitnya menjadi Steve? Tapi pada akhirnya, beliau direkrut kembali oleh Apple untuk menjadi CEO. Beliau bilang di salah satu interview, “Saat Saya dipecat dari perusahaan Saya sendiri, momen itu adalah momen terbaik bagi Saya untuk introspeksi dan terus berkarya lagi.”

Gue pribadi terhitung sampai hari ini sudah berbisnis kira — kira 14 kali. Dari mulai jualan nasi goreng, baju, jersey, sampai jualan kambing juga pernah, dan alhamdulillah gagal semua. Ada aja masalahnya. Dari mulai benar-benar bangkrut, pegawai yang bandel, dan penjaga kambing yang meninggal, yang mengakibatkan gue harus ke peternakan dan melihat langsung yang mana kambing gue. Gue engga tau, karena gue engga hafal muka kambingnya.

Belum lagi gue bertemu sama investor-investor lainnya yang menaruh kambing juga disana. “Pak, ini kambing Saya, itu kambing Saya, bla bla bla”. Gue sempat bersitegang dengan salah satu pemilik kambing juga di peternakan, gue ngotot itu kambing gue, dia bilang ini juga kambing dia. Bingung kita berdua, karena engga hafal muka kambing nya yang mana hahahaha. Ada aja jalan Allah, tahu esok harinya gimana? Kambing itu mati. Kita berdua sama-sama rugi. Dan gue harus menanggung kerugian yang cukup besar disana, apalagi itu bukan uang gue, kebanyakan uang yang mempercayakan duitnya kepada gue. Sangat menguras hati.

Tau kabayan? Di salah satu dialog kabaret yang pernah gue liat, Kabayan bilang, “Kalau ada jalan menurun, pasti ada jalan mendaki”

Tenang aja, pasti ada jalan mendakinya. Ada jalan keluarnya. Tugas kita terus berproses. Bahkan mie instan pun harus melalui berbagai proses untuk menjadi instan. Betul? Sukses = Suka proses.

Pertanyaan lain muncul, “Apa harus kita gagal berkali — kali dulu sebelum bisa sukses?”

Jawaban gue, ENGGA HARUS. Kenapa?

  • Colonel Sanders pencipta KFC yang sempat ditolak resep ayam gorengnya oleh 1000 restoran.
  • Thomas Alva Edison yang baru berhasil menemukan bola lampu di eksperimen di sekian ribunya,
  • dan banyak lagi orang — orang yang berhasil dulunya harus mencoba berkali — kali baru bisa sukses.

Mereka semua mencoba berkali-kali karena mereka belum punya MENTOR atau PEMBIMBING. Cara mempercepat kesuksesan, ya kita harus punya MENTOR yang berpengalaman di bidang yang kita sedang tekuni. Banyak-banyak minta saran kepadanya. Dengan begitu, lo akan bisa mempelajari “medan perang” di depan sana tanpa harus mengalaminya.

3 Hal Sederhana yang Harus lo Lakukan Sekarang

  1. Perbanyak action. Dengan begitu lo bisa terus evaluasi dimana lo salah bagaimana caranya lo supaya terus masif pergerakannya.
  2. Jangan cengeng. Saatnya lo menjadi diri lo yang tangguh. Omongan orang lain, ujian yang Tuhan berikan, itu adalah tanda kalau lo bertumbuh dan menjadi lebih baik.
  3. Jangan menunda. Menunda satu hari, bisa jadi engga sama sekali. Engga ada kata terlambat.

Kalo lo suka sama tulisan gue, silahkan beri “Clap”. Kalo lo rasa tulisan gue bermanfaat, silahkan Share tulisan ini di media sosial lo. Semoga kebermanfaatan ini terus berlanjut!

Hubungi gue disini :

Instagram : @hebosto
Kelas Private Bisnis Online : www.hebosto.com/private
Website : www.hebosto.com
Podcast : www.hebosto.com/podcast

--

--