From Japan to Indonesia, Priscilla’s Journey to Become AI Engineer

Rilham Zulfikar Djafar
Nodeflux
Published in
2 min readMar 24, 2020

Priscilla Indira Osa adalah seorang lulusan Kyushu Institute of Technology di Jepang, dengan fokus studinya di bidang artificial intelligence. Saat penyusunan skripsi, menurutnya bidang artificial intelligence ini semakin dikerjakan, semakin menarik. Ilmu matematika yang selama ini ia anggap tidak akan digunakan, ternyata sangat berguna bahkan dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan real-world problem.

Setelah menyelesaikan studinya, Priscilla merasa ingin belajar lebih dalam mengenai Machine Learning, hingga akhirnya memutuskan untuk meniti karir sebagai AI Engineer di Nodeflux. Ia memilih untuk bekerja di lingkungan startup karena menurutnya lingkungan startup itu penuh tantangan, dan tidak kaku.

8 bulan sudah ia menjadi seorang AI Engineer di Nodeflux. Untuknya, lingkungan yang sangat menghargai satu sama lain, dan open minded yang ada di Nodeflux sangat cocok untuk dia. Hal yang tidak kalah penting menurutnya, di sini tidak ada power harassment. Orang-orang yang menempati kedudukan dan jabatan yang lebih tinggi, sama akrabnya dengan karyawan lainnya, bahkan kepada karyawan yang baru masuk.

Dalam kesehariannya sebagai AI Engineer,

Priscilla mengutarakan tentang hal yang menurutnya paling membosankan adalah saat ia pemeriksaan dan pembersihan data. Selain repetitif, menurut Priscilla task ini menyita waktu yang cukup lama. Tapi ia menemukan solusi untuk menangkal kebosanannya, minum segelas teh dan berhenti sejenak untuk “bengong”. Menurutnya, dengan “bengong” dapat menyegarkan pikirannya untuk dapat melanjutkan pekerjaannya. Menarik ya!

Coding, eksperimen, dan training AI model dapat memakan waktu yang cukup lama bagi para engineer. Tak jarang hasilnya kurang memuaskan, atau bahkan laptop yang digunakan untuk training menjadi freeze. Hal ini lantas tidak mematahkan semangat Priscilla dalam terus berkarya dan berinovasi.

Sebagai satu-satunya AI Engineer wanita di Nodeflux, Priscilla tidak merasakan adanya perbedaan perlakuan antara dia dan rekan setimnya. Di saat timnya mendapatkan load pekerjaan yang banyak, ia pun mendapatkan load yang sama.

Hal yang tak kalah penting untuk Priscilla dalam bekerja, ia dapat belajar dengan maksimal, ataupun dapat memberikan yang terbaik di tempat dia berpijak.

“Aku udah biasa sih dari Diploma dan S1, di lingkungan aku perempuannya bisa dihitung pakai jari tangan. Ya, aku gak terlalu perhatiin soal berapa banyak pria dan wanitanya, yang penting aku bisa belajar. Kalau sendirian kan bisa dibilang paling cantik dalam tim, hehe…” canda Priscilla.

Selain untuk menambah pengalaman dan ilmu, dengan bekerja Priscilla jadi tahu bidang yang memang dia kuasai, juga membuka peluang di masa depan bagi Priscilla. Banyak orang orang baru yang ia temui yang menginspirasinya dan justru membuatnya mengenal dirinya sendiri lebih jauh. Dengan mengenal banyak orang, ia menjadi lebih terbuka pandangannya dan menjadi lebih memahami cara pikir orang lain.

“Yang terpenting bukan ilmu dan skill, tapi kemauan untuk terus belajar”, tambah Priscilla.

Priscila berharap untuk value saling menghargai yang sudah ada akan terus berlanjut ketika Nodeflux sudah menjadi perusahaan yang besar.

--

--