#NodefluxForDummies Part 1

Hafsya
Nodeflux
Published in
4 min readOct 10, 2018

I don‘t know, but I have a long history of having to explain everything about me. Dulu pas masuk SD, SD-nya Grogol Utara, padahal bukan di Grogol. Ya kan jadi pertanyaan ya. “Oh sekolahnya di Grogol?” So, I need to explain it. Pas masuk SMP, SMP-nya pun bukan unggulan pula SMP 66 yang adanya nyungsep di dalem gang, depannya got kotor berlumut ruang kelasnya seuprit hingga siswa kudu dibagi masuknya pagi dan siang. SMA 32 juga nggak lebih baik. “Dimana itu 32?” atau “Hah, Cidodol itu masih di Jakarta?”

Situasi kantor Nodeflux. Kagak ding. Hihihi. #amin

Masuk kuliah di IPB, gue kira this annoying streak would end, TERNYATA NGGAK. “Emang IPB ada komunikasi?” atau “Ada IPB di Jakarta emang?” dan yang paling Allahu Akbar adalah yang ketuker antara IPB dan ITB sehingga berasumsi itu di Bandung. YEA, I WISH. Hahahahaha.

Masuk kerja kantor pertama di Harley-Davidson, I’m happy I don’t need to explain myself anymore. Tapi pas di HIJUP, di nanasmanis.com, pertanyaan ‘kerja di mana’ jadi begitu menyebalkan karena gue harus jelasin itu kantor apa, dimana, kerjanya apa, bahkan TULISANNYA GIMANA. Why can’t people just suck it, d’uh? Tapi nggak ada yang lebih bikin gue gelagapan selain kantor gue yang sekarang, Nodeflux. Kenapa gelagapan? Soalnya gue juga ga lebih tahu dari yang nanya. Muahahahaha. Beruntung, kemaren Richard Dharmadi ngasih edukasi internal soal apaan sih Nodeflux?

Nah, ini menarik.

Menariknya adalah karena Nodeflux kantor intelligent video analysis 100% lokal pertama dan terbesar di Indonesia. Ya ada sih perusahaan IVA lain, tapi itu rata-rata cuma sebagai broker produk IVA luar atau produknya punya luar negeri. Waw. Oke, sampe sini udah cukup keren buat gue.

Jadi, Nodeflux itu kantor AI, artificial intelligence atau kecerdasan buatan. Iya, yang keren kek di film-film sci-fi itu. Kami di sini berkutat di cabang IT yang namanya computer vision. Tugasnya kami ngajarin komputer untuk bisa ‘melihat’ melalui software yang terinstall di CCTV. Kami yang kasih datanya, kemudian komputer akan mempelajarinya (deep learning) supaya bisa menjalankan perintah yang dikehendaki. Dan sebenernya AI itu sangat dekat dengan kehidupan kita lho.

Misalnya gue pernah ilang karcis parkir, karena males en de bra en de bru, gue mencoba ngakalin itu dengan mencet tiket masuk lagi dari portal. Ya kagak bisalah, oncom. Soalnya ada CCTV yang mendeteksi plat kendaraan (licence plate recognition/LPR), baru dia ngeluarin karcis. Syit. In the end gue tetep kudu bayar denda dan ngurus lalalili yang malesin itu. So, thanks AI, I guess(?)

Di sini, garis besar kerjaannya terbagi 4: AI Scientist (ih keren ga sik titlenya. Damn, I wish there was something called Copy Scientist. Muahahahaha), Software Engineer, UI/UX, dan Web Development. AI Scientist ini yang jadi ‘pawang’ deep learning dan computer visionnya. Software Engineer yang menjembatani sistem sama user, UI/UX yang menyusun front end supaya mudah digunakan dan nyaman difungsikan, dan web developer itu yang ngedandanin fungsi-fungsinya. Terus gue di mana? Ga dimana-mana. Gue gentayangan aja seperti hantu~

Makasih Om Once

Kata Koko Richard yang alumnus awardee LPDP untuk Master of Science in Artificial Intelligence from Edinburgh University (njay. Iya, emang sekeren-keren dan sepinter-pinter itu anak Nodeflux), computer vision sebenernya bisa digunakan buat apa aja. “Apa aja yang bisa dilihat mata manusia, kita juga bisa ngajarin komputer untuk melakukannya.” Azeeg. Duch, cerdas banget ga sich? Ngajarin komputer aja cincay, apalagi ngajarin kamu jadi teman hidup selamanya? #eeaa (He’s single and available, btw. LOL)

Ekspresi Koko Richard membaca gombalan gua. Hahahaha

Oke kembali ke leptop.

Jadi, waw, ini sungguh emejing ya. Misalnya bisa dimanfaatin dimana lagi, Sya? Ya banyak. Misalnya salah satu produk Nodeflux adalah vehicle counting buat ngitung jumlah kendaraan (sebelumnya masih manual diitung pake manusia). Ini bisa dimanfaatin buat laporan kepadatan lalu lintas, hingga buat ngitung efektivitas visibility sebuah billboard di jalan raya. Dampaknya apa emang? Nodeflux menekankan bahwa AI bukan solusi permasalahan, tapi tools untuk pengambilan keputusan yang jauh lebih efektif dan akurat. Abis kita dapat data billboard itu, kan bisa jadi bahan pertimbangan perusahaan reklame, agency, hingga brand buat penempatan iklan yang lebih efektif. Dengan punya data volume kendaraan, kepolisian, ditjen perhubungan darat, dan semua instansi terkait kan jadi punya informasi akurat untuk penyusunan regulasi atau strategi lalu-lintas. Cakep.

Kalian pernah denger nggak istilah setor muka? Say no mo, Fam! Because, fitur pengenalan wajah (face recognition/FR) Nodeflux bisa dipake buat absen! Yes, you literally setor your muka sebagai credential absensi atau verifikasi data. Syit, yang hobi nitip absen cem gua ga bisa berkutik lagi ini mah.

Sebenernya gue agak scary soal AI ini. Takut kek di film-film post-apocalyptic gitu ye kan, robot mengambil alih kendali dari manusia. Tapi orang-orang sini bilang gue aja kebanyakan nonton pilem. hahahaha. Nodeflux percaya, manusia tuh punya ‘mental korban’ yang merasa tersingkir atau kalah cerdas, dari komputer. Justru mindset yang gitu jangan dipelihara. Jadikan motivasi supaya kita nggak ketinggalan. Karena dari jaman purbakala pertama kali bumi diciptakan, cuma satu yang bikin manusia belum punah sampe sekarang: kemampuan beradaptasi. Manusia adalah satu dari sedikit makhluk yang berhasil beradaptasi sehingga selamat dari berbagai seleksi alam yang udah memusnahkan spesies-spesies lain. Survival of the fittest.

Gue sendiri selalu percaya, bahwa orang-orang yang menguasai dunia digital adalah orang-orang yang akan menguasai masa depan. Jadi kalo sekarang caranya delete akun Facebook aja masih bingung, mending buruan adaptasi deh. Dan gue bersyukur banget ada di garda terdepan kemajuan teknologi Indonesia. Bersama Nodeflux. :)

--

--