3 Most Important Traits for A Successful Product Design Team

Amira Budi Mutiara
Nodeflux
Published in
4 min readOct 20, 2018

After getting S.Psi as my degree, I decided to start my career in a tech company instead, and build my experience as a UX Designer. I found that many of my friends are confused, how can a psychology stud join a tech company as a UX Designer?

“Bukannya harus bisa ngoding, ya?”

“Emang anak psikologi ngerti bisnis?”

Bermodal basic design skill, pengetahuan metode riset dan statistik, pengetahuan psikologi konsumen, pengetahuan artificial intelligence yang sangat mendasar, kemampuan nyari literatur feat. Google dan Sci-hub, dan tentunya dengan kemampuan berempati kepada user, membuat gue pede bahwa anak psikologi bisa dinyatakan punya skill set yang cukup untuk membuat produk yang disukai user.

Tapi ternyata nggak sesimpel itu, gaes.
Seiring bertambahnya jam terbang, gue pun menyadari bahwa…

One designer will never be enough to launch a hit product to the market.

Product designer, pada hakikatnya, nggak bisa jalan sendiri karena perlu berkolaborasi dengan beberapa pihak lain yang memiliki spesialisasi di bidang terkait— UX Designer, UI Designer, Data Scientist, Software Engineer, Business Development… you name it.

Lalu, apakah dengan punya anggota-anggota ber-skill yang mumpuni aja udah cukup untuk membuat sebuah Product Design Team sukses?

Ternyata, menurut riset yang dilakukan Kichuk, kesuksesan Product Design Team untuk bisa bekerja sama dengan baik ditentukan dari komposisi trait kepribadian para anggotanya.

Dalam penelitian itu, Kichuk meneliti lebih dari 100 Product Design Team yang mayoritas memiliki background di bidang engineering untuk menentukan komposisi trait kepribadian seperti apa yang mampu meningkatkan performa kelompok.

Berikut 3 trait kepribadian yang penting untuk dimiliki anggota Product Design Team versi Kichuk:

Senangnya jika semua member team aktif berpartisipasi~

1. Extraversion

Orang-orang dengan tingkat Extraversion yang tinggi biasanya suka bicara, aktif, dan senang bersosialisasi. Dalam sebuah tim, para ekstrovert inilah yang biasanya menstimulasi proses diskusi. Idealnya, mereka bisa menciptakan iklim yang mendorong anggota tim lain bebas mengekspresikan ide-ide gilanya.

Etapi bentar dulu, ternyata ada riset lain yang bilang kalo semua anggota-nya extrovert juga nggak baik! Ketika semuanya extrovert, mereka cenderung terlalu menikmati interaksi sosial dalam tim sampai-sampai ter-distract dari goal utama mereka: yaitu menyelesaikan tugas. Haduu Bambang, meeting tuh bukan sekadar ngopi sambil ngobrol-ngobrol doang nee…

Naah, damai gini kan enak :)

2. Agreeableness
Lo pernah gak ikut meeting dan baru ngomong tiga kata aja udah dibantah sama anggota yang lain? Jangankan mereka setuju sama ide lo, dengerin pun nggak mau! Nah, orang-orang kayak gini biasanya rendah dalam agreeableness. Ketika lo tergabung dalam tim dipenuhi oleh orang yang agreeableness-nya rendah, siapin mental aja ya untuk beradu argumen dan nyinyiran. Soalnya, mereka emang kompetitif, kaku, dan nggak mudah percaya sama orang lain.

Sebaliknya, ketika anggota tim lo banyak yang tinggi dalam agreeableness, lo akan dikelilingi orang-orang yang mau dengerin lo, percaya sama lo, fleksibel, dan yang terpenting… nggak nge-gas kalo ngomong, haha! Dengan demikian, lo jadi lebih nyaman deeh untuk mengemukakan ide-ide desain produk yang ciamik!

Ga enak kan kalo masuk ruang meeting terus wajah tim kamu suntuk semua :(

3. Emotional Stability
Jadi Product Designer itu berat, ̶b̶i̶a̶r̶ ̶a̶k̶u̶ ̶s̶a̶j̶a̶ makanya itu anggotanya jangan gampang burn-out!

Asli, jadi product designer itu akan banyak ngebatin. Kerjaan lo disalah-salahin, ide lo ditolak, CEO kecewa sama hasil riset lo, desain lo dibilang sampah!!!! sama user…

….Tapi lo masih harus menghadiri meeting besok dengan senyum di wajah :”)

Nah, makanya penting nih punya emotional stability yang tinggi! Ketika emosi lo stabil, lo cenderung sans untuk menghadapi situasi seperti apapun.

Tenang saja kawan, Jack Ma yang ditolak mulu aja sekarang bisa jadi bos Alibaba~ Jangan nyerah dulu, ya!

Selain 3 trait di atas, gue pribadi yakin bahwa yang terpenting adalah kalo kita bisa menerima orang dengan trait kepribadian yang beda dari kita, dan bantu dia buat berkembang, instead of only judging them. Jadi, apakah lo udah mengenal baik trait kepribadian lo dan teman-teman tim lo kayak gimana? Kalo belum, silakan coba tes kepribadian yang gratis dan reliable di sini.

References:

Kichuk, S. L., & Wiesner, W. H. (1997). The big five personality factors and team performance: implications for selecting successful product design teams. Journal of Engineering and Technology management, 14(3–4), 195–221.

Peeters, M. A., Van Tuijl, H. F., Rutte, C. G., & Reymen, I. M. (2006). Personality and team performance: a meta‐analysis. European Journal of Personality: Published for the European Association of Personality Psychology, 20(5), 377–396.

--

--