Reforma Agraria atau Reformasi Agraria?

Nurcholis Art
nurcholisart
Published in
3 min readMay 2, 2017

Saya baru membaca Majalah Tempo edisi 1–7 Mei 2017. Rubrik ekonominya membahas persoalan rencana pelaksanaan Reforma Agraria oleh Joko Widodo. Secara garis besar, tulisan tersebut membahas bahwa reforma agraria bukan hanya persoalan bagi-bagi lahan. Ya, saya sepakat.

Tapi, kemudian saya mengernyitkan dahi saat melihat infografik yang ditampilkan dua halaman berikutnya. Itu adalah infografik yang membahas runtutan hukum agraria yang pernah terjadi di Indonesia, dimulai sejak terbitnya Agrarische Wet. Ada juga soal rasio gini tahun 2016, rasio gini kepemilikan lahan di tahun 2016, dan lainnya.

Nah, yang membuat saya mengernyitkan dahi adalah judul dari infografik tersebut, “Jalan Terjal Reformasi Lahan”. Apakah reformasi dengan reforma adalah hal yang sama? Penulisan kata reformasi sebenarnya juga dipakai oleh Tempo dalam lead liputan “Bukan Sekedar Berbagi Lahan.” Di sana tertulis, “Presiden Joko Widodo ingin pelaksanaan reformasi agraria dipercepat. Lahan yang tersedia tidak sebanding dengan kebutuhan.”

Saya jadi mengingat sebuah artikel yang ditulis oleh Gunawan Wiradi di epilog buku Hutan untuk Rakyat. Di sana dia menulis bahwa dalam konteks agraria, reforma tidak sama dengan reformasi. Apa bedanya?

Gunawan menulis begini: Klarifikasi tentang istilah: Apa bedanya “Reformasi” (Reformation) dengan “Reforma” (Reform)? (a) Dalam ilmu-ilmu sosial “reformasi” (reformation) didefinisikan sebagai “piecemeal improvement to fortify the status quo”. Jadi, suatu perbaikan tambal-sulam, justru untuk membentengi kondisi yang ada. Artinya, mempertahankan struktur yang ada; (b) “Reforma” (reform) seperti telah dijelaskan di depan adalah justru mengubah struktur.

Gunawan juga menjelaskan bahwa reforma juga berbeda dengan tata kelola. Gunawan menulis begini: apa beda “reforma” dengan “tata kelola” (manajemen)? “Land Reform” dengan “Land Management?” “Manajemen” atau tata kelola mengandung esensi ketertiban dan keteraturan, sedangkan reforma (yang genuine) justru bercitra ketidaktertiban untuk sementara. Karena merupakan proses mengubah keteraturan yang lama menuju keteraturan baru. Reforma merupakan “gerakan cepat” dalam jangka waktu tertentu (punya “time frame”, misalnya, di Jepang 4 tahun; di India 5 tahun; di Taiwan 5 tahun; di Mesir 9 tahun, dan lain-lain).

Lebih lanjut lagi dia juga menjelaskan bahwa secara umum, reforma agraria berarti: Suatu penataan kembali (atau penataan ulang) susunan pemilikan, penguasaan, dan penggunaan sumber-sumber agraria (terutama tanah), untuk kepentingan rakyat kecil (petani, buruh tani, tunakisma, dan lain-lainnya), secara menyeluruh dan komprehensif (lengkap) (lihat a.l. Russel King, 1977).

“Penataan ulang” itu sendiri kemudian dikenal sebagai “Land Reform”. “Menyeluruh dan komprehensif” artinya pertama, sasarannya bukan hanya tanah pertanian, tetapi juga tanah-tanah kehutanan, perkebunan, pertambangan, pengairan, kelautan dan lain-lainnya. Pendek kata, semua sumber-sumber agraria. Kedua, program land reform itu harus disertai dengan program-program penunjangnya seperti penyuluhan dan pendidikan tentang teknologi produksi, program perkreditan, pemasaran, dan sebagainya. Singkatnya, reforma agraria adalah land reform plus program penunjang. Memang, intinya adalah “land reform”. Dengan demikian melaksanakan land reform saja tanpa program penunjang masih bisa disebut Reforma Agraria. Tetapi sebaliknya, berbagai program penunjang saja tanpa land reform, tidak bisa disebut sebagai RA (El-Ghonemy, 2007: 27).

Tujuan dari reforma agraria adalah: Secara makro, mengubah struktur masyarakat, dari susunan masyarakat warisan stelsel feodalisme (cc: sultan wkwk) dan kolonialisme menjadi suatu susunan masyarakat yang lebih adil dan merata. Secara mikro, agar sedapat mungkin semua (atau sebagian besar) rakyat mempunyai aset produksi, sehingga lebih produktif, dan pengangguran dapat diperkecil.

Jadi, yang benar reforma atau reformasi? (Belum lagi, di sini kita juga (mungkin) bisa mempertanyakan penggunaan kata “lahan” yang digunakan dalam judul (Jalan Panjang Reformasi Lahan) infografik tersebut. Apakah sama atau berbeda. Saya belum punya bahan untuk yang ini, hehe.) Tapi menurut saya, ini penting bagi kita untuk betul-betul memahami apa itu reforma agraria.

--

--