Refleksi & Proses Pembelajaran atas Proyek HIV Berperspektif Gender & HAM

Nurdiyansah Dalidjo
Nurdiyansah Dalidjo
4 min readJun 24, 2024
Sampul “Jurnal Perempuan” No. 67.

Artikel ini pertama kali diterbitkan pada Jurnal Perempuan No. 67 dengan tema “Apa Kabar Media Kita?” pada 2010 (Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan) sebagai Kliping pada halaman 111–113 dengan judul asli “Refleksi dan Proses Pembelajaran GDP SAN!.”

Terbentuk tahun 2007, Gender Development Programme-Stop AIDS Now! atau disingkat GDP-SAN! Jawa merupakan sebuah koalisi yang terdiri dari 13 lembaga yang bekerja untuk isu HIV & AIDS dan hak perempuan. Tiga belas lembaga tersebut, terdiri dari Koalisi Perempuan Indonesia, Solidaritas Perempuan, YAKITA, Rahima, Yayasan Jurnal Perempuan, PKBI-DKI, PKBI-DIY, PLIP Mitra Wacana, Syarikat Indonesia, LBK-UB, GAYa NUSANTARA, WCC Mawar Balqis, dan Lembaga Germawan. Tujuan Koalisi ini adalah untuk mengidentifikasi strategi dan intervensi tingkat lokal yang menjamin pencegahan HIV dengan cara mengintegrasikan promosi kesetaraan gender dan hak perempuan. Perempuan dan anak perempuan menjadi sasaran utama GDP-SAN! Jawa sebagai respon terhadap meningkatnya kasus HIV secara timpang di kalangan perempuan dan anak perempuan karena faktor biologis, ekonomi, ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender, serta sosio-kultural. Sejauh ini, GDP-SAN! Jawa telah melakukan kampanye bersama periode pertama pada 2007–2008 dan periode kedua pada 2009–2010.

Banyak hal telah dicapai GDP-SAN! melalui kerja-kerja pencegahan HIV dengan integrasi gender dan HAM, salah satunya di tingkat nasional ialah mendorong Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) untuk membentuk “Gender and Human Rights Working Group” dan mendorong Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) untuk mengampanyekan “Perempuan dan Anak Perempuan Bebas HIV dan AIDS.” Sedangkan di tingkat lokal/komunitas, setiap organisasi dengan masing-masing programnya memiliki pencapaian yang berbeda-beda. Rahima dengan program penguatan ustazah misalnya, telah mengadvokasi kalangan pesantren untuk membuka mata perihal kaitan HIV dan AIDS, gender, dan hak-hak perempuan. Sementara itu, PKBI-DIY, PKBI-DKI, Mitra Wacana, GAYa NUSANTARA, WWC Mawar Balqis, dan Yayasan Jurnal Perempuan melalui program-program, seperti roadshow; lomba majalah dinding (mading), pembuatan media komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE); forum remaja; peer educator; dan konsultasi di kalangan sekolah dan kampus, telah mampu meningkatkan kesadaran dan kepedulian anak muda terhadap HIV dan AIDS, gender, dan HAM.

Melihat begitu banyaknya pengalaman menarik selama bergabung sebagai anggota Koalisi GDP-SAN!, maka kami pun sepakat untuk membagi proses pembelajaran kami kepada publik saat menjalani workshop pengembangan toolkit bertema “A Journey of Leraning & Reflection” beberapa waktu lalu di Jakarta (6–7/04/’10). Toolkit ini menjadi penting karena tidak sekadar menjadi refleksi Koalisi terhadap kerja-kerja yang telah dilakukan, melainkan pula menjadi proses pembelajaran bagi anggota Koalisi dan organisasi/individu lain yang tertarik untuk melakukan program serupa.

Dalam desain penyusunan toolkit, metode yang digunakan, meliputi desk research, field research, analisis, pembuatan draf, konsultasi kepada mitra, sampai penulisan. Toolkit Koalisi ini tidak akan menyeragamkan pengalaman unik masing-masing lembaga dan akan merepresentasikan isu gender dan HAM sebagai substansinya seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Model Substansi Toolkit.

Sedangkan kerangka toolkit yang dipakai adalah seperti yang terlihat pada Gambar 2. di bawah ini, yang terdiri dari:

  1. Pengetahuan dan kesadaran. Apakah program telah meningkatkan pengetahuan dan kesadaran?
  2. Perubahan perilaku. Apakah program telah berdampak pada perubahan perilaku?
  3. Kapasitas. Apakah penerima manfaat telah diberikan atau malah berusaha sendiri untuk peningkatan kapasitas?
  4. Keberlangsungan. Apakah terjadi keberlangsungan terhadap program tersebut, setelah program berakhir?
Gambar 2. Model Kerangka Toolkit.

Secara umum, toolkit berorientasi pada perubahan tingkah laku dan membantu masyarakat agar membuka pikiran mengenai persoalan perilaku seksual, hak seksual, hak reproduksi, gender, penguatan perempuan, dan lainnya yang terkait langsung maupun tak langsung terhadap isu HIV dan AIDS. Toolkit nantinya akan memandu penerima manfaat serta organisasi/individu yang hendak melakukan program melalui apa yang disebut sebagai suatu perjalanan pembelajaran dan refleksi, yang meliputi komponen:

  1. Membangun pengetahuan dasar perempuan dan anak perempuan.
  2. Menciptakan kesadaran dan refleksi.
  3. Membangun kapasitas perempuan dan anak perempuan.

Ke depannya, toolkit diharapkan mampu menjadi alat bantu dalam menguatkan strategi menuju transformasi sosial terkait pencegahan HIV melalui integrasi gender dan HAM. Sehingga, kerentanan perempuan dan anak perempuan untuk tertular HIV bisa segera diatasi melalui program-program yang memperhatikan permasalahan gender dan menghormati hak-hak perempuan. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) perempuan pun tak lagi harus menerima stigma dan perlakuan diskriminatif seperti yang seringkali terjadi.

--

--

Nurdiyansah Dalidjo
Nurdiyansah Dalidjo

Unapologetic queer writer who seeks to memorialize the role of spices as the ingredients that fueled the revolution in Indonesia. Instagram: @penjelajah_rempah