Cukup Menerima, Nyatanya Tak Semudah yang Dikira

sincerelyora
Nyarita
Published in
2 min read1 day ago
Photo by Patrik László on Unsplash

Bulan Mei lalu, di sela-sela suatu kegiatan kampus, aku dan temanku singgah sebentar di depan salah satu minimarket untuk mengisi perut. Selagi menyantap masing-masing makanan, aku mendapat kesempatan untuk berbincang cukup panjang dengan temanku yang sebenarnya nggak terlalu dekat ini. Sebelumnya paling-paling hanya saling sapa dan mengobrol singkat-singkat saja.

Sejujurnya aku lupa apa topik pertama yang dibincangkan. Tapi poin utama yang aku ingat adalah bagaimana temanku ini bercerita tentang rencana dan harapannya yang tidak jadi pergi ke Jepang untuk melanjutkan karirnya nanti setelah lulus. Tujuannya sebelum itu hanya fokus pada tempat, yaitu Jepang, Jepang, dan Jepang. Harus Jepang. Sampai akhirnya ia menyadari, bahwa jawaban Tuhan tak selalu sama dengan keinginan.

Aku masih asik mendengarkan ia bercerita dengan seksama. Sampai ia melemparkan sebuah pertanyaan padaku.

“Menurut kamu, apa ibadah paling utama?”

Aku berpikir cukup lama. Sampai akhirnya ia menjawab sendiri pertanyaannya.

“Kalau menurutku, bukan shalat, mengaji, atau ibadah fisik lainnya.” Keningku mengerut.

“Tapi menerima segala takdir yang Allah beri.”

Wah, aku speechless sebentar. Berkata dalam hati, iya juga ya.

Menerima itu seharusnya gampang-gampang saja. Tidak perlu melakukan apa-apa. Tapi kenapa, ya, kalau urusan menerima takdir, apalagi yang tidak sesuai dengan keinginan, beraaaat sekali. Bahkan tak jarang, justru malah melakukan hal-hal untuk menentang takdir yang Allah kasih. Mengambil hak Allah tanpa disadari. Hanya ada rasa gelisah dan putus asa.

Aku pun mungkin sadar tanpa disadari pernah melakukan itu. Tapi sekarang, ketika aku belajar untuk menerima, ketenangan lebih dirasakan, rasa syukur lebih dipanjatkan, dan merasa lebih mampu untuk menghadapi setiap ujian. Berusaha lebih baik dalam setiap keadaan, karena percaya bahwa Allah memiliki rencana yang terbaik untuk setiap hamba.

Tulisan ini dibuat untuk Pekan #NyariTantangan dengan tema harian “Utopia-Dystopia”. Yuk #NyariTantangan bersama Nyarita!

--

--