Di Antara

Ita Novitasari
Nyarita
Published in
3 min readJul 10, 2024
Photo by Aron Visuals on Unsplash

Setiap orang punya 24 jamnya yang sama, tapi beda cara menghabiskannya

Waktu terus berjalan dan tidak pernah menunggu tuannya

Sebulan lalu, jatah perkuliahan berakhir ditandai acara simbolis perayaan kelulusan. Timbul berbagai perasaan yang muncul, haru karena bisa menyelesaikan apa yang sudah mulai; sendu karena meninggalkan kampus yang memberi pelajaran dan pengalaman serta kota kembang yang selalu memberikan kenyaman dan kenangan; dan bingung karena harus memutuskan karir ke depan. ((Walaupun belum pindahan))

Kontrak kosan berakhir di akhir Agustus, tapi kemungkinan pindah lebih awal. Setalah banyak berpikir dan pertimbangan antara dua pilihan ntah itu kerja di kota kembang yg sudah menjadi rumah kedua atau di kota udang yang menjadi tempat kelahiran. Akhirnya memutuskan untuk kembali ke daerah asal, setelah lama mempertimbangkan.

Jujur banyak free time sambil nunggu pindahan. Awalnya terasa nikmat, dengan dalih itung-itung sebagai jeda sebelum berganti peran dan beralih kegiatan yang sebenarnya. Tapi setelah seminggu berlalu, rasanya ada perasaan bersalah karena menyia-nyiakan waktu hanya untuk bersantai. Karena perasaan itu, mulailah menyusun kembali rencana ke depan dan membuat strategi agar bisa menjalani hari dengan maksimal (setidaknya ada hal yang bermanfaat yang dilakukan).

Ada hubunganya dengan tulisan kemarin https://bit.ly/Mencobahalbaru. Mulai saat itu tergerak untuk mengisi waktu dengan beberapa kegiatan:

  • Mengikuti Pelatihan MOOC Pintar Kemenag, pelatihan ini dapat sertifikat dan mendukung peningkatan profesioanalitas pendidik/pihak yang berlatarbelakang pendidikan khususnya pendidikan agama. Kita bisa milih jenis pelatihan yang diikuti. https://bit.ly/PintarKemenag
  • Mengikuti Akademi Taswib Tilawah, komunitas khusus akhwat pejuang Al-Qur’an dibimbing oleh Ustadzah Nabilah (Juri Hafidz Qur’an Indonesia) dan tim. Disini bisa belajar langsung bareng ustadzah Nabilah atau nanti dapat ustadzah yang sudah di ploting. Menyediakan dua kelas yaitu kelas umum dan kelas khusus. Selengkapnya bisa lihat di instagram https://bit.ly/AkademiTaswibTilawah
  • Mengikuti Komunitas Nyarita, komunitas kepenulisan yang menjadi wadah bersama untuk penulis-penulis yang ingin turut memberi sumbangsihnya pada panggung digital. Dan yang ku tulis sekarang juga bagian dari tugas #nyaritantangan bersama #baturnyarita. https://bit.ly/NyaritaBandung
  • Daftar magang di pemerintahan, doain ya.
  • Dan tentunya masih ada kegiatan lain yang ingin diikuti.

Kalimat ini sering terngiang-ngiang

“Capek itu ada 2 hal, capek karena ga ngapa-ngapain atau capek karena ngapa-ngapain”

So, pilihlah…. (pasti semuanya pilih capek karena ngapa-ngapain walau realita buat actionnya emang agak struggle dan kembali ke pribadi masing-masing)

Apalagi Allah notice banget soal waktu di QS. Al-Asr (ayat 1–3) yang artinya:

  1. Demi masa,
  2. sungguh, manusia berada dalam kerugian,
  3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

Susah buat dijalani, tapi bismillah buat diusahakan. Walau kadang naik turun buat mempertahankan.

Ini jadi refleksi buat diri sendiri yang masih belajar buat ngejalaninnya apalagi menjadikannya balance.

Banyak pepatah atau perumpamaan yang nunjukin seberapa pentingnya waktu.

Waktu laksana pedang, Waktu adalah uang, dll

Mari bersyukur atas kesempatan dan keluangan waktu yang masih bisa dimanfaatkan (asal itu baik, maka lakukanlah!).

Tulisan ini dibuat untuk Pekan #NyariTantangan dengan tema harian “Ke(sok)sibukan”. Yuk #NyariTantangan bersama Nyarita!

--

--

Ita Novitasari
Nyarita
Writer for

Ruang untuk menuangkan pikiran lewat kata. Agar isi kepala tidak membludak hanya berputar di area yang sama.