Kepada Alam

Setiap hari, jam, menit, bahkan detik selalu disertai harap. Harapan pasti yaitu menjadi sebaik-baiknya manusia, yang memberikan kebermanfaatan bagi seluruh alam.

Kampoeng Tjibarani, yang menjadi tempat Lingkar Nyarita 2 ini memunculkan pertanyaan, "Apakah hijaunya ciptaan-mu ini masih bisa kulihat ketika tua kelak? Apakah akan membaik nantinya?"

Menjaga serta melestarikan alam adalah harapan mulia yang menurutku pasti dimiliki setiap orang.

Pilu ketika melihat sungai yang tidak baik-baik saja, ikan-ikan itu dan harapannya. Mereka seperti meminta tolong, harapan mereka manusia menolong dan tidak berbohong, agar rumah mereka bisa tertolong. Mungkin pula ikan-ikan itu menjerit, hatinya sakit dan berusaha untuk bangkit.

Debur air sungai, kicauan burung dan suara daun-daun yang diterpa sungguh indah, membuatku tidak mau berpindah, karena sungguh merasakan ketenangan ini sedikit susah. Oh alam, memang si paling memberi ketenangan. Aku yakin bahwa alam merupakan obat penenang bagi mereka yang kurang tenang, bahkan tidak baik-baik saja. Memang tidak ada alasan untuk melestarikannya, karena dengan itu akan menambah lagi ketenangan yang kita rasa. Bahkan bukan hanya kita manusia, namun seluruh makhluk bumi.

Jadi teringat perkataan ibu setiap kami berjalan-jalan, “Bumi Allah itu luas nak, berjalanlah yang panjang, bertemulah dengan banyak orang, dan tebarkan kebermanfaatan.” Dari situ aku yakin, setiap kebaikan yang diperbuat, itu merupakan salah satu harap dari semesta. Tangis adikku ketika pohon cengkih samping kanan rumah ditebang, yang menjadi tempat berteduhnya saat bermain, juga menyadarkanku bahwa selain membantu keberlangsungan hidup manusia, alam juga memberikan kebahagiaan yang tidak terukir. Kuperhatikan pula para pendaki gunung, tidak perduli jauh, sulit bahkan terjal mereka jalani, demi melihat indah ciptaan-Nya.

Tulisan ini dibuat untuk Pekan #NyariTantangan sekaligus Lingkar Nyarita #2 dengan tema “Harapan”. Yuk #NyariTantangan dan me-Lingkar bersama Nyarita!