Lapangan Biru

Mutiara Maryam
Nyarita
Published in
2 min readJul 8, 2024

Seperti tidak ada tempat lain, selalu saja lapangan biru itu yang menjadi tempat kami bermain sampai warnanya pudar dan berubah menjadi coklat. Ketika itu memang syahdu, walaupun sepuluh tahun telah berlalu namun masih menjadi obrolan hangat kami ketika berkumpul kembali.

Terkadang aku rindu dengan semangatku yang dulu ketika pulang sekolah bergegas pergi ke lapangan itu untuk bermain bersama teman-teman, walaupun belum tahu permainan apa yang akan kami lakukan. Aku juga rindu ketika Adzan Zuhur berkumandang dan ibu datang membawakan aku makan siang.

Photo by Chang Duong on Unsplash

Selain semangat, aku menjadi seseorang yang pemberani pada saat itu. Banyak hal yang aku dan temanku lakukan tanpa ada ragu. Kami bermain dan banyak mencoba hal baru sambil berandai-andai menjadi orang dewasa, sama peserti mimpi anak-anak pada umumnya yang kemudian mereka sesali. Berlari-lari tanpa lelah, seolah-olah terlihat lemah jika hanya berjalan biasa. Namun sekarang? berlari sunggu susah, padahal untuk kepentingan kesehatan agar lebih terarah.

Aku yakin lapangan biru juga memiliki perasaan yang sama, Rindu. Aku juga yakin lapangan biru merasa kesepian karena sudah beberapa tahun tidak ada yang bermain lagi disana, anak-anak itu sudah sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Rumput mulai menjalar, akar pohon mulai merusak lapangan, sungguh terlihat tua. Kemarin kulewati lapangan biru seperti melambai-lambai mengajak untuk bernostalgia. Terbayang lima anak kecil yang berlarian, bersepeda, dan berbagi makanan hingga tiba adzan ashar sehingga ibu datang agar anaknya pulang untuk pergi mengaji.

Photo by Timo Wagner on Unsplash

Memang tidak ada bosannya, kami pantang pulang sebelum ibu menjemput datang. Mungkin kalaupun ibu tidak menjemput, kami baru akan pulang ketika matahari terbenam menunjukkan malam, karena memang strategis sehingga mudah untuk kami pulang ke rumah masing-masing.

Untuk Lapangan Biru

Banyak tempat yang telah kami susuri, namun kamu menjadi memori terindah yang akan selalu melekat. Kamu menyaksikan kami bertumbuh hingga pada akhirnya kamu kami tinggalkan. Aku selalu berharap semoga ada anak-anak seru yang bermain bersamamu, menggantikan kami yang kini sudah berpencaran. Walaupun biru itu sudah berubah menjadi coklat, kamu tetap terlihat indah. Nantikan kami berkumpul lagi disana dengan es potong warna warni ya. Ketika kami kesana kembali mungkin akan berbeda seperti dulu, tapi kami akan tetapi menjadi orang-orang seru.

Tulisan ini dibuat untuk Pekan #NyariTantangan dengan tema harian “Nostalgia”. Yuk #NyariTantangan bersama Nyarita!

--

--