Membaca dan Menulis

Nara Saif
Nyarita
Published in
4 min readJul 3, 2024

Dapat aku simpulkan bahwa membaca dan menulis masih menjadi hal baru dalam hidupku — walau menulis sudah lama aku kenal, dan aku sedang PDKT dengan membaca. Rasanya, mereka masih terlalu asing bagiku, dan aku tidak pernah bisa memahami mereka secara utuh.

Selain menjadikanku seorang Wibu — pecinta jejepangan itu — pandemi Covid-19 lalu membuat si Wibu ini termotivasi untuk berlatih mengetik 10 jari. Dan salah satu medianya adalah dengan membuat tulisan di laptop, membuat jurnal harian yang menceritakan apa saja yang terjadi hari itu.

Entah motivasi yang datang dari mana, akhirnya — tanpa pengetahuan menulis yang baik dan benar — aku memberanikan diri untuk membagikan pengalaman masa kecilnya — yang tragis sebagai tulisan pertaman di Blogger pribadi milikku.

Tulisan itu menjadi awal mula bagiku untuk terus terjun dalam dunia kepenulisan — yang akusendiri buta akan dunia itu.

Pada tahun pertama karirku sebagai penulis amatir, akusemangat membagikan kisah-kisah masa lalunya, menceritakan ulang kisah-kisah hidup yang pernahku alami selama hidupnya.

Tahun-tahun berikutnya menjadi puncak karir kepenulisanku. 50 tulisan berhasil aku publikasikan dalam blog. Beberapa yang lain hanya membusuk menjadi tulisan Draft saja, yang tidak pernah kembali lagi aku sentuh. Aku juga mulai bereksperiman menggunakan Wordpress — hanya karena terpengaruh oleh Kevin Anggara.

Namun, beberapa tahun terakhir, aku mulai asing dengan tulisan tulisanku sendiri. Aku sudah kehilangan gairah untuk membagikan tulisan, aku mulai ragu akan tulisan yang ku buat sendiri, aku kehilangan arah sebagai seorang penulis.

“Apa yang harus aku ceritakan?”

“Apakah tulisan ini layak untuk dibaca?”

“Apakah pesan yang ingin aku sampaikan, tersampaikan kepada pembaca?”

“Apakah tulisan tulisanku sesuai dengan Pedoman Bahasa Indonesia yang baik dan benar?”

Pikiran pikiran itu berputar-putar dalam kepalaku.

“Penulis itu adalah pembaca yang tekun,” ujar seorang penulis novel di Instagram. Ia lupa, bahwa menulis dan membaca saling terhubung satu sama lain. Sedangkan, membaca adalah kegiatan yang selalu dia hindari selama ini. Baginya, membaca itu membosankan.

Membosankan, memang, namun kebiasaan membaca dapat dibangun jika bertemu dengan bacaan yang tepat. Akhirnya, aku mencoba untuk memulai kebiasaan membaca.

Seperti apa yang di katakan Najwa Shihab,

“hanya perlu satu buku untuk mulai jatuh cinta pada membaca.”

Kalimat itulah yang meyakinkan aku untuk membangun kebiasaan membaca, selain hal itu dapat mendukung kualitas tulisanku. Setelah diteliti, ternyata membaca adalah hal sederhana yang dapat meningkatkan pengetahuan kita.

“Buku adalah Jendela Dunia”

Untuk mempertahankan menyukai akan suatu hal, kita perlu mencari tempat, lingkungan dan orang yang menyukai hal yang sama. Dalam hal ini, membaca.

Pada awal tahun 2024 ini aku menemukan komunitas membaca di Instagram, yaitu Jakarta Bookparty. Aku tertarik mengikuti komunitas itu, dan akhirnya aku mencari tahu apakah komunitas ini juga ada di Bandung atau tidak. Dan ternyata ada! Dengan mengikuti komunitas ini, kebiasaan membacaku mulai terbentuk sedikit demi sedikit.

Sejauh ini, aku berhasil menyelesaikan beberapa buku tebal: empat judul novel dengan beberapa judul buku nonfiksi yang masih belum aku selesaikan. Aku cenderung menyukai buku yang memiliki alur linear, seperti komik, novel, atau cerpen.

Namun, dengan tergabungnya aku dengan komunitas ini, keraguan dan ketakutanku semakin meningkat. Aku jadi bertemu orang-orang hebat yang membaca buku di luar apa yang aku baca… membuatku cukup minder dengan tulisan-tulisan yang telah aku publikasikan sebelumnya.

Tweet Rakean yang mempelopori adanya Nyarita!

Pada pertengahan Mei lalu, aku melihat tweet Rakean yang ini: dia men-tweet tentang idenya untuk membangun komunitas menulis. Hal ini tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Dan sepertinya, ini menjadi solusi yang bagus untukku yang hilang arah ini.

Sepertinya aku memang membutuhkan wadah diskusi untuk tulisan-tulisan yang aku buat: seperti mendiskusikan suatu buku yang dibuat oleh orang lain, kali ini yang didiskusikan adalah tulisan yang kami buat masing-masing. Hal ini dapat membuat tulisan yang telah dibuat dapat di-review untuk meningkatkan kualitas tulisan kami.

Inilah alasan yang membuatku tergabung dalam komunitas Nyarita!

Kesukaanku terhadap menulis mendorong diriku untuk mulai membiasakan kebiasaan membaca. Kebiasaan membaca yang sedang dibentuk membawaku ke dalam komunitas-komunitas yang tidak pernah aku bayangkan untuk aku ikuti sejak dulu.

Membaca dan menulis membuatku menemukan hal baru dalam hidup. Aku yang sejak kecil menjadi anak rumahan dan tidak begitu menyukai membaca justru sekarang tergabung dalam dua komunitas yang menyuarakan literasi bagi Indonesia.

Karena prompt Lingkar Nyarita pertama adalah hal baru, aku akan membahas sedikit tentangnya.

Semenjak kuliah, aku menjadi memiliki motivasi untuk terus aktif dalam berkegiatan. Terlebih dalam hal literasi, public speaking dan sosialisasi. Dan tergabung dalam komunitas adalah hal baru bagiku.

Mungkin, bagi Zharfan kecil, tergabung dalam komunitas dan bertemu dengan orang-orang yang tidak pernah ia kenal sebelumnya adalah hal asing baginya. Dan memang, pada awal aku mengikuti kegiatan Lingkar Nyarita pertama itu aku terlalu nekat.

Nekat, karena level sosialisasiku yang rendah, dan jiwa introvert-ku meronta-ronta. Namun, aku juga cukup excited, karna akan bertemu dengan orang-orang yang memiliki kebiasaan yang sama, kesukaan yang sama, dan hobi yang sama.

Hal baru adalah ledakan bagiku — ledakan yang menghancurkan sebagian kecil wilayah dalam diri kita. Namun, dengan ledakan itu, kita harus menyusun kembali wilayah itu. Dan mungkin tidak akan sama seperti sebelumnya. Tetapi, akan lebih baik dan lebih berkembang dibanding sebelumnya.

Sebenarnya, tulisan yang aku buat ketika di Kedai Jante saat itu adalah pengalamanku pergi ke Jakarta besarma keluarga, 29 Juni yang lalu.

Namun, setelah aku pikir kembali, tulisan yang aku buat selama 40 menit itu terlalu panjang — 3 halaman MS Word! Siapa pula yang akan membaca sebanyak itu — kan? Lagipula itu baru setengah cerita yang ingin aku sampaikan, jadi rasanya terlalu panjang jika aku lanjutkan.

Tergabung dalam komunitas literasi adalah langkah untuk dapat jauh lebih mengenal mereka secara utuh. Seperti membangun hubungan dengan seseorang, tahap pertama yang perlu kita lakukan adalah mengenal karakteristiknya.

“Tak kenal maka tak sayang.” begitu kata pepatah.

Tulisan ini dibuat impromptu pada Lingkar Nyarita #1 di Kedai Jante dengan prompt “ Mencoba Hal Baru”

--

--

Nara Saif
Nyarita
Writer for

Hai! Perkenalkan, aku Zharfan. Seorang penulis amatir yang ingin menyukai pelbagai tulisan...