Mendadak Berharap, Mendadak Menulis
Lingkar Nyarita #2
Hari ini pengalaman pertamaku ikut Lingkar Nyarita dua. Iya maksudnya edisi kedua dari yang sudah pernah diadakan. Lingkar Nyarita kali ini berkolaborasi dengan Kampoeng Tjibarani yang ga jauh dari ITB. Hari ini tantangannya cukup seru karena prompt-nya adalah “Harapan”.
Tentang berharap dan mengharapkan. Sebenarnya makna berharap bagiku adalah sebuah ekspektasi yang bergantung bagaimana ujungnya. Apakah ekspektasi terhadap takdir Tuhan atau ekspektasi terhadap apa yang bisa kita wujudkan dari keringat dan perjuangan.
Sebagai seorang mahasiswa yang relate dengan teknologi, menurutku dunia tidak bisa dipisahkan dengan ini. Teknologi menjadi 50% bagian hidup kita. Dunia tanpa teknologi akan lumpuh, tetapi masih akan tetap bertahan.
Aku berharap, dunia akan lebih baik dengan teknologi. Tidak, tidak hanya lebih baik, tetapi juga lebih humanis dan informatif. Dengan signifikannya informasi manusia di usia yang sama dalam tahun yang berbeda, harusnya manusia bisa lebih memaknai keberadaannya sebagai makhluk alam. Kebijaksanaan harus semakin lahir sebagai bentuk dari tanggung jawab manusia terhadap teknologi yang diciptakannya.
Ibarat air yang mengalir di Sungai Cikapundung ini, adanya kemajuan manusia seharusnya hadir tidak memperkeruh air. Begitu pula teknologi yang hadir tidak memperkeruh nilai moral, tetapi menambah kebijaksanaan.
Soal kebijaksanaan memang bukan perkara mudah. Bukan pula perkara sederhana. Ia butuh ditempa dari berbagai macam situasi dan berkembangnya pikiran manusia.
Jadi, harapanku adalah agar manusia semakin bijaksana terhadap semesta. Dan begitu pula semesta, akan lebih bijaksana untuk ditinggali oleh manusia.
Tulisan ini dibuat untuk Pekan #NyariTantangan sekaligus Lingkar Nyarita #2 dengan tema “Harapan”. Yuk #NyariTantangan dan me-Lingkar bersama Nyarita!
