Ruang-Ruang Penuh Pesan

sincerelyora
Nyarita
Published in
3 min read4 days ago
Photo by Marcelo Leal on Unsplash

Kurang lebih satu bulan sudah kuhabiskan hari-hari di rumah sakit sampai hari ini. Bukan, bukan aku yang sakit, tapi aku yang menyaksikan bagaimana mereka berjuang melawan rasa sakit.

Ini menjadi kali ketigaku praktik. Tetapi menjadi yang pertama kali untuk di tempat yang sekarang. Salah satu Rumah Sakit Umum Daerah di sebuah kota yang selalu menjadi tempat rujukan utama.

Jujur, pengalaman yang didapat kali ini jauh lebih berbeda dibandingkan sebelumnya. Sudut pandangku menjadi lebih luas melihat semua yang terjadi di setiap ruangan yang kujajaki.

Mulai dari IGD — tempat pertama kali semua orang datangi. Ada yang hanya mengeluh ringan — lalu beberapa menit kemudian diperbolehkan pulang, ada yang sedang — diberikan beberapa tindakan dan mungkin hanya menunggu semalaman untuk kemudian dipindahkan di ruang rawat, sampai yang paling berat — butuh segera untuk operasi, atau juga sudah tidak tertolong lagi.

Di IGD juga, aku menyaksikan bagaimana sebuah keluarga memanjatkan begitu banyak do’a dengan sangat lirih. Berharap kesembuhan untuk orang yang dicintai berbaring lemah tak sadarkan diri.

Setelah IGD, ruang rawat inap khusus perempuan menjadi tempat kedua. Di ruang ini, pertama kalinya aku menyaksikan langsung salah satu pasien yang meninggal. Pengumuman ‘code blue’ lewat speaker pertama kali didengar dan terjadi di ruang tempatku sedang berdiam. Suara tangis memenuhi salah satu kamar.

Di ruangan ini, aku lebih banyak melihat bagaimana seorang anak merawat dan menjaga ibunya. Selalu menjaga mereka di samping ranjangnya. Menemani untuk pergi ke kamar mandi, menyuapinya makan, dan menemaninya tidur walaupun harus tidur di lantai. Sebagaimana mereka dahulu lakukan pada anak-anaknya ketika masih belia.

Tempat ketiga adalah ruang anak. Di sini justru kebalikannya, ada kasih sayang yang begitu besar aku lihat dan rasakan dari seorang ayah dan ibu menjaga dan menemani selalu buah hati mereka. Keduanya sama-sama berjuang untuk melihat anaknya sehat. Walaupun pasti ada rasa lelah, tangis, dan mungkin kata menyerah sudah pernah hampir lewat di kepala mereka. Ada yang disembunyikan, ada pula yang terang-terangan. Di sini aku jadi teringat kedua orang tuaku. Karena dulu, aku pun pernah dirawat sebab suatu penyakit yang cukup berat ketika umurku masih bulanan.

Ruang selanjutnya masuk ke perinatologi. Berisi makhluk-makhluk yang masih sangat suci. Menjadi satu dari sekian banyaknya jiwa yang berpeluang untuk lahir ke bumi. Di ruang ini, ada yang lahir dengan sehat, tetapi ada juga yang Allah beri ia tanda sayang melebihi yang lain. Aku cukup sedih melihat bayi sekecil itu harus bertarung dengan alat-alat yang begitu banyak menempel pada tubuh mungilnya.

Terakhir, ICU menjadi tempat yang paling memberikan banyak sekali pesan. Di sini, aku menyaksikan mereka benar-benar berjuang melawan rasa sakitnya. Kebanyakan dari mereka tak sadarkan diri. Banyak alat menempel dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dan di sini, aku dinasehati oleh kematian berkali-kali.

Baru hari kemarin, aku berbicara dengan beberapa pasien yang kelihatannya sehat. Maksudku, masih bisa diajak berbicara dengan jelas. Tetapi tadi ketika aku baru sampai di sana, kabar meninggalnya melintas di telinga. Satu kalimat yang akan selalu terucap ketika mendengar kabar seseorang meninggal: “Padahal baru kemarin…”

Dari pagi, siang, sampai malam — hari-hariku dipenuhi oleh begitu banyak pesan yang Tuhan ingin sampaikan. Ia ingin aku menyadari bahwa hal-hal yang terjadi adalah hal yang paling terbaik menurutNya.

Oh ya, aku sampai hampir lupa hal yang tidak boleh terlupakan ini. Selain pasien serta keluarganya, ada mereka yang juga berjuang untuk memberikan ikhtiar terbaik demi menjadi wasilah untuk menyelamatkan banyak nyawa. Tenaga medis yang menjadi garda terdepan merawat, demi melihat kembali orang-orang sehat.

Aku juga banyak belajar dari mereka. Kuharap, di masa depan nanti, aku pun bisa menjadi seseorang yang bisa menjadi manfaat untuk banyak sekali orang. Memberikan banyak kebaikan, yang semoga ini akan menjadi bekalku di akhirat kelak.

Tulisan ini dibuat untuk Pekan #NyariTantangan dengan tema harian “Ke(sok)sibukan”. Yuk #NyariTantangan bersama Nyarita!

--

--