Ekspektasi

tanpa ekspektasi

Raufa Sayyidah 'Adila
Nyarita
2 min read1 day ago

--

Hiduplah tanpa ekspektasi,” katamu.

Kepalaku masih tertunduk lesu, menatap kulacino yang terpatri di atas meja yang kautinggal. Kalimat sedingin es kopi susu pesananmu itu menusuk tepat ke hati rapuhku. Aku ingin marah, tapi ragamu telah pergi begitu saja.

Siapa kau berani bilang begitu? Seberapa kenal kau denganku?

Memangnya pernah terpikirkan olehmu jika seluruh manusia benar-benar melepaskan semua ekspektasinya dalam hidup? Jika di semesta mana pun itu, ekspektasi tiba-tiba lenyap seketika.

Tak ada tuntutan apa-apa lagi untukmu. Karena siapa pun itu — orang tua, guru, sahabat, atasan, saudara, rekan kerja, dan lainnya — , tak akan berharap sedikit pun padamu. Begitu juga dirimu pada semuanya, pada seisi alam semesta.

Karena aku pernah merasakannya.

Kedamaian tanpa harapan berlebihan itu. Tak ada lagi tekanan yang membebani diri. Hanya ada orang-orang yang berusaha sekadarnya. Saling mengapresiasi satu sama lain, dan menerima diri seutuhnya tanpa rasa kecewa.

Aku pernah merasakannya.

Ketika pundakku mendadak tegak, semua yang kupikul sirna dalam sekejap. Berpuluh-puluh pasang mata yang semula menatapku ini-itu, menanyakan pertanyaan sulit tentang ‘kapan' yang tak pernah bisa kujawab — mulai memandangku dengan tatapan ramah tanpa tanya. Semua manusia saling menerima tanpa meminta, saling mengapresiasi tanpa rasa iri.

Aku pernah merasakannya, di dalam mimpi.

Kupikir-pikir lagi, entah memang damai itu tercipta, atau malah kehampaan yang ada? Bukankah cara kita bertahan dalam hidup ini adalah dengan memelihara harapan? Dengan jutaan mimpi yang kita rangkai? Dengan ‘ekspektasi-ekspektasi' yang melambung tinggi bahkan pada diri sendiri?

Namun kau yang satu jam lalu baru saja meninggalkanku, berani sekali menceramahiku soal itu.

Bukankah kalimat “Hiduplah tanpa ekspektasi,” yang kausebut itu sendiri adalah ekspektasimu terhadap caraku hidup?

Tulisan ini dibuat untuk Pekan #NyariTantangan dengan tema harian “Utopia & Dystopia”. Yuk #NyariTantangan bersama Nyarita!

--

--