Sebuah Usaha untuk Menipu Diri dan Tertawa

Khatmil Iman
Omah Aksara
Published in
3 min readDec 29, 2018
Image Source

Seperti film berkekuatan magis lainnya, Life is Beatiful dengan mudah mempengaruhi hidup Nev hanya setelah Joshua dan ibunya membeku di akhir film. Kemudian Nev menarik sebuah kesimpulan sederhana atau malah gegabah: jika berada di tengah-tengah peperangan hingga dibuat begitu menderita akannya, padahal tidak melakukan kesalahan apapun, yang perlu dilakukan adalah menipu diri dan tertawa. Guido telah mengajarkan demikian pada Nev. Maka sejak itu, Nev terobsesi menjadi Guido di dalam dunia nyata. Nev keluar dari kamar tidurnya, mendapati orang tuanya bertengkar karena ibunya memergoki suaminya selingkuh. Barangkali tak terima harga dirinya diruntuhkan oleh sang istri di depan anak laki-lakinya, ayah Nev menjelma menjadi singa yang coba mengontrol perilaku salah satu kawanannya. Semua sisi pipi ibu Nev ditampar berulang kali. Ibu Nev mulai menangis dan menatap Nev dengan jenis tatapan mengiba. Namun Nev malah tertawa dan pergi ke sebuah kafe tempat biasanya ia nongkrong.

Oh, ayah hanya menemani seorang gadis pemandu lagu yang mengidap insomnia. Ayah menceritakan sebuah kisah tentang ribuan kambing yang melompati pagar dan meminta gadis itu menghitungnya. Ibu yang berada di luar kota untuk tugas kantor, tiba-tiba pulang karena merasa tak enak badan. Ibu bersikeras bahwa menyembuhkan penyakit tidak bisa tidur tidak dengan membacakan cerita, tapi dengan minum obat. Ayah berterima kasih atas saran itu dengan mengelus mesra pipi istrinya. Ibu malu dilihat olehku tengah bermesraan dengan Ayah, nampak dari pipinya yang memerah. Aku paham, tatapan ibu adalah jenis tatapan tak mau dinganggu.

Baru saja tiba di parkiran motor, seorang perwira tentara berpakaian dinas dipukuli oleh beberapa orang. Tiga atau empat, salah seorang di antaranya perempuan. Nev mengenal mereka, adalah penjaga parkir yang merelakan meja-kursi mereka dipinjam Nev dan teman-temannya ketika kafe sudah tutup dan mereka masih enggan beranjak pulang. Tentu saja tentara itu tak berdaya, selain kalah jumlah, tentara itu sudah tua seperti hendak pensiun bulan depan. Lamat-lamat Nev mendengar bahwa tentara itu tak terima ditarik biaya jasa parkir, karena tak merasa memarkir motor di wilayah kafe melainkan di wilayah ATM yang berada tepat di samping kafe. Tentara itu berdarah di bagian muka dan menatap Nev dengan jenis tatapan mengiba. Namun Nev malah tertawa dan masuk ke dalam kafe.

Oh, tentara itu tiba-tiba terkena serangan jantung dan terjatuh setelah menarik uang dari ATM. Maklumlah, penyakit seperti itu seringkali menyerang orang tua berumur hampir 60 tahun. Tukang parkir daerah sini memang baik hati seperti biasanya, dan segera menolong tentara itu. Karena dikira pingsan belaka, para tukang parkir coba menyadarkan dengan menggoyangkan muka tentara itu atau dengan sedikit gerakan menampar. Tidak mungkin melukai apalagi membuat muka tentara itu berdarah. Maka, darah itu muncul akibat benturan dengan bebatuan. Demi segala keajaiban, beruntung tentara itu masih bisa tersadar dan terkejut dilihat banyak orang termasuk olehku. Tak sengaja ia membalas pandanganku, lalu seolah-olah mengatakan, “aku akan baik-baik saja, Nak.”

Nev kemudian memesan es kopi susu, udara terasa agak gerah baginya. Nev memang sengaja tak mengundang teman-temannya. Malam itu, Nev hanya ingin sendirian dan bermain gawai, berseluncur di atara ombak media sosial satu dan media sosial yang lain. Whats App, Instagram, Twitter, Facebook. Semua Nev buka satu per satu secara acak untuk kemudian ia tutup kembali. Selalu begitu, dan mayoritas konten(pesan broadcast grup keluarga, foto-foto pencitraan, thread para buzzer, atau status)yang tersedia sama: kepentingan pertarungan gulat pilpres tahun depan. Seperti gulat bebas, masing-masing pihak akan mencari kelemahan musuh, dan menyerangnya dengan membabi buta. Yaitu penculik dan komunis.

Nev memutuskan untuk pergi — entah kemana lagi ia tak tahu — meninggalkan uang di meja sebelum ia meminum pesanannya.

Seperti film berkekuatan magis lainnya, Life is Beatiful dengan mudah mempengaruhi hidup Nev, untuk kemudian dengan mudah melupakan pengaruh itu begitu saja. Hilang. Menguap. Gagal menjadi Guido.

Oh, aku tak bisa terus-menerus menipu diri dan tertawa. Kenyataan terus-menerus menghantamku.

--

--