“Open access” ada resikonya

Dasapta Erwin Irawan
Good Science Indonesia
2 min readSep 26, 2019

Tidak perlu jauh-jauh sampai ke kode etik publikasi. “Open access” memang ada resikonya. Lihat saja rumah saya. Jadi berantakan bukan. Bahkan kita tidak tahu ke mana harus melangkah tanpa menginjak Lego. Jadi saat pagi buta jangan heran kalau banyak kata “aduh” terdengar dari rumah saya.

Dengan “open access” si empunya kotak tahu dan ingat dia simpan apa dan di mana. Dia bisa membukanya setiap saat, membongkar rakitannya sendiri, mengulangnya, mengubahnya, dst. Dia juga bisa menguji, mengapa biji Lego berbeda-beda bentuknya, bagusnya untuk apa, dst.

Sejalan dengan waktu kami yang ada di sekitarnya juga akan belajar. Kami juga ikut menghapal, kotak yang mana dan apa isinya. Saat ada banyak pecahan mainan yang berceceran, kita bisa lacak berasal dari kotak yang mana. Di saat iseng dan saat yang punya kotak sedang tidur, kamipun sering mencoba membongkar rakitannya, hanya untuk kemudian dirakit kembali. Kurang kerjaan memang.

Tamu yang berkunjungpun tahu, bahwa penghuni rumah ada yang senang main puzzle dan merakit sesuatu. Merekapun bisa mencobanya, membongkr dan merakit ulang. Tidak hanya itu, mungkin mereka akan memberi tahu kalau di rumah sebelah atau di suatu toko ada satu set lego yang lebih asyik untuk dimainkan. Mungkin juga dia akan memberi tahu kalau akan ada acara kompetisi merakit Lego atau puzzle. Jadi informasi bertambah, kawan anak kami juga bisa bertambah.

Bayangkan kalau semua kota mainan kami kunci dengan gembok. Memang rumah jadi bersih dan rapih. Tapi hampir tidak ada informasi yang keluar apalagi masuk. Tidak ada komentar, pujian, atau koreksi. Tidak ada kreatifitas. Tidak ada senyum puas saat rakitannya sempurna atau gerutuan saat ada yang tidak pas.

Dunia riset dan publikasi sama kondisinya. Bukan mirip lagi. Tapi sama persis.

Bagi ibu/bapak yang menangani fasilitasi publikasi dan jurnal ilmiah di Kemristekdikti, menjadi terbuka memang ada resikonya Pak Kasubdit, tapi lebih banyak manfaatnya. Agar ibu/bapak lebih paham, kami siap diajak berdiskusi. Secara terbuka.

Oh ya satu lagi hampir lupa.

Karena semua terbuka, maka yang ada hanya kerendahan dan kelapangan hati, saat riset berhasil ataupun gagal. Yang melihatpun juga sama. Senang kalau melihat keberhasilan, sekaligus muncul rasa ingin membantu saat melihat kegagalan. Bila ada yang kelirupun, pasti ada yang akan mengingatkan tanpa ada niat ingin menjelekkan.

--

--

Dasapta Erwin Irawan
Good Science Indonesia

Dosen yang ingin jadi guru | Hydrogeologist | Indonesian | Institut Teknologi Bandung | Writer wanna be | openscience | R user