Tentang ikan purba

Dasapta Erwin Irawan
Good Science Indonesia
2 min readMar 17, 2019

Yth rekan-rekan.

Pesan berikut ini saya tulis secara tidak sengaja. Saya sedang menulis tentang hal lain pagi ini, saat menemukan fakta tentang makalah ini. Judul artikel ini pun awalnya saya tulis “Ke pasar jadi makalah”, tapi kemudian saya ganti agar tampak lebih serius. Walaupun setelah saya tekan tombol “publish”, makalah ini juga belum tampak serius. LOL.

(Dipinjam dari Media “This is Insider”)

Makalah ini tentang seekor ikan purba bernama Coelacanth yang ditemukan oleh Mark dan istrinya Arnaz pada suatu hari di tahun 1997, di sebuah pasar di Manado. Temuan itu kemudian muncul setahun kemudian di Jurnal Nature (lihat tautan di atas).

Saya tidak membahas masalah kenapa ikan yang telah dinyatakan punah 70 juta tahun silam yang ternyata masih ada yang hidup dan ditemukan di Indonesia itu, berakhir sebagai makalah yang ditulis oleh orang asing. Lebih dari itu, saya ingin mengubah pola pikir anda semua (penulis, peneliti, dosen dan juga pengelola jurnal) tentang jenis (genre) makalah dan arti sebuah makalah.

Makalah ikan itu bukan sebuah makalah ilmiah lengkap yang selama ini kita pahami, melainkan sebuah korespondensi ilmiah (scientific correspondence). Makalah jenis ini sangat singkat dan bisa berisi penemuan awal, dalam hal ini adalah penemuan spesies ikan langka (mungkin punah). Mungkin tidak banyak yang mengetahui atau menyadari bahwa makalah seperti ini bukan termasuk jenis makalah langka. Banyak jurnal, termasuk Nature, menyatakan menerima dokumen berjenis ini. Apa data yang diberikan? Mungkin hanya sebuah foto atau hasil wawancara dengan nelayan penangkapnya.

Apakah makalah itu kemudian berhenti? Tidak. Mungkin setelahnya anda dapat menelaahnya kembali untuk mencari pertanyaan-pertanyaan menarik yang mungkin bisa dijawab. Dalam kasus ikan Coelacanths, si penulis kemudian memutuskan untuk menerbitkannya di PNAS (Proceedings of the National Academy of Sciences).

Dari sisi pengelolaan sebuah jurnal, saya juga ingin menyadarkan bahwa jenis makalah sejak dulu sudah sedemikian berkembang.

Pertanyaan terakhir dari saya. Seandainya keberadaan ikan itu disadari oleh seseorang dosen lokal yang biasa saja, kira-kira cerita penemuan di pasar itu akan berakhir di mana?

Bisa jadi hanya berakhir di ingatan Sang Penemu?

Kenapa?

Bisa jadi karena ia tidak lancar menulis dalam Bahasa Inggris, karena itu bukan bahasa ibunya.

Bisa jadi pula karena yang ia pahami, bahwa hanya makalah riset lengkap sajalah yang bisa diterima dan diterbitkan di jurnal Indonesia.

Benarkah?

Dasapta Erwin Irawan

Format podcast di Anchor.FM: Dari pasar jadi makalah.

--

--

Dasapta Erwin Irawan
Good Science Indonesia

Dosen yang ingin jadi guru | Hydrogeologist | Indonesian | Institut Teknologi Bandung | Writer wanna be | openscience | R user