INArxiv menembus batas 10 ribu dokumen
Yth ibu dan bapak dosen, peneliti, mahasiswa (S1, S2, S3), siswa sekolah dasar dan menengah se Indonesia. Selamat sore.
Perkenankan saya, mewakili Tim INArxiv, Mengucapkan terima kasih bagi para pengguna dan pembaca makalah di INArxiv. Yang kedua saya ingin menyampaikan berita gembira tentang INArxiv server preprint repositori Indonesia (http://INArxiv.id).
Peternak ikan di Situ Ciburuy (diambil oleh Dasapta Erwin Irawan, lisensi CC-0 public domain)
Layanan server yang saya mulai bersama beberapa rekan akan berulang tahun yang kedua tanggal 17 Agustus 2019 bulan depan. Pada hari ini sudah ada 10 ribu lebih dokumen yang diunggah ke server tersebut. Hal ini tentunya tidak pernah kami bayangkan saat memulainya. Promosi kami lakukan sejak kesempatan pertama melalui berbagai media sosial, video Youtube, siaran podcast, seminar daring (webinar), tatap muka langsung dll, hingga sampailah kondisinya seperti pada hari ini. Dokumennya beragam jenis, yakni: preprint (makalah versi pra-peninjauan sejawat), post print (makalah versi pasca peninjauan sejawat), dataset, tayangan presentasi, rekaman video/suara interview. Beberapa panitia seminar yang tidak punya akses daring juga “menitipkan” prosidingnya ke INArxiv.
Akses publik juga cukup tinggi, pada sepanjang bulan Juni ada 14 ribu kunjungan ke INArxiv. Artinya kurang lebih ada setidaknya 450 kunjungan per hari. Ini dapat dimaknai bahwa dokumen di INarxiv juga dicari pembaca.
Dokumen-dokumen itu tidak secara langsung dapat dihitung secara administratif (misal untuk kenaikan jabatan). Tapi tetap saja, angka 10 ribu dokumen bukan hal kecil untuk menunjukkan preferensi para penulis yang tinggi untuk kemerdekaan menulis, keterbukaan akses, dan indeksasi non arusutama. Tujuan akhir para pengunggah tidak lain (yang sangat kami harapkan) adalah untuk membuka akses kepada pengetahuan, tanpa batas (demokratisasi pengetahuan).
Dengan alasan yang sama, saya setahun lalu memberanikan diri menginisasi repositori terbuka di kampus tempat saya bekerja, dengan mengusung misi bahwa Repositori Kampus adalah salah satu tempat tujuan saat para warga kampus ingin mengarsipkan karyanya, yang mestinya juga dapat menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat, selain tentunya makalah dalam jurnal.
Kalau para penggemar olahraga skateboard acapkali menempelkan stiker bertuliskan “support your local skateboarder”, maka saya pun mengusung misi “support your local repository”, yang kemudian salah satunya berujung kepada mendukung para pustakawan untuk memegang peran yang lebih strategis dalam ekosistem riset di Indonesia.
Hadirnya repositori di berbagai perguruan tinggi dan lembaga riset mendukung kegiatan pengarsipan diri (self archiving) serta mempromosikan modus akses terbuka (open access) paling mendasar dengan biaya paling rendah. Selain itu repositori adalah sebagai perpustakaan digital yang tidak hanya membuat hasil riset dibaca dan dipahami untuk kemudian diaplikasikan, datanya pun dapat digunakan ulang (reuse) oleh peneliti lainnya.
Bahwa pengetahuan adalah milik publik, mungkin sudah banyak orang sadar, tetapi tanpa sadar di sisi seberang, orang yang sama banyak yang menempatkan riset hanya sebagai barang pribadi dan untuk kepentingan pribadi (jabatan akademik, jabatan struktural dll), tanpa peduli lagi dengan kemanfaatannya untuk masyarakat.
Semoga ibu dan bapak senantiasa dikaruniai kesehatan fisik dan kesegaran pikiran untuk terus berkarya.
Salam, dari kami, pengelola INArxiv.