KOLABORASI CEMERLANG UNTUK MENYUKSESKAN SDGs SEBAGAI LANGKAH MENUJU INDONESIA EMAS 2045

Dema Justicia
Opinio Juris
Published in
10 min readJul 7, 2024

Oleh: Rachma Ananda Sulaiman — Mahasiswa Fakultas Hukum UGM

SDGs (Sustainable Development Goals) merupakan salah satu program dunia jangka panjang yang dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya setiap negara. Program yang diusulkan pada 25 September 2015 tersebut merupakan kelanjutan dari program MDGs (Millennium Development Goals) yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu 2000–2015 dan telah membawa perubahan cukup signifikan (Bappenas, 2016). Dapat ditinjau dari sisi historis, menurut Robert Jackson, permasalahan untuk memahami masyarakat negara bukan tentang pendekatan ilmu sosial, tetapi permasalahan tentang pendekatan sejarah dan mencoba untuk mengaplikasikan pengalaman yang telah dilalui negara (Irhamsyah, 2019). Hal tersebut yang mendasari program ini yang dibentuk untuk menyelesaikan permasalahan berdasar dari pengalaman negara di dunia. Sejak tahun 2016 dan berlaku hingga tahun 2030, PBB telah merancang program SDGs dengan komitmen menciptakan keberlanjutan di seluruh negara dunia secara inklusif, komprehensif, dan menyentuh seluruh dimensi fundamental kehidupan manusia (lindungihutan.com, 2023).

Indonesia, sebagai bagian dari PBB, bersama 192 negara lain telah mengadopsi SDGs sebagai program pembangunan keberlanjutan. Pemerintah Indonesia telah membentuk Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) untuk menguatkan komitmen penyuksesan program SDGs. Jusuf Kalla, dalam pembukaan SDGs Annual Conference di Jakarta, menyatakan bahwa program ini penting sebagai konsekuensi global dan dapat menjadi pemersatu kepentingan nasional karena dilaksanakan secara bersama oleh seluruh masyarakat Indonesia (Irhamsyah, 2019). Oleh karena itu, 17 tujuan SDGs yang memiliki 5 prinsip dasar, yaitu People, Planet, Prosperity, Peace dan Partnership dalam 3 dimensi, yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan yang selaras dapat secara optimal dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat (Mutiarani & Siswantoro, 2020).

Disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno L. P. Marsudi, dalam pengarahan pers tentang kegiatan Sidang Majelis Umum PBB di New York, AS, pada 18 September 2023, bahwa dalam Sustainable Development Report 2023, Indonesia telah menempati peringkat ke-75 dari 166 negara dengan skor 70,16 yang naik tipis dibanding tahun sebelumnya dan capaian tersebut lebih tinggi dari rata-rata secara global. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia menghadapi beberapa tantangan untuk mewujudkan capaian SDGs. Contohnya, melihat poin 5 SDGs, terlihat rendahnya kesetaraan gender dengan melihat data Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) tahun 2021 bahwa kekerasan seksual yang dilakukan orang lain selain pasangan sejumlah 5,73% sedangkan kekerasan fisik/seksual yang dilakukan oleh pasangan sejumlah 6,55%. Selain itu, dipaparkan oleh Sanjoyo bahwa kurangnya sinergi dari berbagai pihak yang berdampak pada efektivitas pelaksanaan program untuk pencapaian SDGs.

Pada Pasal 3 huruf (b) Perpres tentang Pelaksanaan Pencapaian TPB yang berbunyi, “sebagai acuan bagi Ormas, Filantropi, Pelaku Usaha, Akademisi, dan pemangku kepentingan lainnya yang akan menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan serta evaluasi TPB”. Artinya, sinergi dapat dilakukan oleh berbagai pihak, khususnya ormas dan filantropi (mahasiswa), yang memiliki pengaruh besar dalam masyarakat. Tujuannya agar seluruhnya dapat saling membantu dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan dari seriap program SDGs yang dilaksanakan di masyarakat luas sesuai dengan bidang yang digeluti.

Penelitian ini dilaksanakan untuk menjawab peran mahasiswa dan organisasi masyarakat (ormas) dalam berkontribusi untuk menyukseskan SDGs menuju Indonesia Emas 2045. Pemberian solusi terkait mekanisme kolaborasi yang ideal dalam pelaksanaan program SDGs sehingga dapat merealisasikan peran dan tujuan pemuda di masa depan. Tujuan dan manfaat penulisan karya tulis ini secara objektif untuk mengetahui mekanisme peran mahasiswa dan ormas dalam berkontribusi menyukseskan SDGs dan harapan yang akan tercapai pada Indonesia Emas 2045.

A. Keterlibatan Pihak dalam Kolaborasi untuk Mewujudkan SDGs

Dalam pencapaian sebuah program negara, tidak dapat dipungkiri bahwa hanya dengan kekuatan pemerintah semua program dapat tercapai. Segala usaha untuk merealisasikan program negara pasti membutuhkan peran aktif dan penyatuan tenaga dari segala pihak. Hal tersebut yang dapat disebut kolaborasi. Rincinya, menurut Lai, kolaborasi merupakan sebuah keterlibatan semua pihak sebagai upaya terkoordinasi untuk memecahkan permasalahan bersama yang interaksinya untuk tujuan bersama (Lai, 2011). Dalam hal ini, kolaborasi ini penting untuk merealisasikan ketercapaian SDGs di Indonesia. Dipertegas dalam Pasal 2 Perpres Pelaksanaan Pencapaian TPB, bahwa tujuan pembentukannya adalah sebagai penetapan sasaran nasional TPB. Kemudian, dirincikan pada Pasal 3 huruf (b) Perpres Pelaksanaan Pencapaian TPB, bahwa sasaran nasional yang dimaksud adalah Ormas, Filantropi, Pelaku Usaha, dan pemangku kepentingan lainnya. Dapat diartikan bahwa pencapaian keberhasilan SDGs ini memerlukan kolaborasi dari kalangan non-pemerintah untuk saling melengkapi dan menguatkan.

Pertama, mahasiswa. Mahasiswa tidak hanya sekedar orang yang duduk di bangku universitas untuk menempuh pendidikan. Mahasiswa mengemban tugas yang lebih berat dari pada itu. Mahasiswa yang aktif pada tahun-tahun belakangan ini memiliki amanah untuk membentuk Indonesia Emas 2045. Oleh karena itu, sedari sekarang, hendaknya mahasiswa dapat mengukuhkan statusnya sebagai agent of change, social control, iron stock, dan moral force (Cahyono, 2019). Sebagai agent of change atau agen perubahan, mahasiswa dapat berperan aktif dalam membenahi urusan-urusan bangsa yang krisis mulai dari lingkup yang kecil untuk membawa perubahan menjadi ke arah yang lebih baik (Cahyono, 2019). Selain itu, peran sebagai social control atau kontrol sosial, mengharuskan mahasiswa kritis dan memiliki sikap proaktif dalam setiap permasalahan yang terjadi di masyarakat (Cahyono, 2019). Mahasiswa diharapkan dapat peduli dan peka terhadap sekitar.

Dari dua peran mahasiswa yang cukup signifikan untuk melakukan perubahan, sudah saatnya seluruh mahasiswa turut menyukseskan program SDGs. Sejalan dengan sasaran nsaional SDGs yang dilakukan Indonesia, yaitu Filantropi, jelas mahasiswa memenuhi kriteria tersebut. Dalam Perpres TPB, Filantropi adalah pihak yang secara sukarela memberi dukungan dan sumber daya dengan tujuan menyelesaikan permasalahan sosial serta mewujudkan kepentingan umum dan keberlanjutan. Mahasiswa sebagai agent of change dan social control dapat turun langsung berkontribusi untuk menanamkan nilai-nilai SDGs yang nantinya dapat diterapkan pada tahun 2045. Mahasiswa dapat membantu beberapa poin SDGs secara signifikan terkait dengan kesetaraan gender, lingkungan, perdamaian keadilan.

Kedua, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). LSM merupakan salah satu aktor yang turut terlibat proses pemberdayaan masyarakat. Intervensi dari LSM terhadap pemerintah adalah melakukan sebuah mentoring atas kerja pemerintah. LSM dibentuk sebagai perwujudan dari sebuah komitmen warga yang memiliki kepedulian terhadap persoalan di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan (Nurohman, 2018).

Menurut Heyzer, Ryker, & Quizon, LSM memiliki peran dalam proses pembangunan, diantaranya adalah memberdayakan masyarakat pada tingkat dasar, meningkatkan kerjasama dengan pemerintah, dan ikut menentukan arah pembangunan (Nurohman, 2018). Banyak LSM yang berfokus dalam hal sosial, ekonomi, dan lingkungan yang mana hal tersebut termasuk poin-poin SDGs yang harus direalisasikan. Peran LSM yang selalu mengangkat isu-isu yang diwujudkan dengan program kerja.

B. Desain Mekanisme dan Atas Kolaborasi Ideal untuk Mewujudkan SDGs

  1. Forum Diskusi Mahasiswa

Kolaborasi untuk mewujudkan dan menanamkan nilai-nilai SGDs membutuhkan sinergi penuh dari seluruh mahasiswa di Indonesia. Forum Diskusi Mahasiswa (FDM) akan menawarkan kemudahan berkoordinasi antarmahasiswa dari setiap universitas. Terdapat dua tahapan FDM yang Penulis tawarkan. Pertama, di tingkat pertama akan diadakan FDM dalam lingkup provinsi. FDM tingkat I berisi perwakilan dari masing-masing lembaga mahasiswa universitas di provinsi yang sama. FDM tingkat I akan membuka forum yang akan membahas tentang permasalahan atau hambatan SDGs yang terjadi di universitas dan wilayah tersebut. Selanjutnya, FDM tingkat I akan menyusun sebuah kerangka solusi dengan memberikan beberapa alternatif, seperti penyusunan program kerja setingkat universitas hingga kerja sama yang dilakukan oleh LSM setempat.

Kedua, FDM tingkat kedua akan dilaksanakan secara nasional. FDM tingkat II berisi perwakilan tim setiap provinsi di Indonesia yang telah dibentuk dari perwakilan universitas FDM tingkat I sebagai penanggungjawab dan penghubung keadaan wilayah dan nasional. Sistem FDM II ini mengadopsi dari sistem kelembagaan Dewan Perwakilan Daerah (sebagai FDM tingkat I) yang akan berkoordinasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat tingkat nasional (sebagai FDM tingkat II). FDM tingkat II akan membahas terkait progres kerangka solusi yang telah disiapkan dan membentuk sebuah program berskala nasional. Rencana kerja sama yang dilakukan dengan pihak lain, khususnya LSM, akan menggandeng LSM atau NGO berskala nasional pula. Tim yang mewakili provinsi diutamakan dari universitas yang memiliki SGDs Center sehingga dapat mengelaborasi dan memaparkan program kerja yang telah dilaksanakan sebelumnya.

2. Telusur Partner

Setelah diadakan FDM dengan dua tingkat, selanjutnya kegiatan Telusur Partner merupakan kegiatan turun langsung menghubungi dan mendatangi LSM yang telah disepakati untuk diajak berkerja sama dalam menyukseskan SDGs. Universitas setiap provinsi mendatangi dan survei ke LSM setempat. Kegiatan ini berisi diskusi yang mencakup tukar gagasan solusi yang ditawarkan universitas dengan program kerja yang telah dilakukan LSM tersebut. Universitas dan LSM akan menyepakati bentuk kerja sama yang akan dilakukan kedua belah pihak. Pelibatan LSM dalam menyukseskan SDGs akan terasa sangat signifikan karena mereka memiliki tujuan yang jelas memperbaiki kehidupan masyarakat. LSM akan mengangkat sebuah isu yang dapat menunjang keterwujudan setiap poin SDGs dan menggerakkan masyarakat untuk turut menyukseskannya.

3. Gerak Laku Nyata

Gerak Laku Nyata (GLN) merupakan puncak dari mekanisme yang Penulis tawarkan. Langkah awal dari GLN ini dilaksanakan oleh perwakilan universitas yang menjadi konseptor utama sebagai promotor, juru kabar, dan pengawas kegiatan tingkat fakultas. Perwakilan universitas akan menyampaikan kepada dekan fakultas atau lembaga mahasiswa tingkat fakultas untuk melakukan pembentukan sebuah surat keputusan yang berisi komitmen penuh dalam mewujudkan SDGs dengan cara memprioritasan program yang berkaitan dengan SDGs, membentuk satuan tugas (satgas) SDGs fakultas, dan menanamkan nilai SDGs dalam setiap kegiatan.

Setiap fakultas dari universitas di seluruh Indonesia akan melakukan penyesuaian program kerja yang telah terkoneksi secara langsung dengan LSM setempat. Program kerja yang dibentuk dapat berskala kecil atau besar dan dilaksanakan secara berkala. Satgas SDGs fakultas memiliki peran untuk memastikan seluruh mahasiswa terlibat dalam minimal satu kegiatan besar yang diminatinya, memberikan laporan dan evaluasi secara berkala kepada tim universitas, serta berkoordinasi dan mengawasi segala kegiatan yang berkaitan dengan SDGs.

C. Hasil dan Harapan atas Mekanisme Kolaborasi untuk Mewujudkan SDGs Sebagai Langkah Menuju Indonesia Emas

Pemuda saat ini memiliki tanggung jawab moral yang luar biasa berat karena telah dinobatkan sebagai generasi emas. Generasi emas yang diharapkan dapat menyongsong Indonesia yang dapat bersaing dengan negara besar di tahun 2045 memerlukan usaha yang tidak mudah. Menurut Kopeuw, generasi emas harus memiliki modalitas sumber daya manusia yang luar biasa, memiliki karakter yang baik, dan pendidikan yang tinggi (Triyono, 2018). Seluruh generasi muda harus disiapkan secara matang sehingga pada tahun 2045 mereka dapat mewujudkan visi negara, yaitu negara yang berdaulat, maju, dan berkelanjutan. Disampaikan oleh Presiden RI, Joko Widodo, dalam acara resmi penyampaian Visi Indonesia Emas 2045 bahwa terdapat tiga hal pokok dan penting yang menjadi acuan untuk menghadapi bonus demografi dan menggapai cita-cita besar Indonesia Emas 2045, salah satunya adalah keberlanjutan dan kesinambungan pelaksanaan SDGs. Artinya bahwa Indonesia Emas akan tercapai secara maksimal ketika 17 poin SDGs dapat diwujudkan.

Mekanisme kolaborasi yang Penulis tawarkan telah sesuai dengan prinsip SDGs yang diadopsi oleh Indonesia, yaitu universal, integrasi, dan inklusif. Pertama, universal dapat dilihat bahwa SDGs tujuan yang dilaksanakan oleh komponen masyarakat Indonesia. Hal ini direalisasikan dengan pelaksanaan Gerak Laku Nyata yang akan melibatkan banyak komponen, yaitu pemuda, tokoh masyarakat, dan masyarakat secara umum. Kedua, integrasi dapat diartikan bahwa SDGs dilakukan secara saling terkait pada dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan. Hal tersebut telah direalisasikan melalui program kerja yang disusun dari pihak universitas dan LSM yang berfokus pada isu tertentu.

Selain telah memenuhi prinsip SDGs, mekanisme tersebut dapat membentuk karakter yang kuat bagi pemuda. Pemuda mahasiswa maupun pemuda LSM akan memiliki kebiasaan baik dalam setiap melaksanakan kegiatan sehari-harinya karena mengikuti program yang menunjang SDGs. Pelaksanaan program secara berkala juga akan menggerakkan mahasiswa sebagai agen perubahan dan kontrol sosial serta dapat mengaktifkan LSM untuk bersinergi bersama mewujudkan poin-poin SDGs.

Pembentukan karakter yang kuat dari pemuda, diharapkan akan meningkatkan awareness mereka terhadap isu-isu sosial, lingkungan, dan ekonomi. Di masa depan, para pemuda yang akan memegang roda pemerintahan dan menjadi pemimpin bangsa dapat mengerti tugas mereka mewujudkan Indonesia Emas tanpa merusak keadaan lingkungan. Para pemuda dapat menjalankan ekonomi Indonesia tanpa melakukan perusakan hutan seperti yang dilakukan saat ini. Dengan penguatan karakter dan pemahaman nilai SDGs pada pemuda, diharapkan nantinya pemuda dapat membuat inovasi teknologi yang dapat menguatkan ekonomi negara tanpa merusak lingkungan hidup karena hal-hal tersebut telah mereka perjuangkan sedari dini.

D. Kesimpulan dan Saran

SDGs merupakan program dunia yang dijalankan untuk mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya setiap negara. Indonesia sebagai bagian dari PBB, turut berkomitmen untuk menjalankan SDGs bersama 192 negara lainnya. Keseriusan pemerintah Indonesia ditunjukkan dengan pembentukan Perpres Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian TPB. Indonesia mengaplikasikan 17 tujuan SDGs yang memiliki 5 prinsip dasar yaitu People, Planet, Prosperity, Peace dan Partnership dalam 3 dimensi yaitu ekonomi, sosial dan, lingkungan yang selaras dapat secara optimal dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa pelaksanaan SDGs tidak mudah karena mengalami permasalahan-permasalahan sehingga membutuhkan sinergi dan kolaborasi penuh dari semua aspek di Indonesia.

Pelaksanaan SDGs menjadi salah satu acuan untuk mencapai Indonesia Emas 2045. Indonesia Emas akan diwujudkan oleh pemuda yang proaktif dalam setiap menyelesaikan permasalahan untuk mencapai cita-cita bangsa. Pembentukan mekanisme kolaborasi oleh pemuda yang inklusif dapat menyiapkan generasi emas yang siap menghadapi bonus demografi 2045. Kolaborasi dilakukan oleh mahasiswa dan LSM yang keduanya merupakan Filantropi atau aspek pendukung dalam mewujudkan pelaksanaan SDGs. Terdapat tiga tahapan kolaborasi, yaitu Forum Diskusi Mahasiswa, Telusur Partner, dan Gerak Laku Nyata. Kegiatan tersebut diharapkan dapat membentuk karakter yang kuat untuk melaksanakan pengembangan sosial, ekonomi, dan lingkungan secara berkesinambungan di tahun 2045.

Pelaksanaan mekanisme kolaborasi ini diharapkan dapat dijalankan dan diinisiasi oleh universitas yang telah berpengalaman dalam menjalankan program SDGs. Diharapkan LSM memiliki inisiatif yang tinggi untuk selalu mengangkat sebuah isu yang berkaitan dengan SDGs agar masyarakat memiliki tingkat kepekaan yang tinggi terhadap pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, pada tahun 2045 secara inklusif dapat terwujudnya Indonesia Emas atas peran pemuda yang telah diinsiasikan sedari lama.

REFERENSI

Abdulsyani. (1994). Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Bumi Aksara.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2023, Juli 11). Pencapaian Nasional SDGs 4 dan 5 dan Roadmap Pembangunan Manusia menuju Indonesia Emas 2045. Pencapaian Nasional SDGs 4 dan 5 dan Roadmap Pembangunan Manusia menuju Indonesia Emas 2045 — SDGs Indonesia (bappenas.go.id).

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2023, Juli 15). SDGs adalah Pokok Penting Acuan Mencapai Indonesia Emas 2045. SDGs adalah Pokok Penting Acuan Mencapai Indonesia Emas 2045 — SDGs Indonesia (bappenas.go.id).

Budimanta, A. (2005). Menuju Sustainable Future, Sustainable Future : Menggagas Warisan Peradaban Bagi Anak Cucu Seputar Wacana Pemikiran Surna Tjahja Djajadiningrat. ICSD.

Cahyono, H. (2019). Peran Mahasiswa di Masyarakat. Jurnal Pengabdian Masyarakat Setiabudhi, 1(1), 32–43.

Irhamsyah, F. (2019). Sustainable Development Goals (SDGs) dan Dampaknya Bagi Ketahanan Nasional. Jurnal Kajian Lemhannas RI, 38, 45–54.

Kompas. (2023, September 19). Rapor SDGs Indonesia 2023: Skor Naik Tipis, Peringkat 75 dari 166 Negara. Rapor SDGs Indonesia 2023: Skor Naik Tipis, Peringkat 75 dari 166 Negara (kompas.com).

Lai, E., R. (2011). Collaborations: A Literature Review. Pearson.

Lindungi Hutan. (2023, November 15). Mengenal Tujuan SDGs untuk Membangun Masyarakat yang Berkelanjutan. Mengenal Tujuan SDGs untuk Membangun Masyarakat yang Berkelanjutan (lindungihutan.com)

Mutiarani., N., D., & Siswantoro, D. (2020). The Impact of Local Government Characteristics on The Accomplishment of Sustainable Development Goals (SDGs), Cogent Business and Management, 7(1), 1–11.

Nurohman, T. (2018). Peran LSM Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus Peran LSM Kompleet Dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Melung Kabupaten Banyumas). Universitas Siliwangi, 81–103.

Triyono. (2016). Menyiapkan Generasi Emas 2045. Universitas Widya Dharma, 1–9. 10.13140/RG.2.2.16318.79687.

--

--