Setelah Laporta Comeback

A. Arfrian
oragol
Published in
3 min readMar 18, 2021

--

Setelah Laporta Comeback
Laporta terpilih jadi Presiden Barcelona 2021–26 | A. Arfrian

KEMENANGAN Joan Laporta dalam pemilihan presiden Barcelona bisa bikin para Cules sumringah. Setidaknya, mereka punya sosok baru (rasa lama) buat perbaiki finansial klub, apalagi setelah kinerja klub kepemimpinan Josep Bartomeu yang, mengutip Coach Justin, ancur-ancuran.

Pada Minggu (7/3), Laporta resmi menjadi presiden Barcelona ke-42. Ia terpilih setelah meraih 54,3% suara, sementara kandidat lain; Victor Font memperoleh 30% dan Toni Freixa hanya 8,6%.

Pemilihan kali ini diikuti oleh 110.290 socis — anggota klub yang membayar biaya 185 euro, sekitar Rp 3 jt tiap tahun — dari jumlah 140.798 socis yang terdaftar. Sebanyak 87.479 socis menggunakan hak suaranya di salah satu dari tujuh TPS di Katalunya dan Andora. Sementara 22.811 socis lainnya, mengirim surat suaranya melalui pos.

Untuk pertama kalinya, surat suara melalui pos diizinkan setelah para socis mendesak dewan klub atas respon pandemi Covid-19 dan adanya hukum lokal yang melarang pemungutan suara dilakukan secara online. Lionel Messi dan Carles Puyol terlihat memberikan suaranya di Camp Nou.

Fyi, pesta demokrasi seperti pemilihan presiden klub adalah tradisi Barcelona. Tak hanya Barca, beberapa klub Spanyol seperti Real Madrid, Athletic Bilbao dan Osasuna juga melibatkan para anggota klub (socios) dalam pemilihan presiden klub.

Laporta bukanlah orang baru. Ia pernah menjabat sebagai presiden Barcelona terbentang dari 2003 sampai 2010. Dalam kepemimpinannya, Barca sukses meraih dua gelar Liga Champions, empat gelar La Liga, tiga Piala Super Spanyol, satu Copa del Rey, satu Piala Super UEFA. dan satu gelar Piala Dunia Klub FIFA.

Tugas Laporta dimulai dengan cukup berat. Menyeimbangkan neraca keuangan klub menjadi pertama dan utama.

Dalam rilis laporan keuangan tahunan paling barunya, Barca mengungkapkan utang mereka mencapai 1,2 miliar euro (sekitar Rp 20 triliun) bersama dengan utang jangka pendek sekitar 730 juta euro (setara dengan Rp 12 triliun). Gaji para pemain masih menjadi pengeluaran terbesar klub, yang mencakup 74 persen dari pendapatan klub.

Dilansir dari Tempo (27/1), Blaugrana diambang kebangkrutan selain karena krisis pandemi Covid-19 disinyalir juga terkait buruknya kebijakan transfer pemain dalam beberapa bursa transfer terakhir.

Jika menilik sejarah, para Cules boleh sedikit berharap. Laporta adalah presiden tersukses Barca dalam kurun 2003 sampai 2010. Ia banyak melahirkan kebijakan finansial yang menyelamatkan klub. Ia datang pada 2003 ketika finansial Barca karut-marut.

“Kami mengalami hal yang sama pada tahun 2003. Kami merugi, memiliki hutang yang sangat besar dan harus membayar terlalu banyak biaya dan pendapatan lebih rendah daripada pendapatan. Situasi hari ini sangat mirip dan rumus saya untuk keluar darinya sangat sederhana. Kita perlu mengendalikan pengeluaran, merestrukturisasi hutang dan bekerja untuk menghasilkan sumber pendapatan baru.” kata Laporta kepada BBC sebelum pemilihan.

Dalam masa kampanye, selain memaparkan proyek-proyek jangka panjang, baik dari skema bisnis, keuangan, Laporta juga menyebut janji-janji jangka pendek berupa mempertahankan Messi dan mendatangkan pemain bintang. Laporta dikaitkan dengan mesin gol Borrusia Dortmund: Erling Haaland.

Sejarah pun berulang, kampanye serupa pernah dilakukan oleh Laporta di tahun 2003. Demi mengerek jumlah pemilihnya, Laporta berjanji mendatangkan David Beckham. Namun, pada praktiknya, yang didatangkan Laporta adalah Ronaldinho dari Paris St Germain.

Beruntung bagi Laporta, malah Ronaldinho-lah yang membuka kran kejayaan Blaugrana setelah kering gelar di tahun 2000-an awal. Ronaldinho menjadi katalisator kesuksesan Barcelona di era kepelatihan Frank Rijkaard, termasuk menjuarai Liga Champions 2005/2006.

Dalam situasi saat ini, dimana masa depan Messi tak pasti, Laporta ngebet mempertahankan pemain berusia 33 tersebut. Entah dengan cara apapun.

Sementara dari akar rumput, pendapat para Cules terbagi menjadi dua: ingin mempertahankan ikon klub dan mempersilahkan Messi keluar dari Camp Nou. Jika mempertahankan Messi, selain gaji yang terbilang besar, dikhawatirkan klub selalu bergantung pada Messi atau Messilona. Tapi jika Messi keluar dari Camp Nou, klub harus bergegas menggantinya dengan pemain yang hampir mendekati kemampuan la pulga, dan itu juga membutuhkan biaya yang tak kecil.

Yang pasti, Ronald Koeman dan manajemen baru diharap merestorasi kejayaan Barca. Melihat perkembangan Barca belakangan, klub sedang dalam jalur yang benar. Pengembangan pemain muda seperti Ansu Fati, Pedri, Riqui Puig serta Ilaix Moriba perlu dilanjutkan untuk menyongsong era baru. Ada atau tanpa Messi.[]

--

--