Penyebab Utama Kegagalan Agile dan Solusinya (bag. 1)

Ya, Agile memang aneh — dan manjur. Buku yang ditulis tahun 1987 telah menjelaskan kenapa.

Ricky Saif
Organisasi Agile
4 min readNov 19, 2018

--

(Di tulisan ini, dibahas penyebab utama kegagalan Agile. Solusinya dibahas di bagian kedua: Solusi Kegagalan Agile.)

Mungkin Agile bukan sebuah strategi untuk dideklarasikan.

Kenapa Agile?

Tepat saat esai ini ditulis, warga Indonesia sedang berada di atas ombak transformasi digital: pembayaran online. Promo Gopay & OVO ada di mana-mana. Cukup scan QR code, pembayaran beres. Transfer dana cukup pakai nomor telepon.

Tujuan akhirnya, akan seperti yang Dahlan Iskan rasakan saat bayar ke pedagang kaki lima di Cina: bayar dengan uang cash dianggap aneh.

Ombak transformasi digital ini bukan yang pertama & terakhir. Sebelum perihal pembayaran, ada Whatsapp dengan grup keluarga/almamaternya, ada Gojek & Grab dengan kemudahan transportasinya. Setelah pembayaran, entah apa lagi yang akan didigitalisasi.

Kaum Luddite muncul di awal abad 19 dengan satu tujuan: menghancurkan mesin-mesin yang mencuri pekerjaan mereka di pabrik. Ingat demo besar supir taksi Bluebird terhadap taksi online? Ingat supir angkot yang sengaja menabrak supir grabbike?

Sekarang, cara hidup kita bisa berubah drastis dalam hitungan 1–2 tahun. Sebagaimana masyarakat Inggris di akhir abad 18 & awal abad 19 terhadap kemunculan mesin uap, kita sedang jadi saksi hidup sebuah revolusi peradaban.

Karena potensinya yang luar biasa, perusahaan berlomba-lomba menelurkan produk digital yang inovatif. Baik untuk penggunaan pelanggan mereka di luar, maupun pegawai mereka di dalam, proses kerja dibuat lebih ringkas & bermanfaat.

Pertanyaan selanjutnya — bagi para pemilik perusahaan yang ingin membuat produk digital inovatif — adalah “bagaimana cara terbaiknya?”. Jika mereka tanya teman mereka, atau jika mereka googling, Agile Software Development adalah jawaban paling mungkin muncul.

Survei-survei dari VersionOne (2013), Scott Ambler (2012), Microsoft (Begel & Nagappan, 2006), dan Dan Rico (2008), menunjukan bahwa mengembangkan dengan cara Agile, membuat software dipakai lebih cepat, lebih fleksibel terhadap perubahan, dan berkualitas tinggi.

Apa bumbu rahasia ampuhnya Agile Software Development?

  1. Agile Software Development menjadikan umpan balik pengguna & iterasi singkat sebagai penentu arah produk ke depannya. Akibatnya, konsep “requirement”, “deadline”, “kontrak”, dan “blueprint” di manajemen proyek software klasik seperti dijungkirbalikkan. Muncul pula konsep antah berantah seperti “minimum viable product”.
  2. Agile Software Development juga menekankan bahwa para pekerja akan lebih produktif jika diberikan otonomi, dibanding dikontrol penuh oleh atasan.

Kegagalan Agile di Beberapa Perusahaan

Bagi yang baru mendengar, pengembangan software yang Agile memang aneh.

Selain keanehannya, ada masalah kedua: Agile Software Development tidak diajarkan di semua sekolah atau perguruan tinggi. Institusi-institusi yang sudah mengajarkanpun, belum tentu sepakat akan materi ajarnya. Harap maklum, di tanah kelahirannya sendiri, dia baru menyebar di awal tahun 2000-an.

Saya kuliah sarjana Ilmu Komputer dari Universitas Indonesia. Di tahun 2011, Agile Software Development hanya disinggung singkat di dua slide mata kuliah Rekayasa Perangkat Lunak.

Agile Software Development itu aneh & baru.

Alhasil, di antara perusahaan-perusahaan yang belajar & menjalankan Agile Software Development, beberapa berhasil, dan banyak yang salah paham. Atau misalpun tidak salah paham, dia gagal diterapkan.

Hanya salah satu dari banyak kesalahpahaman.
Fenomena baru-belajar-Agile-dari-Google.
Jelas-jelas salah paham!
Video di atas menjelaskan tiga poin penting yang banyak pimpinan lalai tegakkan: 1) Rilis sering & berkala. 2) Riset, Review, & Retrospective. 3) Kode yang bersih dan terjaga.

Penyebab Utama Kegagalan Agile

Kenapa gagal?

Sumber: https://explore.versionone.com/state-of-agile/versionone-12th-annual-state-of-agile-report

Menurut survei yang dilakukan Version One (2018), lima penyebab utama kegagalan sebuah inisiatif Agile Software Development adalah:

  1. Filosofi dan budaya perusahaan berseberangan dengan nilai-nilai agile.
  2. Organisasi secara luas tidak ingin berubah.
  3. Kurangnya dukungan manajemen & pimpinan.
  4. Kurangnya pengalaman terhadap metode-metode agile.
  5. Kurangnya program pelatihan

Untuk poin keempat dan kelima, cukup jelas, penyebabnya adalah karena Agile Software Development itu baru. Solusinya juga jelas, segera coba sendiri dan/atau segera konsultasi dengan yang lebih berpengalaman.

Yang menarik adalah poin pertama sampai ketiga. Mereka semua berhubungan. Semuanya bisa dirangkum menjadi:

“Pemahaman akan Agile & dukungan penuh pimpinan”.

Kenapa? Sederhana. Perubahan prilaku level organisasi harus didukung dulu oleh pimpinan organisasi. Filosofi & budaya baru perusahaan juga harus digaungkan & dicontohkan dulu oleh pimpinan — baik level direktur maupun manajer.

Survei berkata: menjalankan Agile Software Development ternyata membutuhkan organisasi yang Agile. Dan kita semua tahu, di semua transformasi level organisasi, dukungan & contoh pimpinan adalah syarat yang pertama & utama.

Jadi apa penyebab kegagalan inisiatif Agile Software Development? Sekali lagi:

“Pemahaman akan Agile & dukungan penuh pimpinan”.

Kenapa tidak paham? Bukankah tinggal googling, baca Wikipedia, atau menonton video Youtube? Betul, itu semua cukup untuk tahu.

Sayangnya, tahu belum tentu setuju. Setuju belum tentu melakukan & menjiwai. Ingat, Agile adalah filosofi/budaya/pola-pikir, bukan sebuah ilmu atau metode.

Mengutip Ramot Stephanus, CEO Agile Campus:

“Karyawan tidak akan bisa Agile selama pimpinan belum Agile.”

Lanjut ke bagian kedua: Solusi Kegagalan Agile.

Tulisan ini dipublikasikan juga di agilecampus.org. Tempat Rizky dan tim menawarkan bantuan ke Anda & perusahaan Anda.

--

--