#Menghimpun Malam: 10 — Istirahat

Harits Abdurrohman
otakbeku
Published in
3 min readJul 7, 2019

Lampu-lampu di rumah terlihat telah padam satu persatu. Bintang yang tak terlihat kini berbinar di atas kepala. Awam pergi terhembus oleh angin malam yang berbisik

“Istirahat nak”

Aku mematikan lampu, menyambut lembut kasurku dan berkemul dengan selimutku. Berharap disambut oleh mimpi indah dari malaikat di atas sana. Entah aku akan dibawa kemana malam ini.

Wahai bulan, sampaikan salam kepada kedua orang tuaku jauh di sana untuk tidur lebih nyenyak dengan bantal empuknya. Aku harap mereka tidak tidur depan televisi yang menyiarkan drama Cina tahun 90an itu.

Anakmu kini sedang berjuang, besok matahari akan menyambut tapi kini malam akan menemaninya hingga pagi

“Oh dia sudah tertidur? Ngga kamu taruh di troli saja, hun?”

It’s okay” jawabku sambil menggendong anak gadisku. Pipi merahnya jatuh hangat di pundakku. Ia sepertinya lelah setelah bermain lama tadi

“Aku heran, apa ini yang namanya pubertas di umur tua buat kamu?”

“Wah aku ngga bisa jawab. Hanya saja aku ngga tahu berapa tahun aku bisa memeluk dia”

“Oh waktunya cerita, aku mau dengerin!”

“Hahaha okay, anak kita dari umurnya yang sekarang hingga 10 tahun mungkin akan dekat dengan kita terus sebagai orang tua. Aku atau kamu mungkin masih kuat buat meluk atau ngangkat dia ke tempat tidur. Dan semasa itu juga mungkin dia akan belajar dari kita. Mulai dari gaya bicara dan lainnya. Dia akan mencoba mengikuti apa yang kita kerjakan dan dia akan mencobanya sendiri. Ini masa-masa kamu akan bahagia melihat ia pertama kali bisa menaiki sepeda, memancing ikan, menerbangkan layangan atau memberi makan kucing. Itu menjadi momen paling berharga buat kita sebagai orang tua. Tapi setelah baligh, mungkin akan lebih banyak momen milik dia sendiri yang kita tidak tahu apa. Entah itu acara ulang tahun dari temannya, camping dari sekolah atau mungkin untuk pertama kalinya ia akan suka dengan lawan jenisnya. Di umur tersebut hingga nanti ia kuliah, kita mungkin saja tidak selalu menjadi lawan bicaranya setiap malam. Tidak akan menjadi panutan untuk hal-hal seusianya. Dan ketika usai kuliahnya ia akan mulai mencari kerja dan jika selalu diberkahi, mungkin akan menemukan pasangan hidupnya yang cintanya mungkin tidak sebanyak kita tapi anak kita telah menaruh hati kepadanya dan kita harus percaya kepada pasangannya. Dan kehidupan berulang seperti kita ini. But it’s okay, time flies. People come and go, right? Kamu masih bisa merasakan hangat peluk anakmu hingga akhir hayat. Hangat peluknya sekarang ini yang tidak bisa aku ganti di masa yang akan datang nanti”

Aku mencium ubun-ubun anakku. Ia tertidur pulas sekarang, tapi jika ia mendengar pun mungkin tidak akan paham.

Istriku melipat tempat duduk di troli

Hun, boleh gantian aku yang gendong?”

Sure” sambil kuusap pipinya.

Ah sepertinya aku salah ngomong lagi.

Tapi inilah kita, orang tua muda. Masih belajar dan mencoba saling melengkapi.

Dan malam itu istriku tidur dengan anak gadis kami. Ku selimuti mereka saja karena kasurnya tidak cukup jika aku ikut.

Aku ke sofa dan menonton apa saja yang sedang ditayangkan hingga aku tertidur pulas.

Selamat tidur nak

Jika ada tulisan indah yang ditaruh di langit

Maka itu adalah doa

Jika ada bisikan hangat dari hati yang sedang luruh karena mengingat sang Pencipta

Maka itu adalah doa

Dan waktunya ada di sepertiga malam di tengah angin berhenti dan cahaya yang menyinari hanya dari bulan dan bintang saling berkedip membawa pesan

Mereka menjadi saksi bisu atas doamu di malam itu

Bandung, 7 Juli 2019

--

--

Harits Abdurrohman
otakbeku

Interest with machine learning, image processing, computer vision or data science