#Menuai Siang: 6 — *Programmer*

Harits Abdurrohman
otakbeku
Published in
4 min readJul 23, 2018

Jika anda seorang programmer tidak mau menambah ilmu dalam waktu 5 tahun, maka anda akan ketinggalan teknologi dan anda sudah otomatis pensiun sebagai programmer. (Sumber: tautan)

Ah benar juga, saya belajar di lingkungan yang dikeliling oleh orang-orang yang siang malam bilang “Gue salah jurusan”, “Cuma ini yang kuotanya penerimanya banyak”, “Skripsi gue ga usah ngoding”, “Lo punya kodingan laporan ga?” dan lain-lain yang kurang enak didengar.

Bersyukur saya mendapat kesempatan untuk masuk ke beberapa komunitas yang orang-orangnya mau berusaha untuk belajar dan mau saling berbagi.

Pagi ini saya dikejutkan oleh salah satu pertanyaan pada Quora, sederhana tapi menjadi bahan intropeksi pada diri saya sendiri.

Mengapa banyak lulusan informatika yang tidak bisa pemrograman?

Long way to go — taken by Me

Sedikit cerita ketika saya maba. Saya tidak seperti beberapa mahasiswa yang lain, saya mendapat kesempatan untuk belajar ngoding sejak SMA dan otodidak. Setidaknya paham sedikit paradigmanya seperti apa dan tentu saya tidak sebaik mahasiswa yang dahulu dari SMK. Ketika saya masuk, saya mencoba membaur dengan yang lain, yakni dengan mengosongkan gelas dan berharap mendapat ilmu dari orang-orang didekat saya. Berhasil dan saya mendapat banyak ilmu dari mereka. Tapi menjadi pura-pura ‘bodoh’ saja tidak cukup. Mental harus kuat.

Saya berada ditengah-tengah orang yang mau belajar tapi juga selalu mengatakan hal yang negatif dengan kemampuan mereka. Ini berbahaya dan jika saya terlalu lama disana, pasti juga akan bernasib sama. Apakah saya harus meninggalkan orang-orang disekitar saya? Absolutely not, saya akhirnya mengajarkan mereka. Ya berhasil, beberapa semester dijalani bersama dan Alhamdulillah mereka mau belajar. Mereka adalah orang-orang yang mau berubah.

Tapi pada setiap harinya saya juga harus berhadapan dengan orang-orang yang berekspektasi tinggi dengan hanya belajar di bangku kuliah. Ya mereka orang-orang yang belajar seadanya di kuliah, mencontek hasil kerja teman baik tugas maupun ujian dan mengeluhkan nilai mereka di meja makan. Mengatakan kalau belajarnya ini saja, pasti mereka sukses. Hell no. Realitanya tidak begitu dan mereka baru merasakannya ketika PKL (kasus paling parah menurut saya adalah ketika mereka meminta temannya yang sedang PKL juga di tempat lain untuk membuatkan codenya. Contoh kecil ini berbahaya). Saya tidak menyalahkan mereka tapi kita bisa mengambil hikmahnya saja.

Apa yang diajarkan di Universitas hanyalah dasarnya saja dan tentu kita harus bereksplorasi lebih tentang kebutuhan di dunia industri

Sederhananya, apakah kamu juga termasuk orang-orang seperti itu? Ibarat burung yang bertengger di dahan pohon yang mau patah ia duduk tanpa takut karena ia percaya dengan sayapnya sendiri. Ia tidak bergantung pada tempat ia bertengger. Ibarat kita manusia, tempat belajar akan berakhir menjadi tempat belajar. Yang menentukan akan menjadi apa adalah kita sendiri. Tempat belajar memberikan sarana untuk mengajarkan kepada kita tentang apa yang kita tidak tahun dan yang kita butuhkan. Tapi menjadi seperti apa nantinya itu berada pada pilihan kalian. Itulah mandiri, membuat diri kita mempunyai rasa integritas terhadap kemampuan yang kita punya.

Tips?

1

Someone says, we cannot change people around us, but we can change people around us.

Ubahlah lingkungan kalian. Buat orang disekitar kalian malu karena mereka tidak mau ikut belajar sebagai kewajiban mereka. Ubah mulut orang-orang disekitar kalian yang awalnya hanya berbicara salah jurusan jadi orang yang bertanya tentang mengapa cara mengimplementasikannya harus seperti ini atau itu. Kenapa harus dirubah? Karena suatu saat nanti kalian akan dilihat dari orang-orang disekitar kalian. Jika kalian dikeliling oleh orang-orang yang punya kapabilitas yang kuat, orang-orang yang melihat kalian tidak akan ragu.

2

Waktu terbaik untuk belajar adalah 5 tahun lalu dan waktu terbaik selantjunya adalah sekarang. Jadi apalagi yang kalian tunggu?

3

Ajarkan ke orang lain. Jadi baik. Pengalaman saya bertemu dengan orang-orang hebat, saya bisa mengambil salah satu nilai dari principal component dari mereka. Mereka semua hebat dalam mengajarkan dan membantu orang lain. Mereka paham bahwa ilmu itu harus diberikan kepada orang lain. Jika kita berbuat baik, bukankah kita akan diberi kebaikkan pula? Dan lagi, mengajarkan apa yang kita tahu kepada orang lain akan membantu kita untuk mengetahui kekurangan pemahaman kita sendiri

Pojok bisu — Taken by Me

Random rant tentang anak-anak yang sukanya berbicara negatif tentang apa yang mereka dapatkan hari ini. Semoga kita semua termasuk ke orang-orang yang selalu bersyukur atas apa yang kita miliki hari ini

Malang

(23/06/2018)

--

--

Harits Abdurrohman
otakbeku

Interest with machine learning, image processing, computer vision or data science