Kenapa Perlu Website?

Zaenal Muttaqien
PLABS.ID
Published in
4 min readAug 3, 2022

Tulisan ini bisa menjadi bahan pertimbanganmu, apakah sudah saatnya kamu membuat website?

Tulisan ini juga tidak terbatas untuk pengusaha, tapi juga untuk perorangan yang ingin memiliki website pribadi.

Website < Sosial media?

Banyak yang sudah cukup puas dengan penggunaan sosial media sebagai pusat informasi pada unit usaha yang mereka punya dan mungkin kamu pun begitu?

Bila dianalogikan dengan rumah, bayangkan sosial media sebagai salah satu pintu terluar dan halaman rumah yang indah dan website adalah ruang tamu yang nyaman. Halaman indah yang memiliki penjaga yang selalu tersenyum dan selalu menjawab pertanyaan dari orang lalu lalang yang bertanya. Ketika ada yang tertarik untuk mengenal kita lebih dalam mereka akan masuk ke ruang tamu dan melihat informasi lebih detail.

Jadi sebetulnya kenapa harus punya website?

Menjadi yang pertama dalam pencarian

Ketika kita mencari suatu hal yang tidak biasa kita mencoba membuat keyword-nya menjadi simpel. Biasanya kita memulai mencari lewat situs seperti google, berharap google paham dengan apa yang kita cari.

Mini case study “Jasa Kebun Bandung”

Ketika mencoba mencari jasa tukang kebun di google dengan keyword “jasa kebun bandung” yang muncul adalah situs-situs penyedia jasa kebun dengan beragam nama. Berbeda dengan sosial media, kita tidak menemukannya dalam bentuk nama penyedia jasa karena sosial media mengira kita mencari nama sebuah akun bernama “jasa kebun bandung”.

Bukankah ada keraguan untuk mempekerjakan penyedia jasa bernama “jasa kebun bandung” ?

Pusat Informasi

Customer itu suka sekali bertanya, dari hal yang penting sampai yang kurang penting. Sebaiknya kurangi jumlah customer yang bertanya dengan menghadirkan situs web yang memiliki kumpulan informasi resmi.

Bila dibandingkan dengan informasi yang disuguhkan di sosial media, informasi yang kita hadirkan selalu berurut sesuai tanggal unggahan. Sebuah website dapat membuat informasi yang beragam tersusun rapi sesuai kategori yang kita buat.

Mini case study : konser musik

Mirza ingin mendatangi konser musik setelah 2 tahun lebih tidak bisa datang ke konser musik. Mirza menghabiskan 15 menit untuk mencari informasi penukaran tiket yang sudah diunggah 2 bulan lalu. Masalah Mirza harusnya bisa diselesaikan dengan sebuah section website yang berisi informasi seputar tiket.

Investasi

Yap, betul. Investasi, /in·ves·ta·si/. Postingan yang ada di sosial media tidak bisa menjadi sumber informasi utama di mana orang membutuhkan informasi seperti visi-misi, tentang perusahaan/personal, atau informasi panjang yang tidak biasa dikonsumsi orang di sosial media.

Sebelum menghabiskan waktu untuk bertanya kepada kita, “calon rekan bisnis” atau customer akan melakukan background checking atau sekedar melihat-lihat informasi lebih lengkap di website kita. Mereka hanya ingin meyakinkan diri bahwa kita memiliki potensi yang sama dengan ekspektasi yang mereka harapkan.

Mini case study : Yayasan Peduli Anak Kucing

Bila disandingkan seperti ini apakah menurutmu orang akan memilih menyumbangkan dananya pada yayasan yang tidak memiliki website? Website bisa membantu agar orang lain lebih percaya soal kredibilitasmu.

Penutup

Memang membuat website bisa menjadi sebuah langkah besar dan melelahkan bila kamu belum paham betul tujuanmu membuat website. Sedikit saran dari kami, ada 3 hal yang biasanya yang membuat pengunjung website nyaman mengakses:

  1. Fungsionalitas
  2. Informasi Arsitektur
  3. Tampilan

Sekarang apakah sudah yakin saatnya kamu mulai membuat website?

Bila belum dan ada yang ingin kamu tanyakan, tentu kita bisa diskusikan lebih lanjut berkaitan dengan tulisan ini.

--

--