Kenapa harus memelihara pemikirian ? bagian 3

emang ada apa dengan pemikiran? lanjutan

Sigit Prabowo
Life at Kemang
3 min readApr 19, 2018

--

ini adalah tulisan lanjutan dari serial memelihara pemikiran, bagi yang belum baca, bisa cek ini dulu bagian1 dan bagian 2. tulisan berikut berisi poin-poin semoga lebih mudah di cerna. tentunya hal ini masih dan sedang terus saya pelajari dan pelihara buat pemikiran saya.

Merasa Cukup

pernah ga ngerasa barang yang kita pegang saat ini tidak lebih usable / newable daripada barang yang lagi kita incar? di zaman sekarang mungkin banyak ditemui ketika melihat barang milik orang lain yang notabene kadang cuma lebih baru aja kita tuh suka sedikit ingin untuk mengganti misalnya smartphone atau motor

pengen deh punya smartphone s200?

kayaknya seru deh punya motor nMin?

tentu setiap keinginan tidak salah selama itu beriringan dengan kebutuhan dan kemampuan untuk membeli. kalau kita lihat itu hanya dari sisi keren-kerenan atau sebuah prestise tanpa melihat produktivitas kitanya sebagai pengguna. itu nantinya malah terjebak sama yang namanya mubazir.

pertanyaan untuk diri sendiri “bisa semakin produktif ga kalau saya beli ini? bisa jadi makin taat dan patuh ke orang tua ga kalau saya beli xyz?” dll. selain sering bertanya sendiri pake pertanyaan itu, mungkin harus dibiasakan 4 rokaat sholat dhuha supaya Allah memberi kecukupan kita tiap harinya.

Terima Aja Semuanya Sudah Diatur

baru saja saya mengalami insiden kehilangan tabungan recehan sedikit (maaf jadi menceritakan ulang). tabungan sisa belanja warung yang saya sisihkan untuk nyicil-nyicil hehe. saya cuma fokus memasukkan kalau ada kembalian koin 1000 dan 500. tiba-tiba aja duitnya tersisa 5000 padahal sudah lama saya nabungnya dan saya ga pernah ngutak-atik bongkar (alias hilang)

pilihan saat itu ada dua, ‘menyesali uang yang hilang dan menyalahkan orang lain’ atau ‘menerima aja’. pilihan ini tentunya akan mengajak kamu untuk lebih bijak melihat ini. coba kalau kita ambil pilihan menyesali, apapun yang udah terjadi yaudah mau gimana lagi? kalau disesali terus nanti ga move-move, lagipula duitnya gabisa balik lagi kalau emang bukan rezeki. padahal katanya pengen naik level

“menerima takdir aja kalau kehilangan itu udah di atur Allah sesuai waktu dan tempatnya secara spesifik di lauh mahfuz”

yang bisa kita lakuin itu ya menerima takdir dan berbaik sangka aja ke Allah subhanahuwata’ala. insya Allah akan diganti yang lebih baik, dah gitu aja.

kalau kejadian yang kita alami baik sebisa mungkin kita menerima dan baiknya mengucap hamdalah tapi kadang ketika kejadian yang tidak diinginkan terjadi kadang kita susah buat menerima takdir. ya mungkin aja gara-gara dosa yang kita lakuin. semoa ini adalah cara Allah supaya kita bisa terus dapet rezeki istighfar

Bersegera Berempati

memudahkan orang lain saat diri kita merasa kesulitan. memberi saat kita sebenernya yang butuh diberi. menjaga aib teman saat kita tau aib kita lebih banyak.

untuk bisa berempati memang harus lapang dulu. lapang dada-nya untuk mendengarkan orang lain. gausah susah-susah kalau belum bisa bantu orang lain dan merasa bermanfaat untuk orang lain. lakuin hal terkecil yang kamu bisa lakuin dan waktunya mungkin ga bakal keulang lagi misal give something more when you are using gojek gausah pelit-pelit kalau emang mau kasih lebih / uang tip, bantu lansia ketika butuh informasi (misal di kereta), dll.

sebisa mungkin kita harus punya alasan “kenapa harus sekarang” untuk berbuat baik kepada yang terdekat atau paling asing atau paling mudah

saya berharap tulisan ini akan menjadi pembuka tulisan saya selanjutnya sebagai GENERASI MILENIAL yang sedang belajar hikmah. semoga sama-sama bisa belajar hikmah dari al-hikam

Jangan lupa clap, bookmark and share!

--

--