Lulus Ausbildung. Sekarang ngapain?

Putri Indasari
Pages of Mine
Published in
4 min readApr 25, 2023

--

Setelah tiga tahun menempuh pendidikan atau magang di bidang keperawatan khusus lansia (Deutsch: Altenpflege), akhirnya di tahun 2019, tepatnya tanggal 19 September, secara resmi aku dinyatakan lulus. Sedih dan senang bercampur aduk karena jujur saja Ausbildung ini gak melulu gampang untuk aku, yang dari Indonesia gak punya background keperawatan. Berbekal ijazah lulusan SMA dari jurusan IPS, aku mencoba peruntungan untuk magang sebagai perawat. Dan alhamdulillah bisa terselesaikan sesuai dg target.
Sekarang aku kerja sebagi perawat di bidang kesehatan mental di klinik kecil yg berfokus ke penilitian.

Kenapa dulu memilih Ausbildung di Altenpflege?

Setelah menyelesaikan masa kerja sosial di Jerman (Deutsch: Freiwilligessozialesjahr — FSJ) dengan kemampuan Bahasa Jerman yang pas-pasan, keinginan untuk bisa melanjutkan pendidikan di negara Panzer ini masih tetap ada. Selain hambatan finansial, keribeten dan kemalasan untuk mengulang satu tahun masa SMA di Jerman, membuatku memutar otak. Setelah mengumpulkan cukup informasi, aku putuskan mengambil Ausbildung di bidang keperawatan lansia (Deutsch: Ausbildung zur Altenpflege) karena peluang untuk memperoleh tempat di bidang ini besar — faktor sedikit peminat, dan peluang kerja setelahnya pun menjanjikan. Perkerjaan dg tanggung jawab tinggi yg tidak setara dg gaji, shift kerja yg kadang kurang manusiawi, teman-teman kerja yg banyak mengeluh, membuat beban kerja sebagai perawat semakin bertambah, secara fisik maupun mental. Belajar bidang yg baru mulai dari nol dengan menggunakan Bahasa Jerman — yang aku pun masih perlu banyak belajar untuk bisa fasih, tentunya sangat berat untuk ku. Kerasa banget kok sewaktu masa-masa awal magang!

Ketika Ausbildung

Terlepas dari nilai rapor yang tergolong bagus, selama masa Ausbildung, aku sering nangis, ngeluh, stress, mikir kalau bidang ini gak cocok buat aku. Gak jarang terlintas di pikiran untuk putus Ausbildung ini dan ganti ke bidang lain.
Di tahun terakhir, setelah mendenger informasi bahwa lulusan Altenpflege punya kemungkinan untuk kerja di Rumah Sakit ataupun di Klinik dan gak melulu ‘harus dan hanya’ bisa kerja di Panti Jompo (Deustch: Pflegeheim), muncul lah secercah harapan untuk ku. Semenjak itu aku mulai bisa switch pemikiranku arah yg lebih positif.

Rencana Setelah Ausbildung

Rencana awal, pindah ke Swiss. Kenapa? Pertama, aku merasa sudah cukup lama tinggal di Jerman dan aku bosan. Meskipun merasa nyaman tinggal di Jerman, aku masih mencari pengalaman dan hal-hal baru lainnya untuk bisa berkembang. Kedua, temen deket ku… well… ähm si Pacar, dulu — yet we are no longer together…. memang orang Swiss dan tinggal disana. Jadi kami buat rencana untuk mengakhiri LDR setelah aku lulus Ausbildung. Ketiga, Swiss alamnya cantik banget. Lalu tingkat pendapatan dan standar hidup disana juga lebih tinggi dibanding negara Jerman. Meskipun Bahasa orang Swiss susah dan beragam, nyali gak menciut, aku malah merasa tertantang untuk belajar.

Yang Maha Esa ternyata berkehendak lain. Beberapa bulan sebelum ujian kelulusan, dikarenakan suatu hal, rencana hidupku berubah 180˚! Setelah meminta saran salah satu teman dekat, aku mulai rajin mencari info mengenai keperawatan di bidang psikiatri dan lowongan pekerjaan di bidang tersebut. Juni 2019 (satu bulan sebelum ujian praktek examen) aku mengirim lamaran ke dua klinik psikiatri di dua kota di negara bagian berbeda di Jerman. Tak lama kemudian aku mendapat telefon sekaligus undangan interview di kedua tempat tersebut. Akhirnya aku putuskan untuk menerima tawaran perkerjaan di satu klinik di kota Munich.

Pindah dan Urus Ijin Tinggal

Sekitar akhir Juli-awal Agustus, aku terima kontrak kerja dari klinik tempat kerja baru ku nanti di Munich, per post. Aku tanda tangan kontrak lalu kirim balik kontrak yg udah di tanda tangani tersebet ke klinik. Setelahnya aku menyibukkan diriku dg pencarian tempat tinggal di kota baru nanti. Dg bantuan informasi dari salah satu teman, aku akhirnya dapat satu kamar di shared flat (disini istilahnya WG=Wohngemeinschaft) yg dekat dg tempat kerja dg harga sewa yg terjangkau untuk ukuran Munich.
Sebelum mulai kerja aku memutuskan untuk melakukan liburan kelulusan di beberapa negara di Asia Tenggara untuk satu bulan. Sebelumnya aku harus mengurus beberapa ijin tinggal yg sedikit agak rumit karena aku juga berencana untuk pindah kota dan negara bagian.

Setelah balik lagi ke Jerman dari liburan kelulusan, dg bantuan salah satu keluarga Indonesia yg aku kenal di Stuttgart, aku pindahan ke Munich.
Keesokan harinya, aku pergi ke kantor imigrasi di kota Munich untuk mendaftarkan diri.

Ijin Kerja Tertunda

Diluar dugaanku, penyaluran ijin tinggal dan kerja dari kota satu ke kota lain berlangsung sangat amat lama. Butuh sekitar dua bulan sampai aku menerima kartu elektronik yg dikeluarkan oleh kantor imigrasi pusat. Padahal kartu elektronik tersebut udah keluar dan siap ambil di kantor imigrasi di kota Ludwigsburg (kota lama tempatku tinggal), cuma sayangnya karena aku minta kirim kartu tersebut ke kantor imigrasi Munich (karena aku udah pindahan ke Munich), jadilah aku nunggu lama. Secara otomatis tanggal mulai kerja ku pun ikut mundur serta kontrak kerjaku diperbarui, yg harusnya mulai tanggal 01.11.2019 diganti ke 01.12.2019. Dalam kurun waktu satu bulan ini aku jadi penggangguran, ga dapat penghasilan (udah telat mau ngajuin Arbeitslosengeld karena itu diluar rencana dan perkiraan). Sebagai pelajaran untuk kalian ya, jangan mengulang kebodohan ku ini. Mending kalian ambil kartu ijin elektroniknya di kantor imigrasi ditentukan.

Kerja di Klinik Psikiatri

Mengambil perbandingan dg panti jompo (Pflgeheim/ Altenheim), aku merasa lebih cocok kerja di klinik psikiatri. Gak dipungkiri kerja di klinik psikiatri memang butuh banyak kesabaran serta kesiapan mental. Bidang kesehatan mental pun dinamis, berbeda dg penyakit fisik. Menurutku hal ini sangat menarik untuk tahu dan mengenal lebih dalam lagi. Perlahan rasanya aku mulai menemukan arah dimana nantinya aku mau berkerja. Ngomong-ngomong, gambaran penyakit jiwa yg selama ini aku tonton di TV atau Film sangat kontras dg kenyataan yg aku temui di tempat kerja. Pasien-pasien yg aku temui banyak yg ‘normal’ seperti manusia secara umum kok, jadi misal dari kalian ada yg minat dg bidang kesehatan mental juga, jangan takut duluan ya :)

Intinya aku ngerasa senang dg keputusan yg aku ambil dan aku semakin tertantang untuk mengenal lebih tentang kesehatan mental.

Jika kalian ada pertanyaan atau juga masukan tentang tema lain yg kalian ingin tahu lebih dan aku perlu bahas, silahkan tinggalkan komentar :)

--

--

Putri Indasari
Pages of Mine

Hej, this is Putri, an Indonesian lives in Munich, Germany. Part time nurse & part time student. I’m more fun on TikTok: @ptrndsr