Kamen Rider Black Sun, Blak-Blakan Bicara Busuknya Pemerintah

PanchoNgaco
Pancho Ngaco
Published in
7 min readDec 15, 2022
Sumber foto: Situs Resmi Kamen Rider Black Sun.

Pertama-tama, mari ucapkan selamat.

Selamat 50 tahun Kamen Rider!

Terima kasih sudah membuat masa kecilku punya memori seru. Meski jujur saja, mungkin aku tidak paham dan ingat-ingat amat cerita film Kamen Rider di masa kecil dulu.

Jadi, tahun ini Kamen Rider merayakan usianya yang ke 50. Jepang memberikan apresiasi kepada para kreator dan penggemar Kamen Rider dengan membuat film seri Kamen Rider Black Sun.

Jujur saja, awal berita pembuatan film itu muncul, aku langsung menyambut dengan bersemangat karena mengetahui Hidetoshi Nishijima yang akan mengambil peran Kotaro Minami. Begitu tahu soal itu, aku tidak peduli info lain, pokoknya sebisa mungkin harus nonton!

Hidetoshi Nishijima sebagai Kotaro Minami. (Sumber foto: tangkapan layar teaser resmi).

Jadilah pada pekan-pekan terakhir bulan Oktober, aku menonton film Kamen Rider di Prime Video. Awalnya sudah mulai lupa film itu ada. Jadi, begitu dia sudah beredar di platform tersebut, aku tidak langsung menontonnya.

Pada perayaan 50 tahunnya, Kamen Rider hadir kembali dalam bentuk serial dengan 10 episode. Secara khusus, Kamen Rider seri Black Sun bisa ditonton di platform Prime Video dengan akses premium.

Sebagai sebuah media nostalgia, Kamen Rider Black Sun di tahun ini memanjakan penggemar dengan visual yang dibuat dengan gaya klasik. Tak hanya efek sinematografinya, penggambaran karakter dengan kostumnya pun demikian. Aku sangat senang melihat berbagai kaijin masih dikemas dengan kostum 3 dimensi alih-alih CGI. CGI memang digunakan, tapi hanya pada efek-efek aksinya.

Desain karakter dibuat seklasik film jaman dulunya. (Sumber foto: tangkapan layar teaser resmi).

Berberapa kali aku berdecak kagum melihat desain kaijin yang dieksekusi dengan sangat baik. Detailnya luar biasa, dengan keterbatasan (misalnya mata yang tidak bisa mengedip dan mulut yang tidak bisa bergerak saat bicara) yang malah membuatnya semakin klasik dan “nostaljik”. Benar-benar terasa seperti menonton film di masa kecil.

Belalang tempur idolaku. (Sumber foto: Situs Resmi Kamen Rider Black Sun)
Transformasi yang ikonik. HENSHIN! (Sumber foto: tangkapan layar teaser resmi).

Banyak sekali momen nostalgia bisa kutemukan di Kamen Rider Black Sun 2022. Latar suara, latar musik, tokoh-tokoh, penamaan, hingga gerakan ikonik transformasi (henshin) dan si belalang tempur favoritku, semua muncul menyapa mata dan hati.

Sembari menonton Kamen Rider Black Sun, aku mencoba mengingat kembali film Kesatria Baja Hitam yang kutonton saat masih SD dulu. Seingatku yang pernah kutonton adalah Kamen Rider Black RX.

Kamer Rider Black RX yang kutonton di masa sekolah dulu. Kotaro Minami dengan sarung tangan dan alis tebal ikoniknya. (Sumber foto: Bilibili.tv).

Dengan perhatian anak kecil yang terbatas, yang sangat membekas di dalam ingatanku soal Kamen Rider adalah Kotaro Minami, gerakan henshin, belalang tempur (motor Kamen Rider), dan Gorgom. Soal jalan cerita, tentu saja aku lupa sama sekali.

Kamen Rider Black Sun tahun ini mengambil latar waktu tahun 2022. Dikisahkan Kotaro Minami sudah berusia 50 tahun dan menjalani kehidupan sebagai seorang yang bisa dibayar untuk jadi tukang pukul, tukang nagih utang, tukang cari orang, dan mungkin penjagal. Alih-alih dibayar dengan uang, Kotaro Minami terbiasa dibayar dengan Ketamin.

Kotaro Minami si Palugada. (Sumber foto: tangkapan layar teaser resmi)

Setiap cerita memiliki masanya. Mungkin itu yang bisa menjelaskan kesan utamaku setelah menonton Kamer Rider Black Sun. Kamen Rider Black Sun di tahun 2022 ini mengangkat konflik yang relevan dengan isu lama yang masih hidup sampai saat ini. Isu kebejatan pemerintah yang memanipulasi rakyat untuk membuat budak militer berkekuatan super.

Tak lagi menunjuk makhluk asing dari luar angkasa sebagai penjahat, Kamen Rider Black Sun menyerang manusia sebagai antagonis sebenarnya. Secara khusus, manusia yang berkoalisi di bawah bendera pemerintah.

Seingatku, kaijin di beberapa seri Kamen Rider terdahulu merupakan makhluk luar angkasa yang kemudian dimanipulasi dan dipadukan dengan manusia. Pada edisi terbarunya kali ini, kaijin dikatakan sebagai rakyat Jepang yang dipaksa mengikuti eksperimen militer untuk diubah menjadi makhluk super.

Awalnya, rakyat tidak tahu dari mana asal kaijin sebenarnya. Manusia memandang kaijin sebagai ras dan spesies lain dalam kehidupan mereka. Melihat perbedaan itu, tentu kebanyakan manusia kemudian memandang rendah kaijin dan tidak ingin hidup berdampingan dengan selaras dengan kaijin.

Kubu manusia pun terbagi 2. Ada kelompok masyarakat yang membela kaijin dan menuntut kesetaraan (yang biasanya datang dari mereka yang kenal, dekat, atau menjadi bagian dari kaijin itu sendiri). Tentu saja, ada juga kelompok masyarakat yang anti kaijin dan ingin kaijin dimusnahkan saja.

Bicara soal rasisme

Demo kerap terjadi antara masyarakat yang pro dan anti-kaijin di Jepang. (Sumber foto: tangkapan layar teaser resmi)

Kamen Rider Black Sun 2022 menggambarkan isu rasisme. Rasisnya manusia memandang kaijin sebagai ras berbeda, rendah, barbar, dan berbahaya. Banyak kaijin yang dicemooh dan dirundung di tempat umum. Sejumlah orang bahkan membuat gerakan anti Kaijin dan melakukan protes terbuka terus-menerus untuk menolak eksistensi kaijin.

Perlakuan rasis dari manusia kemudian membuat kaijin merasa perlu melawan untuk mempertahankan harga diri dan eksistensi mereka. Di situlah Gorgom hadir sebagai sebuah “partai” yang berusaha memperjuangkan hak dan penerimaan kaijin di dunia (khususnya di Jepang).

*di film terdahulu, Gorgom lebih digambarkan sebagai kelompok alien.

Semakin digali, diketahui pada akhirnya Kaijin adalah “produk” buatan pemerintah. Dounami (perdana menteri Jepang di film ini) menjadi pemrakarsa yang membuat penelitian militer terselubung untuk menciptakan kaijin sebagai mahluk super untuk kekuatan militer Jepang. Proyek ini tidak diketahui rakyat sama sekali. Rakyat benar-benar mengira kaijin adalah mahluk asing yang tiba-tiba memenuhi bumi saja.

Pada perkembangan selanjutnya, cucu Dounami (yang namanya tentu ada Dounami-nya juga) melanjutkan proyek tersebut. Ia bekerja sama dengan Gorgom untuk mengendalikan Creation King sebagai sumber makanan untuk kaijin. Lebih jauh, Dounami bahkan ingin menciptakan Creation King baru dan mengeksploitasi kaijin. Ia menawan rakyatnya untuk dijadikan kaijin atau sumber makanan bagi kaijin.

Brengseknya, kaijin yang diciptakan tidak sekadar dijadikan kekuatan militer. Banyak kaijin yang juga dieksploitasi dan diperdagangkan. Entah itu sebagai peliharaan eksotis, pelayan, pekerja kasar, hingga budak seks.

Bicara soal politik

Kamen Rider Black Sun juga tak terpisahkan dengan politik. Film ini dengan gamblang menggambarkan bagaimana politik pemerintah dalam memanipulasi negaranya sendiri untuk mendapatkan keuntungan.

Partai Gorgom yang pada akhirnya jadi budak pemerintah juga. (Sumber foto: tangkapan layar teaser resmi)

Gorgom dihadirkan sebagai sebuah partai yang didirikan sejumlah manusia dengan kaijin. Agenda utama partai ini adalah menuntut kesetaraan hak kaijin dengan manusia.

Sebagaimana sebuah partai yang berenang di lautan politik, ada agenda berbeda-beda dari setiap kepala yang bergabung di partai ini. Pun ada pihak-pihak yang awalnya menyuarakan isu dengan galak, pada akhirnya terjebak (atau beradaptasi) untuk bekerja sama dengan pemerintah. Lebih buruknya lagi, menjadi permisif dan malah semakin ditindas.

Banyak tokoh yang lihai berpijak 2 kaki untuk memastikan dirinya selalu aman dan mendapat keuntungan dari pihak yang menang. Bishum (salah satu petinggi partai Gorgom) merupakan contoh paling menonjol untuk hal satu ini.

Petinggi wanita satu-satunya di Partai Gorgom ini benar-benar terlihat berpindah-pindah kubu. Sampai dengan film berakhir, dia menjadi satu-satunya yang bertahan mencapai kedudukan penting di pemerintahan. Teman seperjuangannya yang lain kalah dan mati, bahkan kebanyakan mati di tangan Bishum.

Bishum ini adalah contoh politikus sejati yang licik dan licin. (Sumber foto: tangkapan layar teaser resmi)

Aku jadi ingat dengan omongan seorang budayawan yang dulu menjadi narasumber skripsiku. Beliau bilang jika ingin membuat perubahan yang berdampak besar, kita harus masuk ke pemerintahan agar bisa membuat kebijakan. Sayangnya, ketika sudah masuk, kita biasanya akan lupa dengan perjuangan sendiri dan akhirnya ikut arus menjadi pejabat-pejabat koruptif.

Bicara soal sifat dasar makhluk hidup

Nobuhiko/Shadow Moon saat beorasi mengajak para kaijin untuk melawan manusia. (Sumber foto: tangkapan layar teaser resmi)

Menjelang episode terakhir, diceritakan bahwa Shadow Moon menggerakkan kaijin untuk memberontak. Dia mengajak kaijin untuk tidak hanya menuntut kesetaraan, tetapi lebih jauh, menjadi penguasa manusia. Dia mengatakan bahwa kaijin seharusnya lebih tinggi derajatnya dari manusia.

Pada akhirnya, semua makhluk hidup, ketika berkoloni, merasa perlu untuk lebih unggul dari yang spesies lain. Tak sekadar unggul, jauh lebih penting bagi satu spesies menguasai spesies lainnya.

Kamen Rider 2022 menurutku berhasil membawa nostalgia bagi anak-anak kelahiran 70–90 an. Film ini juga dengan blak-blakan mengemukakan keburukan manusia, terutama yang berpayung “pemerintah”. Semuanya dikemas dengan berdarah-darah.

Sebuah tontonan yang gelap, sadis, tegas, dan berani.

--

--