Mencoba Mudah Untuk Betah di Rumah

PanchoNgaco
Pancho Ngaco
Published in
5 min readOct 25, 2020
Foto dari Luke Stackpoole di Unsplash

Rumah seharusnya menjadi tempat pulang bagi seseorang. Rumah seharusnya memberikan rasa tenang dan nyaman. Rumah juga seharusnya menjadi perlindungan dari segala gangguan. Di rumah, seseorang akan menjumpai mereka yang peduli dan selalu menanti.

Bagiku, itu adalah esensi rumah yang sebenarnya. Rumah juga seharusnya menjadi bagian dari kita, selayaknya tubuh yang menaungi penghuninya. Tempat bernaung dari segala cuaca yang tidak pernah pasti.

Sayangnya, rumah juga bisa menjadi neraka bagi sebagian orang. Pulang ke rumah bisa menjadi momok yang melahirkan trauma. Kondisi tersebut umumnya tak sekadar berasal dari kondisi fisik rumah, tetapi juga dari masalah antar-penghuninya.

***

Bicara soal rumah tak bisa lepas dari soal betah tidak betah. Betah artinya nyaman berada di rumah dalam jangka waktu yang lama. Jika kamu betah di rumah, kamu akan lebih senang berada di rumah daripada bepergian.

Ketika kita menjumpai kondisi yang tak pasti, berada di dalam rumah seharusnya bisa membuat kita nyaman dan tenang. Sebab, kita bernaung di tempat yang begitu tidak asing sehingga kita jadi merasa sangat terlindungi.

Namun demikian, pada kondisi pandemi seperti sekarang, banyak orang yang kemudian merasa tidak betah di rumah. Salah satu penyebab karena adanya kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dari pemerintah yang menganjurkan semua orang untuk tetap berada di rumah demi mencegah penyebaran virus Korona yang lebih masif.

PSBB membuat orang berada di rumahnya dalam jangka waktu yang jauh lebih lama. Segala kegiatan yang seharusnya berlangsung di luar pun akhirnya harus dilaksanakan dari rumah. Orang-orang jadi harus kerja dari rumah, sekolah dari rumah, bahkan berobat dari rumah.

Kondisi ini ternyata membuat orang merasa rumah sebagai tempat yang tak lagi nyaman akibat berakumulasinya kejenuhan. Kampanye “lebih baik di rumah” sebagai bagian dari PSBB kemudian berubah menjadi momok. Apalagi, bagi sebagian orang, berada di rumah identik dengan kebosanan, sumpek, dan mati gaya. Bagi mereka yang rumahnya memang tidak layak tinggal, perasaan seperti ini sebenarnya wajar dan layak saja dikeluhkan. Tapi bagaimana dengan yang rumahnya dalam keadaan baik dan memiliki fasilitas lengkap?

***

Bisa dibilang, aku adalah anak rumahan. Sejak dulu, aku paling suka berada di rumah. Padahal, rumahku jauh dari kata nyaman karena keharmonisan keluarga yang kurang terjaga. Selain itu, rumahku sering gonta-ganti.

Berpindah rumah lebih dari 15 kali dalam waktu 30 tahun, aku pernah merasakan berbagai suasana rumah. Mulai dari kamar kostan muatan 2 orang yang dihuni 4 orang, rumah di dalam gang selebar pinggang, rumah di tepi jalan, rumah di seberang hutan, rumah setengah jadi, rumah yang jadi satu dengan toko, rumah bertingkat yang mewah, sampai rumah tua dengan enam kamar dan halaman yang luas.

Bagaimanapun rumahnya, aku tetap betah berada di rumah. Aku senang berada di rumah dibandingkan berkeliaran di luar. Seringnya, aku keluar untuk memenuhi kebutuhan bersosialisasi, mencari inspirasi, dan membeli kebutuhan penting atau sekadar berbelanja keinginan tak penting. Jika semua itu terpenuhi, aku akan dengan senang hati lebih baik di rumah saja.

Adanya pandemi korona dan gerakan Lebih Baik di Rumah menjadikan aku semakin banyak di rumah. Aku bahkan hampir sama sekali tidak keluar rumah selama nyaris enam bulan ini. Kalau pun keluar, jaraknya tidak sampai satu kilometer. Itu pun untuk kebutuhan penting seperti belanja kebutuhan rumah tangga dan mengambil uang di ATM.

Kejadian ini membuatku sadar, aku benar-benar betah di rumah. Tidak ada sedikit pun rasa tertekan karena ingin keluar rumah barang sejam dua jam saja. Keinginan untuk keluar ada, tapi tidak sampai membuatku stres atau muak seperti yang dialami beberapa kerabatku.

Padahal, kegiatanku di rumah sangat minimalis (tidak seperti orang lain yang ramai belajar masak dan membuat kue, belajar melukis, berolahraga, bermain dengan anak, mengikuti kelas atau seminar online, bekerja dari rumah, dan mendekorasi ulang rumahnya). Setiap hari, aku mulai dengan membawa anjingku jalan pagi. Setelah itu, aku membantu ibuku memasak atau mencuci pakaian. Selesai mencuci, aku akan menyapu dan lanjut mengepel kalau perlu.

Setelah itu semua selesai, aku memiliki waktu bebas sampai sore hari. Selama waktu bebas itu, yang kulakukan hanya tiga (selain makan dan main dengan anjingku), yaitu membaca, menulis, dan tidur barang satu jam. Jika sedang ingin, aku mungkin akan menonton film atau membereskan rumah. Anehnya, aku mungkin sempat bosan, tapi tidak depresi. Satu-satunya hal yang membuatku cemas hanya soal pasanganku yang belum jelas kapan pulangnya dari negeri orang.

Ketika membuat tulisan ini, aku mempertanyakan mengapa orang bisa sulit betah berada di rumahnya sendiri. Aku bingung kenapa orang mudah tidak betah berada di rumahnya sendiri, apalagi mereka yang kondisi rumahnya sudah sangat nyaman. Aku sempat berpikir mungkin itu semua karena keluarganya memberikan aura tidak nyaman. Tapi lagi-lagi berpikir, aku sendiri suasana keluarganya sering kali tidak mengenakan. Tapi toh aku tetap betah di rumah. Saat sudah mulai tidak tahan dengan keluarga, aku paling menyendiri di kamar. Lagi-lagi baca buku, menulis, atau main dengan anjingku.

Saat menarik kesimpulan, aku merasa tidak layak untuk menghakimi orang lain sama sekali. Karenanya, aku memilih untuk mencari cara bagaimana membuat diri bisa betah di rumah. Aku pun akhirnya menemukan enam simpulan ini.

  1. Awali dengan bersyukur

Awali segalanya dengan bersyukur. Syukuri bahwa kita masih punya rumah untuk bernaung. Terlebih lagi jika kondisi rumah termasuk masih baik, nyaman, dan bersih. Bagi kalian yang punya rumah dengan taman dan bahkan kolam renang, jangan lupa bersyukur lebih banyak! Jangan kurang ajar dengan mengeluh bosan di rumah.

2. Menjalin keakraban dengan orang serumah

Kenyamanan di rumah juga bergantung pada keharmonisan penghuninya. Agar kita bisa betah dan nyaman di rumah sendiri, maka jalinlah keakraban dengan orang serumah. Mulailah dengan lebih sering mengobrol dan memperhatikan orang tua, saudara, atau teman satu rumah. Cobalah juga mengobrol dengan orang lain yang ada di rumah, misalnya asisten rumah tangga, sopir, tukang kebun, dan petugas keamanan. Mengobrol lebih banyak pun membuat kita mendapat banyak cerita baru yang menarik, yang tentunya mampu mengusir kebosanan.

3. Rapi-rapi rumah

Rumah yang nyaman adalah rumah yang rapi dan bersih. Oleh karena itu, ciptakan kenyamanan tersebut agar semakin betah di rumah. Selama pandemi, mulailah merapikan rumah. Mendekorasi ulang kamar atau dapur, misalnya. Suasana baru bisa memberikan kesegaran lebih di rumah kita.

4. Perbaiki yang rusak

Dengan adanya waktu yang lebih banyak di rumah, kita bisa juga mulai melakukan hal-hal yang selama ini kita tunda. Salah satunya memperbaiki apa yang sudah rusak di rumah. Misalnya, membersihkan jamur di tembok, mengecat ulang dinding yang catnya mulai rontok, mengganti engsel pintu yang macet, dan masih banyak lagi.

5. Tekuni hobi

Banyaknya waktu di rumah mengartikan kita punya waktu luang untuk sepuasnya memanjakan hobi. Lebih jauh, kita bisa mengeksplorasi sisi lain dari hobi tersebut. Temukan pula hobi baru untuk dijelajahi selama di rumah. Beberapa jenis hobi yang sekarang sedang populer, misalnya: membaca, menulis, memasak, berkebun, berolahraga, menjahit, merajut, dan berkerajinan tangan.

6. Pelihara hewan atau tanaman

Hewan dan tanaman bisa menjadi teman yang siap menemani kita selama berada di rumah. Mereka dapat pula menjadi terapi kesehatan jiwa yang terbukti mampu mengusir stres dan rasa bosan. Satu hal yang perlu diingat, pastikan kita juga berkomitmen dalam memelihara dan merawat mereka dengan sepenuh hati ya!

Yuk, temukan caramu sendiri untuk betah di rumah.

--

--