Gedung Kampus Dibangun Freeport: Martabat ITB, Quo Vadis?

Luthfi Muhamad Iqbal
Pangripta Loka
Published in
5 min readMar 13, 2016

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang,

“…Oh Tuhan Kami Mohon, Restu dan Petunjukmu, dalam Tugas dan Bhakti, Pada Nusa dan Bangsa”

Demikianlah penggalan lirik lagu Hymne ITB. Pertama kali mendengarnya, tidak ada yang istimewa, biasa saja, seperti Hymne kebanyakan. Namun setelah malam ini, cara saya melihat lirik dan mendengar Hymne tersebut takkan sama lagi. Mengapa? Karena ternyata cuplikan lagu tersebut memiliki arti yang sangat mendalam, dan memang seyogyanya, kita semua sebagai civitas akademika Institut Teknologi Bandung, patut berdoa bersama-sama kepada Tuhan, meminta Restu, meminta Petunjuk, supaya ITB, kedepannya dapat menunaikan tugas dan bakti pada Nusa dan Bangsa.

Malam ini, (maaf, maksud saya dini hari ini) saya menonton video pembahasan ITB Multikampus yang dirilis oleh tim PJS MWA WM beberapa waktu lalu, tautannya ada disini: https://www.youtube.com/watch?v=i_5... yang berisi wawancara eksklusif bersama Bapak Dr.Ir.Sigit Darmawan, selaku Direktur Pengembangan ITB. Beberapa kata-katanya saya cuplik dibawah ini:

“ITB terus dituntut oleh masyarakat, bangsa dan negara, oleh pemerintah, untuk terus berkembang. Kampus ITB kedepan ini sebagai tempat membangun dan mengembangkan  budaya luhur bangsa Indonesia. Kemudian, kampus ITB itu sebagai the house of learning, the house of culture, the guardian of value, the agent of change, the bastion of academic freedom. Sebagai tempat the best academic talents, bertemu dan berkarya. Kampus ITB yang inspiring, kampus ITB yang mengajarkan kepada setiap yang ada didalamnya nilai-nilai kampus ITB yang dicita-citakan oleh visi ITB, ini adalah arahan dari MWA untuk bisa diacu dalam mengembangkan kampus ITB kedepan”[1]

Sungguh luar biasa, acuan yang diberikan Majelis Wali Amanat, kepada pihak Rektorat selaku elemen pengendali operasional di Institut Teknologi Bandung, untuk mengembangkan ITB menjadi yang sedemikian rupa hebatnya.

Pusat Pengembangan Budaya Luhur Bangsa Indonesia. Rumah Pembelajaran, Rumah Kebudayaan, sang Penjaga Nilai, Agen Perubahan, Benteng Terakhir Kebebasan Akademik. Kampus yang mengajarkan kepada setiap yang ada di dalamnya Nilai Nilai Kampus ITB yang dicita-citakan oleh Visi ITB. Termasuk pada kami, mahasiswa, termasuk pada seluruh masyarakat yang ada dan bekerja di dalam ITB.

Karena kampus ini dinobatkan oleh MWA sebagai Benteng Terakhir Kebebasan Akademik; Melalui tulisan ini, perkenankanlah, saya sebagai salah satu sivitas akademika, menggunakan kebebasan akademik saya untuk bertanya; dan sesuai prasasti Plaza Widya Nusantara yang di sabdakan oleh Prof. Wiranto Arismunandar, semoga ada jawabnya.

Nilai Nilai ITB?

Dalam peraturan pemerintah nomor 65 tahun 2013 tentang Statuta ITB, dijelaskan bahwa Visi ITB menjadi Perguruan Tinggi yang unggul, bermartabat, mandiri, dan diakui dunia serta memandu perubahan yang mampu meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia dan dunia. Sedangkan Misi ITB menciptakan, berbagi dan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, ilmu sosial, dan ilmu humaniora serta menghasilkan sumber daya insani yang unggul untuk menjadikan Indonesia dan dunia lebih baik. Dari visi-misi tersebut, diturunkanlah menjadi nilai-nilai dasar yang sangat banyak berikut ini:

Nilai-nilai dasar penyelenggaraan kegiatan Tridharma di ITB mencakup:

  • kejujuran, kebenaran, dan keunggulan ilmiah untuk perkembangan budaya dan peradaban;
  • kepeloporan, kejuangan, dan ketulusan pada pencerdasan dan pengembangan kehidupan bangsa yang berbudaya luhur;
  • keadilan, demokrasi, kebebasan dan keterbukaan, hak asasi manusia;
  • pengembangan yang berkelanjutan;
  • kemitraan dan kesederajatan; dan
  • manfaat bagi bangsa, negara, dan kemanusiaan [2]

ITB menerima bantuan Pembangunan Gedung dari Freeport, Lalu?

There is No Such Things as a Free Lunch

Adagium di atas sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan bahwa adalah kemustahilan, sesuatu melakukan sesuatu tanpa keinginan tertentu, tanpa ada maksud tertentu, dibelakangnya. Orang paling shalih sekalipun pasti berharap sesuatu, setidaknya Ridha dari Tuhan. Lalu bagaimana dengan ini, menurut rekan-rekan?

Penjelasan dari Direktur Pengembangan ITB dalam video https://www.youtube.com/watch?v=i_5sa_FQY2A pada menit 6:59–7:18

Dengan informasi ini, mungkin rekan-rekan akan bertanya, bagaimana bisa ITB bisa menjadi perguruan tinggi yang bermartabat, jika seperti ini? Dimana martabat ITB, menerima bantuan dari korporasi yang telah lebih dari 50 tahun menjajah bumi Indonesia di tanah Papua? Apa yang sebenarnya nilai-nilai yang ingin diajarkan kepada kami, pak, bu?

Diskusi Publik KM ITB: Renegosiasi Kontrak Freeport, Memperjuangkan Keadilan Untuk Indonesia (Sabtu, 11 Oktober 2014, Dokumentasi Kementerian ESDM Kabinet KM ITB)

Sudah hampir setengah dekade, KM ITB membahas dari A-Z tentang pentingnya Nasionalisasi Tambang PT Freeport Indonesia, mendatangkan berbagai pembicara dari berbagai sudut pandang ke dalam kampus untuk memberikan diseminasi dan penyebaran pengetahuan kepada mahasiswa dan masyarakat luas, seberapa kejinya PT Freeport Indonesia menghisap tanah air Indonesia, bertahun tahun menjajah tanah Papua.

Lalu mengapa ITB membangun dirinya dengan uang korporasi yang telah melukai rakyat Indonesia? Mengapa ITB — yang baru saja beberapa saat lalu mengagung-agungkan pentingnya pembangunan berkelanjutan — justru menerima uang dari korporasi yang membuat anak cucu kita tak bisa lagi menikmati hasil bumi negeri sendiri, dan hanya jadi penonton dibawa larinya tambang tembaga dan emas ke luar negeri?

Kami memang bodoh karena terlambat menyadari hal ini. Tetapi, jauh lebih baik untuk terlambat daripada tidak sama sekali. [3]

Refleksi 57 Tahun ITB

“Kita tidak perlu mendirikan institut ini kecuali untuk membangun bangsa yang bermartabat dan berdaulat.” Ir. Soekarno

Bertepatan dengan hari ini, 14 Maret 2016, sebagai batas waktu terakhir kepastian divestasi saham PT.Freeport Indonesia, yang sim-salabim sangat ajaib, seluruh media arus utama sangat senyap dalam memonitor perkembangan terbarunya mengenai kepastian ini, kami menjadi semakin sesak. Bila memang Institut ini didirikan untuk membangun bangsa yang Bermartabat dan Berdaulat, sesuai dengan pelat yang ada di W-09 Sunken Court;

Saya bertanya kepada seluruh stakeholder yang berkaitan -sesuai dengan pernyataan Ir.Soekarno di atas- apakah sebaiknya Institut ini dibubarkan saja? Kembalikan saja kepada takdir dan visi awalnya, sebagai Technische Hoogeschool, penyedia buruh teknik murah bagi kepentingan kompeni, kan?

Selamat Ulang Tahun ITB!

Semoga Tuhan melindungi ITB dari ketidakjujuran, ketidakadilan, ketidakberpihakan kepada kemanusiaan, ketidakbermanfaatan intelektual-intelektualnya bagi nusa dan bangsa, amin.

#MariBungRebutKembali #SaveITB #KickFreeport #BuyBackFreedom

P.S. Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan baik dari segi substansi, ataupun tekniknya, sangat baik apabila terdapat klarifikasi dari pihak rektorat beserta jajarannya yang berkaitan dengan ini, tidak ada maksud untuk mencemarkan nama baik pihak mana pun, lembaga manapun, kami hanya sayang dengan ITB, itu saja.

Original

Referensi

[1] — — . 2015. Pembahasan Multikampus. Tim PJS MWA Wakil Mahasiswa ITB 2015/2016 https://www.youtube.com/watch?v=i_5...

[2] — — .2013.Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2013 tentang Statuta ITB. Salinan Senat Akademik ITB http://sa.itb.ac.id/wp-content/uplo...

[3] — — .2015. Ibu Rektor Kami Bertanya. Dewan Mahasiswa FISIPOL Universitas Gadjah Mada https://www.facebook.com/notes/dewa....

[4] Thoriqul .2012.Pembangunan Gedung SBM Semakin Dekat. Wordpress https://jurnalismeitb.wordpress.com/...

--

--